Monday 19 January 2009

Guide Malam Pertama Pernikahan

Malam pertama adalah suatu moment yang ditunggu-tunggu kedua pasangan. Selain kesiapan mental, saling memahami dan berkomunikasi dengan pasangan adalah kunci agar malam pertama berakhir sempurna.

Tidak ada salah nya kita membaca guide artikel ini untuk menjalani malam pertama yang romantis dan penuh kenangan
Hindari ultimatum

Hubby (husband), boleh dikatakan malam pertama adalah moment penting bagi pasangan Anda. Meskipun Anda dan dia sudah berstatus suami istri, menghadapi malam pertama tidak bisa dipaksakan. Tidak ada yang suka dipojokkan. Lagi pula malam pertama tidak harus selalu di malam pertama. Mengerti maksudnya’kan!

Memiliki Kontrol

Meski Anda dan dia sama-sama belum berpengalaman, Anda sebagai hubby sebaiknya bertindak sebagai sosok yang lebih memiliki control. Istri Anda akan memerlukan panduan, rasa aman dan buaian dari Anda. For info, perempuan menyukai laki-laki yang memiliki kontrol untuk urusan bercinta. Biarkan dia yang tentukan kesiapannya, namun Andalah yang ’bertanggung jawab’ untuk membangkitkan hasratnya. Tentunya Anda ingin dia mengingat malam pertama sebagai moment dengan senyum bahagia di wajah.

Buat Dia Nyaman

Jika istri Anda gugup, itu hal wajar. Jadi, buat suasana senyaman mungkin. Tingkatkan kepercayaan dirinya dengan memberikan pujian seperti: pujian betapa seksinya dirinya di mata Anda.

Perbanyak ciuman, agar istri Anda tahu bahwa Anda hanya memikirkan dirinya. Bicara dengannya dan cari tahu apa yang ia inginkan. Secara perlahan ia akan melepaskan keraguannya dan menikmati malam pertama dengan Anda.

Bangkitkan hasratnya

Hal ini tentunya berlaku untuk Anda dan pasangan Anda. Patut diingat, aktivitas bercinta meskipun dapat membuat Anda berdua berada di ’langit ke sembilan’, pengalaman ini cukup menyakitkan bagi perempuan. Jadi, ketika Anda menyentuh tirai, go slow.. alihkah perhatiannya dengan tetap mencium dan mengelusnya. Berikan dia sesuatu agar pikirannya teralihkan, sehingga ia dapat menikmati sisa malam tersebut.

Tidak terburu-buru

Seperti yang sudah dijelaskan, seks bagi perempuan adalah moment penting dan bisa membuat traumatis jika saat ’pertama’ tidak dilakukan dengan baik. Jadi, meskipun Anda tahu pasangan Anda menginginkannya namun kemudian berubah pikiran, maka sebaiknya yang Anda lakukan adalah menunda atau menghentikan. Sikap ini menunjukkan bahwa Anda tidak egois dan menghargainya. Percayalah, bersikap sabar justru membuktikan Anda benar-benar mencintainya, dan menambah nilai Anda dimata dia.

So, hubby, pada intinya, jika malam pertama harus ditunda sampai beberapa hari, itu bukan akhir dari duani. Mungkin pasangan Anda hanya perlu diyakinkan dan rasa aman bahwa Anda ingin membahagiakannya.


Sperma Dapat Merangsang Kontraksi Rahim

Ini berkaitan dengan sperma yang mengandung hormon prostaglandin. Hormon ini sering menyebabkan kontraksi pada rahim. Kalau hamil, rahim akan lebih mudah kontraksi. Akibatnya, tempat melekatnya ari-ari bergeser dan bisa menyebabkan perdarahan. Karena itu jangan lagi ditambah dengan prostaglandin dari sperma agar tidak terjadi kontraksi pada masa trimester pertama (usia kehamilan dibagi menjadi tiga periode yang disebut trimester).

Hal ini berhubungan dengan hubungan intim akan lebih aman bila sudah memasuki trimester kedua, di mana janin sudah mulai besar, sudah keluar dari rongga panggul, dan ari-ari sudah melekat pada dinding rahim, sehingga umumnya tidak mengganggu saat hubungan intim. Jadi, boleh saja melakukan hubungan intim dan prostalglandin tidak akan begitu berefek.

Memasuki trimester ketiga, janin sudah semakin besar dan bobot janin semakin berat, membuat tidak nyaman untuk melakukan hubungan intim. Di sini diperlukan pengertian suami untuk memahami keengganan istri berintim-intim. Banyak, lho, suami yang tidak mau tahu kesulitan sang istri. Jadi, suami pun perlu diberikan penjelasan tentang kondisi istrinya. Kalau pasangan itu bisa mengatur, pasti tidak akan ada masalah. Hubungan intim tetap bisa dilakukan tetapi dengan posisi tertentu dan lebih hati-hati.

Tetapi apabila sudah memasuki 38-42 minggu belum ada tanda-tanda kehamilan tidak ada salah nya melakukan hubungan intim, karena sperma yