Monday, 15 December 2008

Sulit Greng Akibat Kurang Hormon

SEPERTI halnya wanita ketika memasuki masa menopause, pria juga dapat kehilangan gairah seksualnya akibat berbagai penyebab. Salah satu di antaranya adalah akibat rendahnya atau kurang hormon testosteron dalam darah sehingga mampu menurunkan fungsi seksual. Dalam istilah medis, rendahnya kadar testosteron ini disebut Testosteron Deficiency Syndrome (TDS).

Akibat kekurangan hormon ini, pria bisa menjadi sulit mengalami ereksi, bahkan ereksi normal yang biasa terjadi di pagi hari pun tidak terjadi. Tak cuma itu, karena sangat penting bagi tubuh, maka terganggunya kadar hormon akan membuat sel-sel di seluruh tubuh terganggu.

Jika sel otak yang terkena, maka penderita bisa cepat lupa, sulit berkonsentrasi, dan susah berpikir jernih. Demikian juga jika sel-sel tulang terganggu, akan menyebabkan kekeroposan pada tulang, atau osteoporosis. Kulit menjadi kasar karena sel-selnya terganggu, dan lain-lain.

Normalnya, kadar testosteron dalam darah adalah 12 nmol/l hingga 40 nmol/l. Namun ada beberapa pria yang kadar hormon lelakinya kurang alias tidak berkembang. Mengapa hal itu bisa terjadi? Ada beberapa faktor yang memengaruhi.

1. Faktor bawaan. Sejak masa kandungan, proses pembentukan hormonnya memang sudah terganggu .

2. Penyakit. Diabetes Mellitus salah satunya. Ketidakmampuan tubuh memproses gula, membuat gula yang menumpuk itu merusak pembuluh darah dan saraf. Pembentukan hormon testosteron pun terganggu.

3. Gaya hidup tidak sehat. Itulah mengapa TDS berisiko dialami pria di kota-kota besar. Merokok, minum minuman beralkohol atau narkoba, kurang berolahraga, dan lemahnya manajemen stres, membuat banyak pria kehilangan "keperkasaannya" di saat muda.

4. Usia atau andropause. Inilah penyebab terbanyak. Umumnya pria berumur 40 tahun ke atas mengalami penurunan kadar hormon secara bertahap. Seperti dikutip dari Massachussets Male Aging Study (1991) dan Vermeulen (1992), di usia 40, pria akan mengalami penurunan kadar testosteron dalam darah sekitar 1,2% per tahun.

Bahkan di usia 70, penurunan kadar testosteron pria bisa mencapai 70%. Meski begitu, selama menerapkan gaya hidup sehat, penurunan kadar testosteron alami ini tidak terlalu menghambat aktivitas seksual pria.

Barengi dengan Gaya Hidup Sehat

Untuk mengetahui, apakah disfungsi ereksi itu disebabkan TDS atau bukan, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan darah. Jika kadar testosteron dalam darah di bawah normal, maka disfungsi ereksi tersebut terjadi karena TDS.

Namun jangan terlalu khawatir karena TDS bisa diatasi dengan obat-obatan peningkat hormon. Bentuknya bermacam-macam, ada tablet, ada juga yang berbentuk injeksi. Dengan pengobatan yang teratur, diharapkan kadar testosteron di dalam tubuh bisa kembali kepada kisaran normal. Beberapa makanan juga diyakini bisa membantu meningkatkan kadar hormon testosteron, seperti tauge. Nah, bila pengobatan dilakukan dengan teratur, maka diharapkan kadar testosteron yang semula rendah meningkat menjadi normal. Normalnya kadar testosteron akan membuat pria kembali "perkasa".

Hal lain yang perlu diperhatikan para pria, tidak ada "obat kuat" yang mampu mengatasi disfungsi ereksi akibat TDS. Selain itu, jangan lupakan olahraga secara rutin dan teratur. Sediakan waktu yang cukup untuk berolahraga. Minimal dua kali seminggu. Lalu konsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol. Ingat pula: atasi stres. Hindari merokok dan alkohol. Terakhir, istirahat yang cukup. Semua itu bisa membuat kadar hormon lelaki tetap normal dan stabil. Cukup sederhana kan?

Ada Tapi Sedikit

Jika lelaki punya hormon testosteron yang membuat ciri-ciri kelaki-lakiannya muncul, seperti adanya jakun, kumis, jenggot, penis dan suara bas maka perempuan memiliki hormon estrogen. Hormon itulah yang membuat perempuan mengalami menstruasi, bersuara lembut, berkulit halus, memiliki payudara, dan lain-lain. Meski begitu, bukan berarti laki-laki tidak memiliki hormon estrogen. Ada, tapi kadarnya rendah. Begitu pun sebaliknya. Perempuan juga memiliki testosteron meski kadarnya sedikit.

Hormon Tak Berkembang

Kadar hormon lelaki umumnya akan meningkat pesat kala puber. Tak heran, jika di usia ini terjadi perubahan-perubahan, baik fisik maupun psikis. Tapi, ada beberapa pria yang kadar hormon lelakinya tidak meningkat/berkembang. Biasanya disebabkan faktor bawaan atau proses pembentukan hormon testosteronnya sudah terganggu sejak lahir. Akibatnya, organ lelaki yang bersangkutan tidak tumbuh dengan baik, seperti memiliki mikropenis (penis kecil) atau buah zakarnya dan testisnya tidak berkembang. Pertumbuhan-pertumbuhan sekunder dari "kelaki-lakiannya" juga terganggu, seperti tidak tumbuh jakun, tidak berkumis, tidak ada bulu di kaki dan dada. Suaranya pun bisa jadi lembut mirip perempuan.

Penulis : Saeful Imam
dikuti dari : http://www.kompas.com/read/xml/2008/04/27/15410658/sulit.greng.akibat.kurang.hormon

Mitos Makanan dan Seks

NAMANYA saja mitos, jadi tak usah dipercaya. Nah, agar tak keterusan terjebak dengan berbagai pandangan keliru tentang berintim-intim, mari kita simak bersama penjelasan di bawah ini dari ahlinya, seksolog Dr Naek L Tobing.

* SOP KONRO PACU GAIRAH

Makanan yang satu ini kerap dianggap sebagai "obat" untuk meningkatkan gairah, seperti halnya daging kambing. Padahal, sama sekali tak ada hubungannya dengan gairah seksual. Makanan ini bila kita mengonsumsinya dalam porsi wajar, hanya sebatas membantu membuka aliran darah dan memberi tenaga ekstra karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Jadi, tak usahlah dipercaya.

* JAMU KUAT BIKIN KUAT

Yang ini juga tak perlu dipercaya. Kita justru harus waspada terhadap iklan-iklan bombastis yang mengatakan jamu-jamu spesifik semisal sari rapet dan jamu kuat bisa meningkat gairah seksual. Kandungannya enggak jelas, tak jarang malah sangat meragukan.

Lain hal dengan jamu-jamu sehat, semisal beras kencur atau sejenisnya yang memang bisa diandalkan untuk meningkatkan vitalitas dan kesegaran tubuh. Itu sebabnya, mereka yang terganggu kehidupan seksualnya lantaran kerja keras atau sehabis sakit amat dianjurkan minum jamu sehat. Selain banyak tidur/istirahat dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang agar energi tubuhnya segera pulih. Pemulihan energi yang lebih cepat tentu akan mempercepat pula terbangkitnya gairah seksual.

* MADU TAMBAH TENAGA

Mereka yang mengonsumsi madu biasanya lebih bersemangat dibanding yang tidak. Hal ini dapat dibenarkan karena zat-zat yang terkandung dalam madu diyakini mampu memberi energi tambahan. Namun jika diminumnya hanya ketika hendak berhubungan intim, tentulah pengaruhnya tak secepat itu akan terasakan. Seperti halnya kita minum obat, kan, tak mungkin langsung sembuh kalau cuma sekali minum.

* TELUR BEBEK TINGKATKAN KUALITAS SPERMA

Sebetulnya, manfaat telur tak bersifat langsung atau spesifik bisa meningkatkan gairah seksual atau bahkan membuat kualitas sperma jadi prima. Melainkan lebih untuk membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara umum. Bukankah mereka yang bertubuh sehat diyakini juga memiliki libido tinggi, mudah terangsang, dan semakin baik/sehat pula kehidupan seksualnya?

Kendati belum ada penelitian mendetail, mengonsumsi telur lebih bagus untuk kesehatan dibanding tak mengonsumsinya sama sekali.

Hanya saja disarankan untuk mengonsumsi telur matang ketimbang telur mentah atau setengah matang. Soalnya, protein yang terkandung dalam telur cukup susah dicerna seperti halnya protein hewani semisal daging yang harus dimasak lebih dulu.

* TERUNG SEBABKAN LOYO

Siapa bilang? Belum ada pembuktian ilmiahnya, kok. Mungkin lantaran orang begitu terpaku pada persamaan bentuk terung dengan penis. Padahal, meski sepintas terlihat sama, penis dipenuhi pembuluh-pembuluh darah yang otomatis akan terisi penuh begitu terjadi peningkatan libido atau dalam keadaan terangsang. Sementara terung, diapa-apain pun akan tetap loyo karena strukturnya memang berbeda. Nah, cuma mitos, kan?

* NANAS & PISANG BIKIN BECEK

Semasa gadis, pernah nggak Bu dilarang makan nanas dan pisang oleh orang tua? Padahal, tak ada bukti ilmiahnya lho. Jadi, sama sekali tak beralasan kelewat takut dan membatasi diri untuk menyantapnya. Apalagi, tak ada kaitan jelas antara mengonsumsi buah-buahan tersebut dan kerja organ-organ seksual, baik pria maupun wanita.

Nanas dan pisang malah mengandung zat-zat tertentu yang dibutuhkan tubuh, terutama vitamin C dan kalium dalam pisang yang justru berkhasiat menahan cairan tubuh. Lagi pula kondisi basah sebetulnya merupakan pertanda alamiah bahwa pihak istri telah siap menerima kehangatan dari suaminya. Sementara kondisi kering malah akan menimbulkan lecet dan rasa sakit yang bakal menyiksa keduanya.

Boleh dibilang yang paling berperan dalam hal ini adalah sensitivitas dan kekencangan otot-otot tubuh, terutama otot-otot dasar panggul yang melingkari tulang organ kelamin. Kedua hal inilah yang amat berperan menentukan daya cengkeram sekaligus meningkatkan kualitas hubungan suami-istri. Jadi, pada mereka yang sensitivitasnya tak mengalami gangguan, tersentuh sedikit saja sudah akan terbangkitkan gairahnya.

Jika pun menurun tingkat kepekaannya, entah pada bagian-bagian tertentu atau justru seluruh tubuh, toh masih memungkinkan untuk diterapi lewat pengobatan dan pelatihan. Sambil tak lupa menggali akar permasalahannya kenapa bisa terjadi demikian, mengingat akibatnya dirasakan secara fisik, meski awalnya bersifat psikis.

Penulis : Th. Puspayanti
dikutip dari : http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/11/1050004/mitos.makanan.dan.seks..

Kandungan Lemah, Puasa Seks Dulu Deh!

SEJATINYA, berhubungan seksual selama masa kehamilan tidak dilarang. Namun, lain soal bila sang istri yang tengah hamil menunjukkan gejala-gejala kandungan lemah. Pada situasi seperti ini suami-istri mesti menahan diri dalam melakukan hubungan intim. Bahkan, lazimnya dokter menyarankan untuk sama sekali tidak melakukannya bila ingin sang janin lahir tepat waktu.

Apalagi bila kandungan sang ibu lemah karena leher rahim terbuka terlalu lebar dan harus dijahit. Pasalnya, hubungan seks berpotensi memicu kontraksi kandungan dan menyebabkan keguguran.

"Hubungan seks akan merusak jahitan dan memicu kontraksi," kata Muhammad Lutfi Alkaff, dokter kandungan dari RS dr Sardjito, Yogyakarta.

Kontraksi itu muncul bukan saja karena gerakan saat berhubungan, tapi juga karena pengaruh masuknya sperma ke rahim.

Selain itu, sperma juga berbahaya bagi janin. Pasalnya, sperma bisa membawa kuman-kuman. "Kuman bisa berkembang menjadi virus yang merugikan perkembangan janin," tandas Lutfi.

Ya, demi istri dan calon buah hati, tidak masalah bukan bila suami harus rela menahan diri dulu sampai kelahiran tiba?

Hubungan Intim Idealnya 3 Kali Seminggu

Melakukan hubungan suami istri bagi pasangan suami istri (pasutri) yang ingin segera mempunyai momongan ternyata terdapat trik tersendiri. Kuncinya sering berhubungan dan selalu melakukannya dengan senang hati.

"Jangan ada paksaan," kata Prof Dr dr Wahyuning Ramelan, SPaG (Spesialis Andrologi) Brawijaya Women & Children Hospital di Jakarta, Sabtu (13/12). Menurutnya, hubungan suami istri yang dilakukan dengan terpaksa akan menyebabkan produksi sperma maupun dan sel telur menjadi tidak baik. Kalau produksinya tidak baik akan memengaruhi proses reproduksi.

Selain itu, dr Ramelan juga menyebutkan bahwa hubungan suami istri sebaiknya dilakukan secara teratur. Setidaknya, pasutri melakukan hubungan minimal 3 kali dalam seminggu atau lebih. Jika hubungan tidak dilakukan secara intensif, maka kesempatan untuk memperoleh masa subur istri menjadi berkurang. "Semakin sering semakin baik karena bisa memperoleh masa subur istri," tutur dr Ramelan.

Sementara itu, Prof Dr dr Med Ali Baziad, SPOG yang juga dari Brawijaya Women & Children Hospital mengatakan, faktor utama penyebab sulitnya memiliki momongan berasal dari perempuan. Sebabnya, besar kemungkinan produksi sel telur yang kurang baik, hormon, dan siklus masa subur perempuan yang sering kali berubah.

Di samping itu, faktor usia juga memiliki andil dalam proses reproduksi. Menurut dr Ali, semakin tua usia seseorang, maka tubuh akan semakin mengalami perubahan dan mutasi. Hal ini berarti mekanisme perbaikan dalam tubuh juga semakin berkurang dan memengaruhi tingkat kesuburan baik perempuan maupun pria.

"Semakin tua semakin sulit, dan kemungkinan risiko melahirkan anak dengan kelainan semakin besar," ujarnya. Saat ini terdapat sekitar 11-15 pasutri sulit mendapatkan anak.

dikutip dari : http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/13/18094478/hubungan.intim.idealnya.3.kali.seminggu

Rokok Sebabkan Produksi Sperma Turun

Bagi pasangan suami istri yang ingin mempunyai momongan namun tidak kunjung datang juga, ada baiknya jika Anda berhenti merokok atau menghindari paparan rokok. Selain sederet efek negatif rokok, rokok juga dapat mengakibatkan produksi sperma pada lelaki lebih rendah.

Prof. Dr. dr Wahyuning Ramelan SPand (Spesialis Andrologi) Brawijaya Women & Children Hospital mengatakan berdasarkan penelitian kasar yang dilakukan terhadap lelaki yang merokok dan tidak merokok hasilnya adalah lelaki merokok cenderung memiliki sperma yang lebih rendah dibandingkan lelaki yang tidak merokok.

Kriteria sperma yang baik berdasarkan WHO, memiliki volume antara 2 sampai 5 mililiter (ml) sekali keluar. Sedang lelaki sangat subur memiliki lebih dari 200 juta sel sperma sekali keluar.

"Memang sampai kini belum ada penelitian resmi dan angka akurat pada manusia mengenai pengaruh rokok ini. Tetapi memang ada faktor," kata dr Ramelan, di sela diskusi Mendambakan Punya Momongan, di Brawijaya Women & Children Hospital, Jakarta, Sabtu (13/12).

Hal yang sama juga terjadi pada penelitian yang dilakukan pada hewan coba. Menurut dr Ramelan, jika hewan coba diberi paparan rokok, pada hewan coba jantan akan mengalami penurunan produksi sperma. Selain itu, kecenderungan memiliki anak dengan cacat bawaan juga cenderung meningkat dibanding hewan coba yang tidak diberi paparan rokok.

"Sebaiknya hindari paparan rokok. Karena kita juga tidak tahu sensitifitas kita. Setiap individu kan beda-beda," tuturnya.

dikutip dari : http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/13/12420866/rokok.sebabkan.produksi.sperma.turun

ON CLINIC WOMAN


Menurut penelitian sekitar 70% perempuan di dunia mengalami kesulitan orgasme. Gangguan seksual pada perempuan ini bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh. Perempuan, apakah single, menikah, bercerai dengan anak atau pun tanpa anak, sedang terlibat dalam suatu hubungan romantis atau tidak, berusia di bawah 30 tahun atau di atas 70 tahun, pada hakikatnya mereka berhak untuk mendapatkan kepuasan emosional menyangkut masalah seksual ini.

Tidak bisa dipungkiri, kepuasan dalam hubungan seksual pada perempuan akan mempengaruhi kondisi psikologisnya sehari-hari bahkan berpengaruh juga pada penampilan fisiknya termasuk juga mencegah penuaan dini. Tingkat stres yang tinggi dapat diobati salah satunya dengan aktifitas dan kepuasan seksual yang sehat.

On Clinic, yang telah hadir di Indonesia sejak tahun 1996 dengan dedikasi dan kepedulian tinggi terhadap masalah seksual penduduk Indonesia, saat ini hadir dengan terobosan baru yang khusus mengatasi masalah seksual perempuan.

Aspek Psikologis dari program ini berdasarkan kerja pioneer dari Psikolog ternama dunia W. Masters dan V. Johnson (“Human Sexual Inadequacy”, 1970) dan Psikiatris kenamaan H. Kaplan (“The New Sex Therapy”, 1970).

Master dan Johnson dalam tulisannya membagi respon seksual perempuan (juga laki-laki) dalam 4 tahap:

  1. Tahap Excitement (Gairah/Terangsang)
  2. Tahap Plateau
  3. Tahap Orgasme
  4. Tahap Resolusi


The normal female sexual response. (Adapted from Masters WH, Johnson VE. Human sexual response. Boston, MA: Little, Brown, 1966)

Pada perempuan, tahap pertama ditandai dengan bertransformasinya vagina menjadi lebih longgar dan lebih basah, sehingga memudahkan proses penetrasi penis. Respon puncaknya, seperti laki-laki, ditandai dengan orgasmus. Hal ini merupakan sebuah fase beruntun dari refleks yang ditandai dengan kontraksi ritmik involunter vagina. Banyak perempuan melaporkan bahwa mereka merasakan kombinasi sensasi vaginal dan klitoral pada fase orgasmus. Tetapi lebih banyak lagi perempuan yang hanya menikmati stimulasi klitoral, atau yang lebih dikenal dengan orgasme klitoris.

Pentingnya Mengetahui Anatomi Organ Seksual Perempuan


Selama melakukan hubungan seksual (intercourse), gerakan penis keluar masuk vagina secara efektif dapat menimbulkan ritme tarikan mekanik pada labia minora sehingga menstimulasi pula organ klitoris melalui gerakan “clitoral hood”nya.

Banyak pasangan mengabaikan aspek penting dari anatomi ini. Tidak sedikit perempuan, khususnya perempuan muda yang merasa malu dan bersalah untuk mengeksplorasi dan bereksperimen dengan organ miliknya. Padahal sesungguhnya perempuan muda lah yang membutuhkan stimulasi lebih tinggi dengan tingkat sensitivitas tinggi pula dari pasangannya untuk mencapai tahap “arousal” atau “full flower”.

Sering terjadi dimana banyak laki-laki datang untuk berobat dengan keluhan pasangan perempuannya kurang responsif atau menurunnya frekuensi seksual mereka. Ternyata diketahui bahwa keluhan ini terjadi karena ketidaktahuan laki-laki terhadap letak area sensitif pasangan perempuannya, sehingga di kemudian hari menimbulkan keengganan dari pasangan perempuan untuk melakukan hubungan seksual yang dianggapnya tidak memuaskan dirinya. Di sisi lain perempuan memiliki kondisi psikologis dimana ia malu untuk mengakui atau mencari tahu alasan ketidakpuasannya. Dengan kata lain, masalah sederhana menjadi kompleks dikarenakan pasangan tersebut tidak berhasil mengkomunikasikan dengan baik kondisi seksual mereka, atau gagal mempelajari dengan serius eksplorasi area sensitif organ perempuan.

Pengaruh Psikologis Perempuan

Didunia ini, perempuan sering sekali berada pada posisi marginal, inferior dan terbelakang. Dalam masalah seksual pun, perempuan secara turun temurun terkondisi untuk “nrimo” bahwa seks hanya sebatas bagaimana caranya memuaskan pasangan. Hal-hal lain yang menjadi sifat dasar perempuan dalam menyikapi hasrat seksualnya, adalah rasa malu dan bersalah, yang lebih lanjut akan membawanya pada sikap menghindar.

Banyak perempuan mengalami konflik dan merasa bersalah dengan hasrat seksual mereka, sehingga secara sengaja menolak pasangannya dalam bercumbu, atau berespon sangat minimal pada saat berhubungan. Ketidakpercayaan diri terhadap tubuh mereka atau rasa tidak nyaman juga dapat membawa perempuan pada respon yang sama. Mereka bisa menolak atau mendorong tangan pasangannya ketika hendak mencium buah dadanya atau memeras bokongnya. Terkadang mereka juga dengan segera, setelah merasa bergairah, meminta pasangan untuk segera menyudahi cumbuan dengan melakukan penetrasi tanpa sebelumnya mencapai tahap “arousal” yang memadai.

Kecemasan pada perempuan ini akan sangat mengganggu dirinya untuk mencapai klimaks seperti yang diharapkan. Perasaan-perasaan seperti:

  • “Saya harus cepat, dan harus terlihat puas, supaya ia tidak kecewa”
  • “Buah dadaku tidak cukup besar dan menarik untuknya”
  • “Aku malu untuk memintanya melakukan oral seks padaku” dll, pada prinsipnya adalah perasaan-perasaan yang akan memperparah kondisi psikologis perempuan.

Aspek Penting Komunikasi dengan Pasangan

Berusaha menjadi “lover” yang efektif untuk seseorang tanpa mengkomunikasikan dengan baik keinginan masing-masing, adalah seperti berusaha menembak target dengan mata tertutup. Untuk itu komunikasi yang baik & terbuka antar partner seksual akan sangat membantu dalam proses mencapai kepuasan seksual yang diharapkan.

Seorang perempuan dengan gangguan orgasme minimal pun, harus bisa menghadapi rasa takut untuk “meminta haknya” pada pasangan. Dengan cerdas dan lugas dia harus berani membicarakan “apa yang ia mau”. Tidak sedikit perempuan yang malu hanya untuk meminta pasangannya melakukan “foreplay” atau perangsangan lebih lama. Hal ini dikarenakan dengan meminta dirangsang lebih lama, perempuan merasa takut bahwa pasangannya akan melihat hal tersebut sebagai kekurangan dirinya. Padahal,hampir semua perempuan memang membutuhkan perangsangan lebih lama dan mayoritas menikmati fase “foreplay” ini. Yang pasti bahwa hampir mustahil perempuan akan mencapai orgasme tanpa sebelumnya merasakan gairah atau rangsangan yang cukup.

Hal-hal seperti inilah yang perlu dibicarakan kepada pasangan. Bila perempuan memilih diam, pasangannya akan berpikir bahwa semua baik-baik saja. Pasangan menjadi tidak peduli dengan keinginan perempuan. Padahal, bila perempuan menjalin komunikasi dan membicarakan secara mesra hal-hal yang menurutnya dapat membantu ia mencapai kepuasan, maka tentunya pasangan akan dengan senang hati membantu, dan proses bahu membahu ini akan lebih membuat hubungan yang sehat antar partner seksual.

Metode Seksual pada Kondisi Khusus

  1. Pada Perempuan yang sulit terangsang (Sexual Arousal Disorders)

Diagnosa ini ditegakkan bila terdapat gejala berulang atau berkelanjutan dari:

(i) gagalnya perempuan untuk mendapatkan atau mempertahankan respon lubrikasi (basah) atau respon “swelling” (area seks menjadi lebih banyak dialiri darah)

(ii) kurangnya rasa subjektif dalam merasakan gairah pada aktifitas seksual.

Pelatihan : The Sensate Focus (Fokus Sensasi)

(a) Tehnik 1 (PEMANASAN) :

Kedua pasangan menyiapkan diri di atas tempat tidur. Menanggalkan pakaian, mandi, kemudian relaksasi. Perempuan tengkurap pada perutnya, sedang sang laki-laki mulai meremas belakang tubuhnya dengan lembut dan sensitif. Gerakan tangan dimulai dari belakang leher, lalu perlahan bergerak ke belakang telinga lalu terus mencari jalan hingga sampai pada bokongnya. Gerakan dilanjutkan dengan lembut dan perlahan ke area tungkai hingga telapak kaki perempuan. Laki-laki dapat menggunakan juga bibirnya, sembari berkonsentrasi pada sensasi rasa saat kulitnya bersentuhan dengan pasangannya. Sedang perempuan, berusaha relaks dan merasakan setiap sensasi yang diberikan pasangannya dengan tenang dan damai. Perempuan harus mengabaikan alam pikirannya di luar sensasi yang ia rasa. Ia harus mampu menghapus rasa khawatir apakah pasangannya letih, jenuh atau tidak menikmati. Satu-satunya pikiran yang boleh ia kembangkan adalah “ia menikmati”. Ini adalah masa buat perempuan membebaskan dirinya untuk menjadi egois. Berhenti menjadi pelayan, penopang, ibu, istri, anak, atau apa pun. Ini adalah saat di mana ia adalah ratu yang sedang mendapatkan pelayanan, ia boleh menjadi egois, pikiran yang semata-mata terpusat pada kepuasan dirinya saja. Selama fase ini, perempuan diharuskan mengkomunikasi perasaannya kepada pasangan, agar laki-laki tahu apa yang dirasakan pasangannya untuk kemudian menimbulkan sinyal positif untuk terus melakukan langkah selanjutnya.

Perempuan harus bisa mengatakan pada laki-laki di area mana yang dirasakannya menyenangkan saat perabaan, dan apakah intensitas perabaannya kurang atau lebih, atau terlalu cepat. Ia harus bisa mengidentifikasi dengan benar bagian dari tubuhnya yang dirasakannya sensitif atau lebih responsif.

Bila dirasakan cukup, laki-laki bisa melanjutkan dengan membalik tubuh perempuannya dan mulai melakukan perabaan kembali di area depan dimulai dari wajah, leher hingga ke ibu jari kaki. Perlu diketahui, pria harus menghindari dulu organ seksual perempuan seperti puting susu, vagina, dan klitoris.

Selanjutnya bila perempuan terlihat jelas terangsang, pasangan dapat melanjutkan dengan pendekatan manipulatif spesifik terhadap eksitasi genital dengan melakukan posisi-posisi tertentu (tehnik berikutnya).

(b) Tehnik 2 (MANIPULASI EKSITASI GENITAL):

Perempuan harus mengindikasikan kesukaan spesifiknya pada stimulasi pasangannya, baik dengan memberikan rabaan halus pada pasangan, maupun dengan bergerak perlahan ke posisi yang diinginkan atau dirasakan lebih menyenangkan.

Juga, laki-laki harus tetap santai dengan secara perlahan meraba buah dada dan puting pasangannya, termasuk juga merangsang mulut vagina dan klitoris.

Menyangkut kepuasan berkaitan dengan tanggungjawab seksual, maka organ perempuan yaitu “klitoris” tidak disentuh langsung. Secara spesifik, manipulasi yang bisa dilakukan adalah dengan meraba secara umum area pubis, khususnya di area tudung klitoris (clitoral hood). Perlu disadari juga bahwa bagian dalam paha dan area labia vagina, adalah area-area sensitif pada kebanyakan perempuan. Untuk itu perempuan harus mampu mengontrol tekanan dan arah dari manipulasi manual pasangannya.

Sebagai alat bantu, laki-laki dianjurkan menggunakan produk lubrikasi dalam melakukan manuver-manuvernya, dari arah vagina ke area sekitar klitoris. Laki-laki tidak dibolehkan menimbulkan semacam gerakan ritmik terputus yang dapat menstimulasi orgasme. Tahap awal dilakukan selama 1-2 hari semata-mata untuk meng-evokasi sensasi kepuasan dan meningkatkan ambang sensasi erotik.

Perempuan pada dasarnya menginginkan tipe stimulasi yang beragam. Beberapa menyukai rabaan, yang lain menyukai sedikit cubitan, yang lain lagi menyukai gerakan berputar, atau ada juga yang menyukai gigitan atau dihisap, dll. Perempuan harus pandai mendiskusikan hal ini, termasuk juga metode alternatif lain yang diinginkan dalam menstimulasi klitoris. Kesukaan, ketidaksukaan, dan masalah yang dialami di masa lalu, dengan hati-hati dibicarakan pada pasangan. Tidak boleh ragu menggunakan jari atau bibir sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap patut.

Dalam tehnik ini, bila laki-laki memang terlihat putus asa dalam memberikan stimulasi seksual, perempuan dapat membantunya orgasme terlebih dahulu, baik secara manual maupun oral, namun tetap dengan syarat bahwa sang perempuan telah mendapatkan permainan genital tanpa paksaan untuk mencapai klimaks.

Tahap selanjutnya setelah 2 tahapan di atas, setelah perempuan dipastikan mengalami peningkatan gairah dan respon, juga merasakan kenyamanan dan kenikmatan yang diharapkan, adalah mulai melakukan intercourse (persetubuhan).

(c) Tehnik 3 (Fase Intercourse) :

Posisi yang direkomendasikan adalah posisi intercourse yang nyaman dan memuaskan bagi kedua belah pihak, baik laki-laki maupun perempuan.

Master dan Johnson menginstruksikan menggunakan posisi “Woman on Top” (perempuan di atas), sedang beberapa klinisi lain lebih menyukai posisi kaki bersilangan “side to side” (menyamping).
One variation of the woman-on-top, face-to-face intercourse position
One variation of the woman-on-top, face-to-face intercourse position

From the book "Masters and Johnson on Sex and Human loving"
Copyright 1982, 1985, 1986 By William H. Masters, M.D.,

Another variation of the woman-on-top, face-to-face intercourse position
Another variation of the woman-on-top, face-to-face intercourse position

From the book "Masters and Johnson on Sex and Human loving"
Copyright 1982, 1985, 1986 By William H. Masters, M.D.,
Virginia E Johnson, and Robert C. Kolodny, M.D.

Side-to-side, face-to-face intercourse position
Side-to-side, face-to-face intercourse position

From the book "Masters and Johnson on Sex and Human loving"
Copyright 1982, 1985, 1986 By William H. Masters, M.D.,
Virginia E Johnson, and Robert C. Kolodny, M.D.

“Thrusting” (gerakan penis dalam mempenetrasi vagina) dilakukan secara perlahan, tanpa tekanan, dengan perempuan memfokuskan perhatiannya pada sensasi fisik di area vagina dan sepenuhnya memegang kontrol dengan melakukan gerakan initial pada “thrusting”. Kontrol ini penting untuk perempuan, karena akan membantu meningkatkan kesadaran terhadap sensasi vagina, sekaligus juga kesadaran akan sensasi sensorik di seluruh tubuhnya. Bila laki-laki ingin segera ejakulasi, sebelum perempuan mencapai kepuasan, maka intercourse dihentikan terlebih dahulu (berpisah). Dalam fase istirahat, setelah laki-laki hilang keinginan untuk ejakulasi, perangsangan dilakukan selama periode/interval tertentu. Pada masa yang dirasakan cukup, dan perempuan belum juga berkeinginan untuk orgasme, intercourse selanjutnya bisa diselesaikan dengan laki-laki berejakulasi sebagai pencapaiannya.

Selanjutnya latihan-latihan di atas dilakukan lagi secara berkala, hingga perempuan mampu mendapatkan gairah yang ia inginkan.

Keuntungan Metode ini:

  1. Perempuan mampu melepaskan diri dari tekanan internal maupun ekternal sehingga mampu menghasilkan respon seksual adekuat dan juga mampu merasakan kesenangan erotis tanpa halangan.
  2. Efektifitas terapeutik dari latihan-latihan di atas datang dari kenyataan bahwa ia mampu secara spesifik meng-evokasi gairah seksual.
  3. Metode ini menimbulkan komunikasi efektif antar pasangan, dimana di sini perempuan dituntut mampu secara jujur menyampaikan respon kesenangan dan kenikmatan kepada pasangan sekaligus juga mengenali bagian-bagian tubuhnya yang sensitif secara seksual.
  1. Pada Perempuan dengan Kegagalan Orgasme

Banyak perempuan mengalami gangguan klimaks/orgasme. Artinya mereka mampu secara adekuat mengalami lubrikasi dan “swelling” vagina, tetapi gagal mencapai “puncak” kenikmatan. Hal ini dalam jangka panjang dapat mengarah pada kelainan somatik termasuk di antaranya nyeri dan chronic pelvic congestion (bendungan kronik pada area panggul).

Ada 3 faktor penting yang perlu diperhatikan dalam masalah ini :

1. Stimulasi klitoris sangat penting dalam menimbulkan orgasme perempuan. Stimulasi vagina, meskipun sangat menyenangkan dan merangsang, namun hanya berkontribusi pada timbulnya reflek orgasmik pada banyak perempuan.

2. Intensitas dari stimulasi klitoral bervariasi tergantung pada bentuk dari aktivitas seksual. Stimulasi fisik yang paling intens adalah dengan manipulasi manual pada klitoris, atau tekanan pada klitoris. Perlu dicatat, ternyata diketahui bahwa intercourse hanya menimbulkan stimulasi klitoris yang relatif minim, karenanya sering tidak cukup untuk memicu orgasme.

3. Banyaknya stimulasi yang dibutuhkan untuk menginduksi orgasme bervariasi tidak hanya antar individu tetapi juga pada perempuan sama dengan kondisi dan situasi yang berbeda. Bila telah sepenuhnya terangsang, ada perempuan yang bisa mencapai klimaks hanya dengan dua kali gerakan penetrasi ke dalam. Memang, sebagian perempuan mudah dalam mendapatkan orgasme pada situasi apa pun, tetapi banyak pula perempuan yang membutuhkan terlebih dahulu stimulasi klitoral yang panjang dan intens, meskipun mereka telah sepenuhnya terangsang, untuk mencapai klimaks.

Kriteria perempuan yang disebut mengalami gangguan orgasme, sbb:

  1. Perempuan yang mampu mengalami orgasme tetapi hanya terjadi pada posisi dimana ia berada di atas, yaitu posisi yang memungkinkan tekanan dan stimulasi yang besar pada klitoris
  2. Perempuan yang bisa mencapai orgasme hanya bila pasangannya membantu dengan melakukan stimulasi klitoris tambahan secara manual
  3. Perempuan yang mudah mencapai orgasme bahkan bisa mengalami multipel orgasme tetapi hanya bila mereka mendapatkan stimulasi langsung secara oral maupun manual
  4. Perempuan yang membutuhkan stimulasi klitoral yang panjang dan intens untuk mencapai orgasme
  5. Perempuan yang bisa mencapai orgasme pada saat masturbasi, tetapi gagal mengalaminya bila dengan pasangan
  6. Perempuan yang tidak terangsang secara cukup dengan stimulasi manual maupun oral untuk mencapai orgasme sehingga bergantung pada stimulasi yang intens menggunakan alat bantu vibrator
  7. Perempuan (kira-kira 10% dari populasi perempuan) yang sama sekali tidak pernah merasakan orgasme meskipun telah mendapat rangsangan yang cukup.

SEX dan WANITA

oleh Dr Nuke Febriana (Konsultan Medis On Clinic Indonesia For Women)

Tidak seperti laki-laki, perempuan adalah kaum yang tertutup dalam masalah seks. Dari sisi antropologi, perempuan dicap sebagai subordinat laki-laki. Hasrat seksual perempuan ditekan karena dianggap tidak pantas. Sedang kaum laki-laki dinyatakan “gagah”, “jantan”, justru karena penunjukkan hasrat seksualnya di hadapan khalayak. Berdasarkan penelitian antropologis, diketahui pada masa purbakala, kaum laki-laki banyak memegang peranan penting dalam usaha bertahan hidup (survival). Washburn & Lancaster, 1968, menelurkan konsep “Man the Hunter”. Di sini, posisi laki-laki didudukkan sebagai kaum superior yang memiliki peranan besar untuk mencari nafkah dengan gambaran fisik yang perkasa dan serba bisa. Di sisi lain, perempuan didudukkan pada posisi “rumahan” yang peranannya lebih kecil. Perempuan tergambar sebagai sosok yang lebih submisif, lemah, dan irrasional. Pada akhirnya secara seksual, laki-laki diibaratkan sebagai penakluk, dengan perempuan yang hanya “nrimo”.

Di era modern, khususnya di kota metropolitan, telah banyak terdapat pergeseran nilai dan peranan sosial perempuan terhadap laki-laki. Banyak perempuan mulai menyadari arti penting seksualitasnya dan mulai secara berani “unjuk gigi”. Ungkapan ‘perempuan agresif’ mulai bertebaran di sepanjang obrolan ringan para laki-laki metropolis. Pada dasarnya kesadaran dan penerimaan perempuan terhadap seksualitas dirinya, bukan berarti perempuan menjadi ‘murahan’ atau ‘binal’, sebagaimana klaim yang sering ditujukan masyarakat. Tetapi, seksualitas adalah jati diri, fitrah, yang menjadi ungkapan kebutuhan dasar setiap individu, termasuk perempuan. Dengan memahami diri, maka perempuan akan lebih terbuka terhadap hasrat seksualnya.

Menjadi ‘seksual’ atau ‘sensual’ bukan berarti perempuan menjadi sosok ‘sampah’. Kultur dikotomi seperti ini harus segera ditepis. Bila laki-laki ‘seksual’ adalah ungkapan jantan dan keberhasilan, maka perempuan ‘seksual’ juga selayaknya mendapat porsi nilai sama. Dalam budaya jawa, seks bukan hal yang taboo. Seks adalah suatu hal yang sakral yang merupakan proses menuju lahirnya generasi baru berdasarkan kerjasama seimbang antara “lingga – yoni”. Lingga adalah simbolisasi dari phalus, penis laki-laki, sedang yoni serupa vagina perempuan. Dalam kosmologi jawa, kelahiran manusia atau tirtasinduretna terjadi saat pertemuan lingga-yoni, yang kemudian dikandung di gua garba.

Menyimpulkan hal ini, perempuan perlu sadar betul arti seks dalam kehidupannya, agar tidak dipandang sebagai objek pelengkap semata. Ungkapan Simone de Beaviour bahwa perempuan adalah ‘the second sex’ tidak boleh menyebabkan perempuan pasrah dengan marginalisasi yang dibentuk oleh masyarakat. Perempuan harus sadar hak-haknya termasuk hak-hak seksualnya, yang lebih lanjut membawanya pada kepahaman bahwa seks bukan untuk suami atau pasangan, tetapi seks juga diciptakan untuk kepentingannya, P E R E M P U A N.

Sunday, 14 December 2008

DISFUNGSI SEXUAL PADA WANITA , Bisakah Terjadi?

Foto : Corbis

TERNYATA disfungsi seksual (gangguan seksual) tak hanya dialami pria. Kaum hawa pun turut mengalaminya. Hanya saja, secara fisik disfungsi seksual itu tidak terlihat. Mengenai hal tersebut, androlog dari Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) Dr Anita Gunawan SpAnd membenarkannya.


"Pada wanita, disfungsi seksual itu terdiri dari disfungsi desire dan orgasme, rasa sakit pada waktu melakukan hubungan seksual, vaginismus (kondisi di mana vagina langsung berkerut setiap kali akan berhubungan seks sehingga penis tidak dapat masuk), dispareunia (kondisi di mana vagina sakit pada waktu melakukan hubungan intim)," kata Dr Anita saat dihubungi okezone melalui telepon genggamnya, Senin (17/11/2008).

Disfungsi seksual pada wanita, sambung Dr Anita, adalah gangguan libido atau penurunan keinginan seks (hypo sexual desire disorder) yang disebabkan dua faktor, yaitu psikologis dan infeksi.

"Penyebab disfungsi seksual karena faktor psikologis semisal disebabkan pernah mendapat pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan atau karena sedang bertengkar dengan suaminya, namun dipaksa untuk melakukan hubungan intim, sehingga secara psikologis sebenarnya dia menolak tapi terpaksa melakukan. Sedangkan kalau karena faktor infeksi di saluran vagina, bisa disebabkan banyak hal semisal karena adanya keputihan atau jamur atau virus atau bakteri," paparnya panjang lebar.

Lebih lanjut wanita yang menyelesaikan program master di bidang Andrologi Universitas Airlangga, Surabaya ini mengungkapkan faktor psikologis memiliki peran paling besar untuk menyebabkan disfungsi seksual pada wanita.

"Gangguan ini banyak disebabkan karena faktor psikologis, sehingga seolah-olah dia menolak untuk melakukan hubungan seksual. Sebab dalam melakukan hubungan intim, wanita itu harus ada keterlibatan emosional di dalamnya. Kalau tidak, maka ajang bercinta pun tidak akan sehebat seperti yang diinginkan," ungkap istri Dr Gunawan Tirtaraharja, seorang dokter osteoporosis dari Rumah Sakit Medistra itu.

Kendati disfungsi seksual mengganggu, namun penderitanya tetap dapat disembuhkan. Yaitu dengan melakukan pendekatan dengan pakar sesksologi, mencari penyebabnya, dan mengobati apa yang menjadi penyebabnya.

"Untuk menyembuhkan disfungsi seksual pada wanita maka hal-hal yang harus dilakukan ialah berkonsultasi dengan dokter apa penyebabnya, lalu setelah mengetahui apa penyebabnya baru diobati. Kalau sudah hilang rasa sakitnya, maka bisa menikmati hubungan seksual lagi," imbuhnya.

Nah, khusus untuk penanggulangan pada disfungsi seksual yang disebabkan oleh psikologis, lanjut Dr Anita, maka harus ditelaah lebih dalam lagi faktor kejiwaan untuk memperbaiki hubungan antar-individunya. (nsa)

Penyebab Disfungsi Sexual Pada Wanita

Disfungsi seksual pada wanita kerap dianggap remeh. Padahal, kehidupan seksual yang sehat menjadi salah satu indikator kesehatan. Dan, tak adanya minat berintim-intim bisa menyebabkan pernikahan bisa berantakan. Kenali penyebabnya sebelum terlambat!

Menurut dr. Naek L. Tobing, psikiater, sex educator, dan sex counselor, disfungsi seksual merupakan suatu gangguan fungsi seksual dimana fungsi ini dibutuhkan manusia untuk melakukan kontak seksual yang normal. Pada perempuan, disfungsi seksual meliputi lima hal:

  • Penurunan/gangguan nafsu atau libido
  • Gangguan terangsang (arousal)
  • Gangguan orgasme
  • Dispareunia (kondisi dimana vagina kering)
  • Vaginismus (kondisi dimana vagina langsung berkerut setiap kali akan berhubungan seks sehingga tidak jadi berhubungan).


Dari kelimanya, yang paling sering diderita adalah tiga hal pertama. Dan dari ketiganya, hasrat atau libido memegang peranan penting. Jika tidak ada hasrat, seorang perempuan tidak bisa terangsang. Bila tidak terangsang, walaupun bisa berhubungan seks, otomatis tidak bisa orgasme.

INTINYA : LIBIDO

Benar, disfungsi seksual terberat adalah gangguan libido atau penurunan keinginan berhubungan seks (hypo sexual desire disorder). Kendati demikian, perempuan masih bisa melakukan hubungan seks karena alat kelaminnya bersifat rongga, dalam arti menerima. Berbeda dengan pria yang jika tidak ada libido, alat kelaminnya bisa “mati”.

“Perempuan masih bisa berhubungan seks, minimal melayani pasangannya sehingga kadang-kadang gangguan libido ini tidak kelihatan. Bisa dipalsu atau fake. Walaupun itu bisa ketahuan bagi pria yang punya pengetahuan,” papar Naek.

Gangguan libido bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
1. Primer
Disebut primer karena penyebabnya terjadi sejak awal atau sebelum dia mengenal seks. Naek mengatakan, memang ada perempuan yang sejak awal menikah atau bergaul dengan laki-laki, hasratnya kurang. Walaupun untuk perempuan yang belum menikah tidak bisa dipastikan begitu.

“Sebelum menikah, seorang perempuan bisa saja tidak mau berpegangan tangan dengan pacarnya karena memegang prinsip agama, dan sebagainya. Itu mungkin saja. Tetapi bisa saja dia memang memiliki gangguan libido. Itu yang susah ditebak dan tidak bisa dipastikan,” ujar pria yang buka klinik di Jalan Pakubuwono, Jakarta, ini.

Sembilan puluh persen gangguan ini disebabkan oleh faktor psikologis. Perempuan yang sudah menikah pasti ingin berhubungan seks sejak dia resmi menikah dan mengalami malam pertama. Bila keinginannya setengah-setengah atau ingin hanya karena “aturan” (bukan karena hasrat), patut diwaspadai.

Ada juga perempuan yang enggan berhubungan seks atau hanya berhubungan seks karena ingin punya anak. Dalam hal ini, otomatis pengetahuan seks perempuan tersebut kurang dan tidak tahu apa sebenarnya seks.

Selain itu, yang bersangkutan biasanya juga tidak sadar kalau dia mengalami gangguan libido dan biasanya yang mengeluh adalah suaminya. Parahnya, jika tidak diobati dan dicari penyebabnya kemungkinan perempuan tersebut akan bisa mengalami gangguan libido seterusnya.

2. Sekunder
Berbeda dari primer, pada penyebab sekunder, libido seorang perempuan mula-mula normal dan pada suatu waktu menurun. Dalam hal ini dia sudah pernah menikmati bagaimana berhubungan seks dan jika sewaktu-waktu hasratnya turun, bukan tidak mungkin dia mengalami gangguan libido.

Menurut Naek, dalam kasus ini penyebabnya mudah diketahui karena dulunya perempuan tersebut normal, dalam arti punya hasrat, terangsang, dan bisa orgasme. “Tanya kenapa dan cari penyebabnya. Biasanya mudah didapat penyebabnya dan setelah itu perbaiki penyebabnya,” sarannya.

Penyebabnya ada tiga hal, pertama, faktor psikologis. Kedua, hubungan suami-istri seperti perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga (ini merupakan penyebab terbanyak). Ketiga, fisik. Yakni karena berkurangnya hormon (banyak ditemui pada perempuan yang mendekati atau mengalami menopause), narkoba, dan sejumlah penyakit seperti liver, diabetes, ginjal, dan hipertensi

Gangguan Sexual "Pengantin Baru"

Oleh Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi

Ejakulasi dini merupakan gangguan seksual yang dialami pria lebih banyak ketimbang kasus disfungsi ereksi. Meskipun bukan faktor penghambat kehamilan, jangan dibiarkan. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan masturbasi secara tergesa-gesa.

Kasus:

“Saya pria berusia 29 tahun, menikah empat bulan yang lalu. Istri saya berumur 28 tahun. Sejak menikah setahun lalu, saya mengalami gangguan fungsi seksual, yaitu ejakulasi dini. Pada saat bulan pertama pernikahan, saya juga kesulitan dalam melakukan hubungan seks karena sperma ‘keburu’ keluar. Pada bulan ke-2 saya bisa melakukan penetrasi tapi juga masih ejakulasi dini, sehingga istri belum pernah merasa puas (tidak pernah orgasme). Sebetulnya kami dalam melakukan pemanasan (rangsangan) cuma sebentar, tapi begitu penetrasi, hanya beberapa kali gerakan sudah ejakulasi. Sebelum menikah dulu saya sering melakukan masturbasi yang biasanya cepat-cepat. Keadaan ejakulasi dini itu berlangsung sampai saat ini dan sangat menjengkelkan. Pertanyaan saya, gangguan apa yang menyebabkan ejakulasi dini? Bagaimana cara mengatasinya? Selain itu, apakah karena ejakulasi dini istri saya belum hamil? Padahal, istri tidak memakai alat kontrasepsi karena memang ingin cepat hamil.“

(Sonny, Jakarta)

Jawab:

Masturbasi Tergesa-gesa

  • Ejakulasi dini dialami oleh banyak pria, bahkan lebih banyak daripada yang menderita disfungsi ereksi. Jadi kalau Anda mengalaminya, itu bukan sesuatu yang luar biasa.

Anda hanya satu dari sekian banyak pria yang mengalaminya. Bedanya, kalau Anda mengalami sejak awal, pria lain mungkin mengalaminya kemudian, padahal awalnya tidak cepat ejakulasi. Namun, apakah mengalami ejakulasi dini sejak awal ataukah kemudian, pada akhirnya sama saja, sama-sama merasa kecewa, jengkel, dan tidak puas.

Istilah ejakulasi dini berarti ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai pasangannya mencapai orgasme. Syaratnya, tidak ada gangguan fungsi seksual di pihak wanita.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ejakulasi dini. Pertama, kebiasaan ingin mencapai orgasme dan ejakulasi secara tergesa-gesa. Kedua, kurang berfungsinya serotonin yang bertugas menghambat ejakulasi. Ketiga, gangguan saraf.

Agaknya kebiasaan masa lalu Anda, melakukan masturbasi secara tergesa-gesa, yang melatarbelakangi terjadinya ejakulasi dini Anda. Kalau istri tidak pernah mencapai orgasme, tentu itu mudah dimengerti.

Bagaimana mungkin dia dapat mencapai orgasme kalau hanya sesaat menerima rangsangan seksual melalui hubungan seksual? Kecuali kalau dia mudah menerima rangsangan tidak hanya melalui hubungan seksual, misalnya dengan masturbasi yang Anda lakukan.

Bukan Hambatan Hamil

  • Ejakulasi dini tidak menjadi penyebab hambatan hamil, sepanjang sperma masih dapat masuk melalui vagina. Artinya, kalau ejakulasi dini terjadi sebelum penis masuk ke vagina, tentu saja kehamilan tidak mungkin terjadi.

Kalau istri Anda belum hamil, padahal sudah menikah setahun dan melakukan hubungan seksual secara teratur, berarti Anda dan istri tergolong pasangan tidak subur atau infertil. Namun, kalau selama setahun itu Anda sering mengalami ejakulasi sebelum penis masuk ke vagina, Anda dan istri tidak tergolong pasangan infertil.

Andalah yang tahu pasti apakah Anda dan istri sudah tergolong pasangan infertil atau tidak. Namun, apakah Anda dan istri tergolong pasangan infertil atau tidak, yang pasti ejakulasi dini harus diatasi.

Ejakulasi dini dapat diatasi dengan menggunakan obat tertentu, selain dengan cara sex therapy. Kalau ejakulasi dini tidak diatasi, hubungan seksual Anda dan istri akan tetap tidak harmonis karena istri tetap tidak akan mencapai orgasme.

Di pihak Anda sendiri, Anda akan tetap merasa tidak senang, kecewa, jengkel, dan tidak puas karena hubungan seksual berlangsung singkat, tidak seperti yang Anda harapkan. Lebih jauh, ejakulasi dini kemudian dapat mengakibatkan disfungsi ereksi.

Di samping itu, untuk memenuhi keinginan hamil, sebaiknya Anda dan istri memeriksakan diri untuk mengetahui keadaan kesuburan. Melalui pemeriksaan yang benar, dapat diketahui bagaimana keadaan kesuburan Anda dan istri.

Andaikata terdapat gangguan, tentu dapat segera diatasi

Kata Pakar Sexolog tentang Disfungsi Sexual pada Wanita

Oleh: Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi

Istilah gangguan fungsi seksual atau disfungsi seksual menunjukkan adanya gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual.

Gangguan fungsi seksual dapat terjadi pada semua bentuk reaksi seksual terhadap rangsangan seksual yang diterima. Maka gangguan fungsi seksual dapat terjadi pada dorongan seksual, pada reaksi organ kelamin terhadap rangsangan seksual, sampai pada orgasme dan ejakulasi sebagai puncak reaksi seksual.

Berdasarkan data yang ada, baik dari data pasien yang datang berkonsultasi di klinik maupun lewat pertanyaan pada seminar dan rubrik masalah seksual di media massa, ternyata banyak warga masyarakat yang mengalami disfungsi seksual. Bahkan banyak ketegangan perkawinan dan perceraian yang pada awalnya bermula dari disfungsi seksual. Diduga paling sedikit terdapat 15 persen orang yang telah menikah mengalami salah satu jenis disfungsi seksual.

Tetapi sayang, masalah yang satu ini tidak segera diatasi agar akibat lebih jauh dapat dicegah. Mengapa? Paling sedikit ada tiga alasan mengapa disfungsi seksual tidak segera diatasi agar tidak sampai menimbukan akibat buruk. Pertama, kurangnya pengetahuan seksual salah satu atau kedua pihak. Kedua, hambatan komunikasi seksual pada pasangan suami istri. Ketiga, kurangnya informasi mengenai penanganan disfungsi seksual.

Maka tidak aneh bila banyak pria atau wanita tidak mengetahui bahwa pasangannya telah sekian lama sebenarnya mengalami disfungsi seksual. Banyak pasangan yang tidak mengetahui bahwa kehidupan seksual mereka sebenarnya tidak harmonis. Mereka dengan terkejut baru menyadari masalah itu setelah terjadi akibat lebih buruk, yang tentu sangat mengganggu.

Apa saja jenis disfungsi seksual pada pria?

Disfungsi seksual pada pria dapat dikelompokkan menjadi:

1. Gangguan Dorongan Seksual (GDS)
2. Disfungsi ereksi
3. Gangguan ejakulasi:
• ejakulasi dini
• ejakulasi terhambat
4. Disfungsi orgasme
5. Dispareunia.

Gangguan Dorongan Seksual berarti dorongan seksual atau gairah seksualnya tertekan atau hilang sama sekali. Disfungsi ereksi menunjukkan gangguan ereksi sehingga tidak mampu melakukan hubungan seksual dengan baik. Gangguan ejakulasi dapat berupa ejakulasi yang terlampau cepat dan tidak dapat dikontrol, yang disebut ejakulasi dini, atau ejakulasi yang terhambat sehingga tidak terjadi dalam waktu yang lama.

Disfungsi orgasme berarti kegagalan merasakan sensasi kenikmatan seksual, yaitu orgasme. Disfungsi seksual ini sangat jarang dijumpai pada pria. Pada umumnya pria mampu mencapai orgasme setiap kali melakukan hubungan seksual atau menerima rangsangan seksual yang cukup. Dispareunia berarti hubungan seksual yang menimbulkan rasa sakit pada kelamin dan sekitarnya.

Apa saja jenis disfungsi seksual pada wanita?

Pada wanita disfungsi seksual dikelompokkan sebagai berikut:

1. Gangguan dorongan seksual:

  • Dorongan seksual hipoaktif
  • Gangguan aversi seksual

2. Gangguan bangkitan seksual
3. Gangguan orgasme
4. Gangguan yang menimbulkan rasa sakit:

  • Dispareunia
  • Vaginismus
  • Gangguan sakit seksual yang lain

Pada wanita, gangguan dorongan seksual dapat berupa dorongan seksual yang hipoaktif atau terjadi gangguan seksual yang aversi. Dorongan seksual yang hipoaktif dapat diartikan dorongan seksual yang lenyap sehingga tidak merasa bergairah untuk melakukan segala bentuk aktivitas seksual dan hubungan seksual. Kalau menjadi aversi seksual berarti telah timbul perasaan tidak suka melakukan aktivitas seksual sehingga cenderung menghindar dan menolak.

Gangguan bangkitan seksual berarti tidak terjadi reaksi seksual walaupun merasakan adanya gairah seksual. Jadi reaksi seksual, baik yang terjadi pada kelamin maupun pada bagian tubuh lain, tidak terjadi.

Gangguan orgasme dapat berarti hambatan mencapai orgasme atau hanya dapat mencapai orgasme dengan cara tertentu saja. Gangguan fungsi seksual ini dialami oleh banyak wanita, termasuk yang sudah lama menikah.

Pada wanita, hubungan seksual yang berkaitan dengan rasa sakit dapat berupa dispareunia, yaitu terasa sakit pada kelamin atau sekitarnya ketika melakukan hubungan seksual. Rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual yang dipaksakan juga terjadi pada vaginismus, yaitu kekejangan abnormal otot vagina 1/3 bagian luar. Selain itu sebagian wanita juga mengalami rasa sakit pada kelamin ketika menerima rangsangan seksual walaupun tidak melakukan hubungan seksual. Inilah yang disebut gangguan sakit seksual yang lain.

Apa penyebab disfungsi seksual?

Pada dasarnya gangguan fungsi seksual, baik pada pria maupun wanita, dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik ialah semua penyebab yang berupa gangguan fisik atau penyakit yang berpengaruh terhadap fungsi seksual. Sedang faktor psikis ialah semua penyebab yang secara kejiwaan dapat mengganggu reaksi seksual terhadap pasangannya sehingga fungsi seksual terganggu.

Jadi penyebab disfungsi seksual sangat beragam, walaupun pada akhirnya menimbulkan ge jala yang sama. Tidak salah juga bila disfungsi seksual dianggap sebagai gejala dan suatu gangguan atau masalah yang menjadi penyebab dasarnya. Penyebab dasar inilah yang acapkali tidak diketahui atau tidak disadari oleh yang bersangkutan.

Apakah pengalaman seksual pertama kali dapat mengakibatkan disfungsi seksual?

Pengalaman seksual pertama kali yang tidak menyenangkan dapat mengakibatkan disfungsi seksual. Misalnya, rasa sakit berlebihan yang dialami wanita pada hubungan seksual pertama kali dapat merupakan trauma, yang kemudian menimbulkan akibat buruk pada fungsi seksual.

Rasa sakit berlebihan dapat timbul bila wanita belum berada dalam keadaan siap secara psikis dan tidak cukup terangsang. Bila wanita berada dalam keadaan siap dan cukup terangsang, rasa sakit terasa tidak berlebihan atau bahkan tidak dirasakan.

Karena itu bila istri merasa sakit berlebihan saat berhubungan seksual, suami harus memahami keadaan ini dan menghentikan kegiatan hubungan seksual pada beberapa hari berikutnya. Bila hubungan seksual dipaksakan, dapat terjadi trauma yang membekas di pihak wanita. Tidak jarang trauma ini kemudian dapat menjadi dasar timbulnya gangguan seksual lebih jauh bagi wanita.

Contoh lain, wanita yang mengalami perkosaan, selanjutnya sangat mungkin mengalami disfungsi seksual bila tidak dapat melupakan trauma seksual itu.

Di pihak lain, sebagian pria mengalami kegagalan melakukan hubungan seksual pertama kali karena tidak dapat mencapai ereksi penis yang cukup. Kegagalan ini pada umumnya disebabkan oleh hambatan psikis, antara lain karena perasaan takut gagal dan takut tidak dapat memuaskan istrinya. Kadang-kadang kegagalan ini berlanjut, dan selanjutnya pria itu mengalami disfungsi ereksi sehingga memerlukan pengobatan.

Pria yang pertama kali melakukan hubungan seksual lalu tertular Penyakit Menular Seksual atau penyakit kelamin, mungkin saja mengalami trauma yang kemudian mengakibatkan disfungsi seksual.

Apa akibat disfungsi seksual?

Disfungsi seksual dapat menimbulkan akibat, tidak saja bagi yang mengalaminya sendiri, melainkan juga bagi pasangannya. Banyak orang tidak menyadari bahwa disfungsi seksual dapat menimbulkan akibat buruk juga bagi pasangannya. Selanjutnya akibat buruk yang terjadi pada pasangannya semakin memperburuk disfungsi seksual yang mula-mula.

Hubungan seksual memang selalu melibatkan pasangan, karena kegiatan itu dilakukan oleh sepasang manusia. Maka wajar bila hubungan seksual terganggu, akibatnya akan dirasakan oleh sepasang manusia yang melakukan itu.

Bagi kebanyakan pria di sebagian besar masyarakat, gangguan fungsi seksual seringkali dirasakan sebagai sesuatu yang memalukan, membingungkan, dan mengakibatkan tekanan mental.

Reaksi ini terjadi sebagai akibat perbedaan gender yang lebih mengunggulkan pria dalam segala hal, termasuk dalam hal seksualitas. Karena pria diposisikan lebih kuat dan lebih hebat dalam hal seks, maka kalau terjadi gangguan fungsi seksual akan dirasakan sebagai sesuatu yang memalukan.

Karena itu pria yang mengalami gangguan fungsi seksual acapkali bereaksi dalam bentuk perilaku, misalnya menghindari situasi seksual karena merasa takut akan gagal lagi. Reaksi yang lain, mungkin dengan membuat alasan tertentu, misalnya menyalahkan pasangannya sebagai penyebab gangguan ereksi. Reaksi lain yang kerap dilakukan ialah mencoba mengatasi masalahnya dengan berbagai usaha, yang biasanya membuat keadaan lebih buruk.

Rasa takut gagal melakukan hubungan seksual justru mengakibatkan semakin hilangnya dorongan seksual dan lenyapnya ereksi. Semakin kuat dan lama rasa takut itu, semakin besar kemungkinannya mengalami kegagalan ereksi.

Dalam jangka lama, rasa takut itu mengakibatkan menurunnya rasa tertarik kepada seks, hilangnya rasa percaya diri, dan benusaha mengontrol kecemasannya dengan bekerja keras.

Selain itu, rasa takut melakukan hubungan seksual sering menyebabkan salah satu atau kedua pihak menjadi penonton selama interaksi seksual berlangsung, yaitu mengamati dan mengevaluasi reaksi seksual dirinya sendiri atau pasangannya. Dengan menjadi penonton dia menjadi kurang terlibat dalam aktivitas seksual.

Kalau seorang pria mengalami disfungsi ereksi, akibat buruk juga dapat terjadi pada wanita pasangannya. Lebih jauh, akibat buruk yang dialami pasangannya dapat mengakibatkan disfungsi ereksi menjadi lebih buruk lagi. Demikian seterusnya, laksana sebuah lingkaran setan.

Bila seorang wanita mengalami salah satu disfungsi seksual, akibatnya demikian juga. Akibat buruk dapat juga dialami oleh pria pasangannya. Lebih jauh, akibat buruk yang terjadi pada pihak pria dapat memperburuk disfungsi seksual yang mula-mula di pihak wanita. Demikian seterusnya yang terjadi, juga membentuk sebuah lingkaran setan.

Jadi disfungsi seksual, selain menimbulkan kekecewaan pada diri sendini, juga dapat mengakibatkan disfungsi seksual pada pasangannya. Banyak pria yang mengalami disfungsi seksual tetapi tidak menyadari bahwa dapat menimbulkan akibat bagi pasangannya. Demikian juga, banyak wanita yang mengalami disfungsi seksual tidak berpikir bahwa pada akhirnya dapat menimbulkan disfungsi seksual pada pasangannya.

Maka disfungsi seksual, yang pada awalnya hanya dialami oleh salah satu pihak saja, kemudian dapat menjadi disfungsi seksual yang dialami oleh pasangan itu. Pada akhirnya, ketika masalah itu telah mengancam keutuhan hubungan pribadi keduanya, kerap terjadi kesulitan untuk menentukan penyebab awalnya. Pihak pria menyalahkan pihak wanita karena dianggap tidak bersedia melakukan hubungan seksual, sedang pihak wanita menyalahkan pihak pria yang telah mengakibatkan dirinya menjadi tidak bergairah lagi melakukan hubungan seksual.

Karena itu jangan biarkan disfungsi seksual sampai menimbulkan akibat buruk yang berkepanjangan. Lebih baik lagi kalau disfungsi seksual dicegah agar tidak terjadi.

Apakah disfungsi seksual dapat diatasi?

Disfungsi seksual dapat diatasi dengan cara yang ada dan sudah diakui secara internasional. Tetapi hasilnya tentu sangat tergantung kepada jenis disfungsi seksual, penyebabnya, lama terjadinya, dan penyulit lain yang mungkin telah terjadi.

Perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan seksologi dan andrologi telah mempersembahkan cara pengobatan yang memuaskan untuk mengatasi berbagai jenis disfungsi seksual.

Untuk mengatasi disfungsi seksual, tentu harus diketahui dulu apa jenis dan penyebabnya. Penyebab yang ada harus diatasi dulu, apakah suatu gangguan fisik atau penyakit ataukah hambatan psikis. Kalau penyebabnya terletak pada pasangan yang mengalami gangguan fungsi seksual, maka disfungsi seksual pasangan harus diatasi dulu.

Pada dasarnya cara mengatasi disfungsi seksual, baik pada pria maupun wanita, terdiri dari 1). Konseling seksual, 2). Sex therapy, 3). Penggunaan obat, 4). Penggunaan alat bantu.

Sebagian orang yang mengalami disfungsi seksual merasakan perbaikan hanya dengan menerima konseling seksual. Tetapi sebagian lain memerlukan sex therapy, obat, dan alat bantu untuk mengatasi disfungsi seksual yang dialaminya.

Sex therapy adalah suatu bentuk pengobatan yang memadukan komponen biomedik dan psikososial. Dalam pelaksanaannya, sex therapy antara lain berupa latihan seksual yang ditujukan untuk mengatasi disfungsi seksual yang disebabkan oleh faktor psikis atau kalau faktor psikis sangat dominan. Prinsip sex therapy ialah meningkatkan faktor yang merangsang fungsi seksual dan melenyapkan faktor yang menghambat.

Obat yang digunakan untuk mengatasi disfungsi seksual haruslah obat yang benar dan sesuai dengan standar internasional. Pada saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berhasil mempersembahkan obat yang memberikan hasil menggembirakan dalam mengatasi disfungsi seksual.

Penggunaan alat bantu hanya dianjurkan untuk tujuan yang jelas, dan alat bantu yang digunakan harus sesuai dengan standar ilmiah.

Bagaimana dengan iklan yang menawarkan berbagai obat, ramuan, dan cara tertentu?

Memang banyak iklan di media massa yang dengan beraninya menawarkan obat, ramuan, dan cara tertentu untuk mengatasi disfungsi seksual. Bahkan ada pula tawaran yang disertai jaminan “sekali datang, sembuh selamanya”. Padahal obat yang diiklankan itu tidak melalui penelitian dengan kaidah ilmiah, sehiagga khasiatnya juga tidak seperti bunyi iklannya.

Ada pula iklan yang menyebut produknya merupakan hasil penelitian dokter. Penyebutan nama dokter pun perlu diwaspadai, karena harus jelas latar belakang keahlian dan kapabilitasnya, metode penelitiannya, dan apakah didukung oleh hasil penelitian di pusat penelitian yang lain.

Bagi banyak warga masyarakat yang tidak mengerti, iklan itu dianggap sebagai suatu cara pengobatan yang benar bermanfaat sesuai dengan bunyi iklannya. Kasihan sekali, karena masyarakat yang tidak mengertilah yang terkecoh oleh iklan itu.

Kalau diperhatikan, terdapat kejanggalan sekaligus kebohongan pada iklan seperti itu. Pada umumnya kejanggalan berbagai iklan itu terletak pada hal yang sama. Pertama, penggunaan istilah jenis disfungsi seksual yang salah, rancu, atau tidak punya arti. Kedua, pernyataan bahwa dapat menyembuhkan berbagai jenis disfungsi seksual yang disebut di situ. Ketiga, pernyataan jaminan “sekali datang sembuh selamanya” itu.

Pada kenyataannya, banyak warga masyarakat yang tidak merasakan hasilnya setelah menggunakan obat, ramuan, atau cara pengobatan yang sering diiklankan itu.

Bagaimana mencegah disfungsi seksual?

Beberapa petunjuk berikut diharapkan dapat mencegah terjadinya disfungsi seksual.

1. Menerima informasi yang benar tentang seksualitas wanita dan pria.
2. Menghindari pengalaman seksual yang tidak menyenangkan atau traumatik, termasuk hubungan seksual pertama kali.
3. Memelihara kesehatan tubuh secara umum.
4. Menjaga keseimbangan dalam hidup sehari-hari, antara kesibukan dan relaksasi.
5. Menghindari tekanan mental yang berlebihan.
6. Tidak menggunakan obat atau bahan kimia tanpa indikasi yang jelas dan tanpa petunjuk tenaga ahli.
7. Membina komunikasi seksual yang baik dengan pasangan.
8. Membina kehidupan seksual dengan pasangan agar berlangsung harmonis.
9. Menghindari suasana yang menjemukan dalam hubungan sehari-hari dengan pasangan.
10.Segera berkonsultasi dengan tenaga ahli bila merasakan ada masalah seksual. *

Kenali Disfungsi Sexual Pada Wanita

Seorang wanita disebut mengalami disfungsi seks jika terjadi gangguan pada salah satu fase hubungan seksual. Untuk mendapatkan hubungan seks yang berkualitas, Anda harus dapat melewati empat fase berikut ini dengan baik:
Desire, yaitu keinginan yang kuat untuk mendapatkan dan memberikan rangsangan seksual.
Arousal, yaitu respons tubuh terhadap rangsangan seksual. Pada wanita ditandai a.l. dengan vagina yang melebar dan mengeluarkan cairan serta membesarnya klitoris, putting susu mengeras
Plateau, ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, denyut jantung dan tegangan otot
Orgasme, ditandai dengan mengendurnya segala ketegangan yang terjadi pada fase plateau. Selain itu tubuh melepas hormon endorfin yang menimbulkan rasa senang dan relaks.

Jika salah satu dari empat fase ini terganggu, maka bisa menyebabkan stres dan pengaruh negatif terhadap suami dan lingkungan di sekitarnya, lebih jauh lagi bisa menyebabkan perselingkuhan.

Respons seksual merupakan interaksi dari berbagai faktor seperti fisiologi (fungsi tubuh yang normal), emosi, pengalaman, nilai-nilai sosial, gaya hidup, juga pola relasi antara suami istri itu sendiri. Contohnya bagi orang timur, tidak sopan/ tabu untuk mengungkapkan kemesraan suami istri di depan publik, misalnya berciuman bibir. (Contoh lain: malu “teriak-teriak” saat berhubungan seks, tapi bila pasangan lebih senang itu, bolehlah “mbengok-bengok”)….. hehehe..

Macam-macam disfungsi seks wanita:
Low sexual desire: wanita mengalami penurunan hasrat untuk melakukan aktivitas seksual
Sexual arousal disorder: ada keinginan untuk melakukan aktivitas seksual, tetapi dapat mempertahankan keinginan tersebut sewaktu melakukan hubungan seks.
Orgasmic disorder: meskipun mendapat cukup rangsangan, tidak dapat mencapai orgasme.
Sexual pain disorder: merasakan sakit selama melakukan aktivitas seksual. Biasa terjadi karena dispareuni (nyeri saat berhubungan seksual yang dapat disebabkan oleh infeksi, penipisan vagina karena menopause, atau faktor psikis) atau vaginismus (kaku pada 1/3 otot bagian bawah vagina sehingga menyulitkan penetrasi)

Penyebabnya bisa faktor fisik, hormonal, dan psikologis.
Faktor fisik: yang terutama adalah diabetes/ kencing manis, menyebabkan vagina kering/ kurang cairan pelumas (kayak oli aja…), radang sendi, kelelahan, pemakaian obat-obatan yang berlebihan
Faktor hormonal: turunnya kadar estrogen menyebabkan lapisan kulit organ intim menjadi lebih tipis, sehingga tidak nyaman saat berhubungan seks. Turunnya kadar testosteron akan menyebabkan turunnya gairah seks.
Faktor psikologis: rasa minder karena usia bertambah tua sehingga tubuh lebih “gembrot”, trauma akibat pengalaman seks yang tidak menyenangkan, tingginya tuntutan pekerjaan, merawat orang tua yang sakit.

Yang dapat anda lakukan:
Kenali organ intim dan bangkitkan ‘positive body image’ pada diri sendiri
Berkomunikasi dengan pasangan untk mencegah timbulnya perasaan ditolak. Komunikasi juga dapat membantu anda dan suami mengenali cara-cara lain untuk membangkitkan keintiman, misalnya mencari posisi bercinta yang nyaman untuk anda berdua.
Untuk mengurangi kekeringan pada vagina, gunakan cairan lubrikasi sesaat sebelum berhubungan seks
Membangkitkan kedekatan dengan pasangan seringkali juga dapat meningkatkan kelembaban vagina sehingga anda lebih nyaman saat melakukan hubungan intim
Hindari stres dan emosi negatif lainnya. Cobalah untuk menerima perubahan yang terjadi pada diri anda, karena tiap orang memang berubah, bukan?

Jangan diam saja….!! Konsultasikan masalah anda ke ahli/ dokter, mungkin pemecahan masalahnya sederhana, tapi anda kurang percaya diri untuk memulainya…

DISFUNGSI SEXUAL PADA WANITA

Seks. Sebuah urusan domestik yang dikategorikan sebagai masalah gampang-gampang-susah. Yang jelas, aspek ini tidak dapat disepelekan. Salah penerapan, bisa-bisa impian kebahagiaan berakhir pada keretakan bahtera rumah tangga.

Semua orang pastinya menghendaki sebuah pernikahan yang indah. Banyak tahap dalam persiapan perencanaan sebuah pernikahan, disamping persiapan mental dan materi, salah satunya yang paling berperan penting adalah sektor biologis dari masing-masing pasangan. Dimana seperti kebanyakan tujuan pernikahan pada umumnya, pengharapan perwujudan kehidupan yang harmonis nan bahagia merupakan nyawa dari sebuah penyatuan dua ego.

Sektor biologis yang meliputi aspek kesehatan dari organ produksi pada tiap pasangan ini pun banyak mengambil posisi peranan penting dalam barometer kebahagiaan sebuah rumah tangga. Dengan kata lain, keharmonisan sebuah hubungan sedikit banyak berorientasi pada kehidupan seksualitas.

Tentunya, dalam pengimplementasiannya sektor seksualitas ini mengalami tidak sedikit hambatan. Walau secara prosentase kasus seksuil yang paling banyak ditemui ke permukaan adalah dari sisi para kaum pria, seperti halnya ejakulasi dini, impotensi-disfungsi ereksi, dekadensi kualitas sperma, penyakit menular pada kelamin, dan lain sebagainya. Namun tidak serta merta tidak melulu masalah seksuil yang krusial tersebut dari para kaum pria.

Dalam prakteknya, tidak sedikit masalah disfungsi seksual terjadi juga pada kaum wanita.

Secara individual, seksualitas dipengaruhi faktor keluarga, sosial, hubungan interpersonal dengan pasangan, keyakinan (agama), dan berubah seiring penambahan usia, status mental, dan pengalaman personal.

Secara medis, seksualitas melibatkan proses yang kompleks, diperlukan kerjasama antara sistem saraf, pembuluh darah, dan hormonal.

Kesulitan seksual tidak hanya dialami oleh laki-laki. Keadaan ini tidak jarang juga ditemukan pada kaum wanita. Studi survey populasi yang dilakukan oleh Fugel-Meyer AR. dan Fugel-Meyer K. menemukan sekitar 30-35% wanita berusia 18-70 tahun mengalami kurangnya dorongan seksual selama 1-12 bulan.

Konsep disfungsi seksual pada wanita masih kontroversial, kebanyakan adalah yang diakibatkan oleh faktor biologis. Lembaga The American Psychological Association (APA) mengklasifikasikan masalah seksual pada wanita sebagai gangguan mental: kehilangan keinginan seksual, ketidaknyamanan saat berhubungan, trauma ketika berhubungan seksual, dan ketidakmampuan mencapai orgasme.

Fungsi Seksual Normal Pada Wanita

Siklus respon seksual wanita ditandai oleh perubahan fisiologis dan psikologis yang terdiri dari empat tahap: fase excitement, fase plateu, fase orgasm, dan fase resolution.

  • Pada fase excitement atau tahap pertama berawal dapat dipicu dari stimulasi yang berkualitas baik, secara fisik maupun psikologis. Tahap ini terindikasi oleh adanya perubahan emosional dan peningkatan frekuensi detak jantung, frekuensi pernapasan, dan pembengkakan pada vagina disertai lubrikasi akibat peningkatan aliran darah.
  • Apabila stimulasi secara konsisten dilanjutkan, maka akan berlanjut ke tahap kedua yang di indikasikan terjadinya pembengkakan vagina, peningkatan frekuensi detak jantung, dan terdapat tarikan otot yang terus meningkat. Hal lainnya seperti payudara membesar, puting payudara mengeras, dan rahim siap menerima penetrasi, pun kesemua hal tersebut adalah termasuk dalam tahap kedua atau fase plateu ini.
  • Tahap yang ketiga selanjutnya adalah fase orgasm, dimana melibatkan sinkronisasi vagina, anus, dan kontraksi otot perut, kontrol otot involunter menghilang sehingga menghasilkan peningkatkan perasaan kesenangan.
  • Tahap terakhir adalah fase resolusi, dimana pada fase ini melibatkan aliran darah yang mengalir menjauhi vagina, payudara dan puting payudara kembali mengecil, frekuensi detak jantung & frekuensi pernapasan serta volume tekanan darah kembali menurun.

Bagaimana wanita mengalami tahap-tahap tersebut bervariasi; sebagai contoh, ada beberapa wanita yang dapat mencapai tahap orgasme lebih cepat dari normal rata-rata wanita pada umumnya, ada juga beberapa wanita yang melewati fase plateu terlihat datar-datar saja seperti tidak ada reaksi, bahkan terdapat juga beberapa wanita yang memiliki variasi orgasme berulang sebelum mencapai tahap resolusi.

Proses Stimulasi Seksual Wanita

Pada awalnya, wanita bisa saja tidak memiliki keinginan sama sekali untuk melakukan hubungan seksual. Dibutuhkan motivasi meliputi faktor interpersonal dengan pasangan dan faktor psikologis mengenai diri sendiri dan lingkungannya.

Saat seorang wanita bersedia menerima dan menikmati stimulus yang diberikan, dirinya akan menjadi lebih fokus, terlebih bila stimulasi tersebut sesuai dengan keinginannya. Sangat jelas betapa jenis, waktu dan cara stimulasi mempengaruhi keinginan seksual wanita secara bervariasi.

Beberapa responden wanita bahkan mengatakan bahwa keinginan melakukan hubungan seksual juga dapat timbul secara spontan, mengakibatkan antusiasme dalam memberikan ataupun menerima stimulus seksual. Jenis dorongan ini biasanya dipengaruhi oleh siklus menstruasi, berkurang seiring dengan penambahan usia, dan biasanya meningkat saat melakukannya dengan pasangan baru.

Pada gambar bagan di atas, sebagaimana terlampir, pada bagian kotak bagan bagian paling kiri bawah menggambarkan kondisi pada saat awal, dimana pada momentum tersebut belum terdapat adanya dorongan seksual, namun seiringan dengan hal tersebut, sudah terdapat dengan motivasi yang positif.

Wanita memiliki beberapa alasan untuk menyetujui melakukan hubungan seksual, diantaranya yang memainkan peranan penting yakni meliputi:

  1. Keinginan untuk mengekspresikan cinta.
  2. Untuk menerima dan membagi kesenangan fisik.
  3. Untuk merasa lebih dekat secara emosional, membahagiakan pasangan dan untuk meningkatkan keberadaannya sendiri.

Selanjutnya proses perjalanan stimulus seksual wanita berlanjut pada tahap timbulnya keinginan untuk menerima stimulus secara lebih fokus. Stimulus ini diproses dalam pikiran, dipengaruhi oleh faktor biologis dan psikologis. Sebagai hasilnya, timbul dorongan seksual secara subyektif. Stimulasi yang berkesinambungan menghasilkan dorongan yang lebih besar sehingga mampu memicu timbulnya keinginan untuk melakukan hubungan seks lebih lanjut.

Kepuasan seksual, dengan ataupun tanpa orgasme, dapat tercapai apabila stimulasi diberikan dalam waktu cukup lama dan wanita yang menerimanya dapat tetap fokus pada stimulus tersebut tanpa adanya intervensi yang berarti. Secara tidak langsung, wanita dapat menikmati stimulasi tersebut tanpa efek negatif seperti halnya sensasi rasa sakit. (Modifikasi Basson 2001, dipublikasikan dengan izin American College of Obstetricians and Gynecologists).

Disfungsi Seksual Pada Wanita

Sebelum pembahasan ini menjabarkan lebih jauh, perlu sekiranya untuk mengetahui latar belakang apa itu definisi dari disfungsi seksual pada wanita.

Definisi konvensional disfungsi seksual acapkali dikaitkan dengan keinginan, pikiran, dan fantasi seksual. Namun setelah diadakan penelaahan lebih mendalam untuk mengkaji secara komprehensif kasus disfungsi seksual pada wanita, definisi tesebut kini telah berkembang.

The American Academy of Family Physician (AAFP) mengklasifikasikan penyebab faktor disfungsi seksual pada wanita menjadi:

  1. Gangguan keinginan, gangguan stimulasi.
  2. Gangguan orgasme.
  3. Dan gangguan nyeri seksual (termasuk di dalamnya rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual atau akibat vaginismus.

Keempat faktor kondisi tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, seperti terlihat dalam diagram berikut:

Untuk mengeksplorasi masalah yang mendasari terjadinya disfungsi seksual pada wanita, perlu ditinjau masing-masing dari sudut psikologis dan medis yang dapat mempengaruhi. Diantaranya adalah:

Faktor Psikologis :

  • Konflik intrapersonal meliputi:
  • Keyakinan yang bersifat tabu, merasa terasing, konflik identitas seksual, rasa bersalah (misalnya pada janda dengan pasangan baru).

  • Faktor sejarah meliputi:
  • Pengalaman dilecehkan (seksual, verbal, fisik), perkosaan, belum pernah mendapat pengalaman seksual.

  • Konflik interpersonal meliputi:
  • Konflik hubungan, perselingkuhan, baru saja mengalami pelecehan secara fisik, verbal atau seksual, libido seksual, perbedaan keinginan dengan pasangan, kurangnya komunikasi seksual.

  • Faktor Depresi dalam hidup / Stress meliputi:
  • Kondisi keuangan, keluarga atau masalah pekerjaan, penyakit atau kematian anggota keluarga, depresi.

Faktor Medis :

  • Faktor fisiologis meliputi:
  • Menjelang masa menopause, terjadi perubahan pada organ-organ yang terlibat dalam penerimaan stimulasi seksual.

  • Kondisi kulit meliputi:
  • Penurunan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar minyak, penurunan sensasi raba.

  • Kondisi payudara meliputi:
  • Penurunan lemak, kurang optimalnya pembengkakan payudara dan ereksi puting payudara sebagai respon terhadap stimulasi seksual.

  • Vagina
  • Vagina yang memendek dan yang kehilangan elastisitasnya. Sekresi fisiologis (lubrikasi) berkurang. Peningkatan pH vagina dari 3,5 menjadi 4,5 hingga > 5, penipisan lapisan luar (epitel) dinding vagina.

  • Organ reproduksi bagian dalam
  • Kandung telur (ovarium) dan saluran telur (tuba faloppi) mengecil, folikel ovarium tidak tumbuh dan berkembang, terbentuk jaringan parut/skar pada ovarium, berat rahim menurun 30-50%, leher rahim mengecil, dan penurunan produksi lendir.

  • Kandung kemih
  • Segitiga uretra dan kandung kemih mengecil.

Patologis (penyakit) :

Selain faktor fisiologis, disfungsi seksual juga dapat terjadi karena faktor patologis:

  • Peradangan pada vagina
  • Peradangan kandung kemih
  • Endometriosis (biasa ditandai dengan nyeri haid hebat)
  • Hipotiroid (kadar hormone tiroid rendah)
  • Diabetes mellitus (DM)
  • Multiple sclerosis
  • Muscular dystrophy
  • Tindakan pembedahan yang menimbulkan keluhan nyeri saat berhubungan seksual: pengangkatan rahim, pengangkatan payudara, luka sayatan saat persalinan.
  • Kelainan lain pada organ seksual (massa/tumor, infeksi, atrofi, jaringan parut, dsb).

Terdapat juga obat-obatan tertentu yang dalam dosis tertentu dapat mengakibatkan disfungsi seksual, yaitu:

  • Kontrasepsi oral
  • Antihipertensi
  • Antidepressant
  • Obat penenang

Selain penjabaran faktor-faktor di atas, masih ada beberapa faktor yang mampu mengakibatkan disfungsi ereksi, seperti halnya mengonsumsi alkohol dan rokok yang juga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi seksual normal.

Namun disamping penjabaran faktor-faktor diatas, masih diperlukan proses diagnosa yang memerlukan peran dokter untuk memperoleh informasi secara mendetil mengenai gangguan-gangguan yang dialami, serta guna mengidentifikasi kondisi medis atau ginekologis untuk mecari informasi faktor yang menyebabkan disfungsi ereksi pada tubuh dan tidak ketinggalan untuk menggali faktor psikososial.

Untuk menentukan terapi yang sesuai, perlu diketahui terlebih dahulu masalah yang mendasari terjadinya disfungsi seksual tersebut.

Beberapa wanita menganggap disfungsi seksual adalah hilangnya ketertarikan melakukan hubungan seksual (libido rendah) dan ketidakmampuan mencapai orgasme. Beberapa merasa tidak puas karena merasa pasangannya tidak memahami keinginandan cara melakukan stimulasi. Namun ada yang memerlukan terapi khusus karena alasan medis.

Apa yang dapat dilakukan?

Sebagai langkah awal, pasangan seksual dengan wanita yang memiliki disfungsi seksual dapat melakukan hal-hal dibawah ini:

  • Mencari pengetahuan & informasi yang cukup mengenai anatomi normal, fungsi seksual, dan factor-faktor yang mempengaruhi (misal dari media cetak dan elektronik atau konsultasi langsung dengan dokter).
  • Mendiskusikan dengan pasangan mengenai kemungkinan masalah yang mendasari pemicu hal tersebut.
  • Melatih penerimaan stimulasi dengan cara menggunakan materi-materi yang merangsang (video, buku), dengan masturbasi yang terkendali, komunikasi selama aktivitas seksual, mendiskusikan variasi baru dalam melakukan hubungan seksual dengan pasangan, menetapkan jadwal waktu untuk melakukan aktivitas seksual. Penggunaan vibrator untuk membantu mengatasi kekeringan vagina.
  • Mengajarkan teknik pengalihan perhatian. Dengan cara berfantasi yang dapat memicu timbulnya gairah seksual, melakukan kontraksi dan relaksasi otot panggul (sama seperti latihan senam Kegel), menggunakan latar belakang music, video atau televisi saat melakukan aktivitas seksual.
  • Mendorong penderita melakukan perilaku di luar hubungan intim yang dapat menimbulkan dorongan seksual. Dengan cara melakukan pijatan sensual, latihan fokus sensasi (pijatan sensual tanpa keterlibatan daerah seksual, dimana saat menerima pijatan, pasangan yang dipijat memberikan respon yang menunjukkan rasa nyaman dan komunikasi antar pasangan), stimulasi oral atau non-koitus, dengan ataupun tanpa orgasme.
  • Meminimalisir rasa sakit saat melakukan hubungan seksual (dispareunia).
    Superfisial (dangkal): menggunakan lidokain topical atau mandi air hangat sebelum melakukan hubungan intim.
    Vaginal: sama seperti dispareunia superficial namun dengan penambahan lubrikan.
    Dalam: perubahan posisi, obat antiinflamasi non-steroid sebelum melakukan hubungan intim.

Selain itu, terdapat beberapa penerapan terapi medikal yang sedikit banyak mampu membantu solusi disfungsi ereksi pada wanita. Beberapa terapi medis yang dapat dilakukan ialah:

  • Terapi pengganti hormon estrogen, terapi ini dapat membantu pada masalah kekeringan vagina, nyeri dan kurangnya sensasi stimulasi.
  • Terapi testosterone pada wanita dengan kadar testosterone rendah. Namun terapi medis ini dapat mengundang efek samping seperti halnya suara merendah, penumbuhan rambut dan jerawat.
  • Penggunaan obat vasoaktif (semacam obat yang mengandung zat sildenafil sitrat), dapat meningkatkan bendungan aliran darah balik pada klitoris.
  • Agonis adrenoceptor (seperti phentolamine dan yohimbine), dapat membantu pelebaran pembuluh darah. Dengan melebarnya pembuluh darah, maka dapat membantu melancarkan aliran darah ke vagina dan klitoris ketika proses stimulasi berlangsung sehingga meningkatkan bendungan aliran darah balik klitoris.
  • Terapi dengan alat klitoral EROS (EROS-CTD), telah diakui oleh Food and Drug Administration (FDA); pompa vakum kecil, ditempatkan di atas klitoris dan secara perlahan diaktifkan, menciptakan efek menghisap perlahan untuk meningkatkan aliran darah ke daerah tersebut, yang pada akhirnya membantu stimulasi.

Namun terlepas dari berbagai kiat penanggulangan sederhana serta penerapan terapi-terapi yang telah dijabarkan diatas, untuk gangguan yang menetap, masih diperlukan peran dokter dalam mengevaluasi setiap faktor ginekologis, hormonal, neurologis, anatomis, dan serta atau pengobatan tertentu secara hati-hati dan seksama. Dengan demikian dapat ditentukan terapi yang sesuai

Followers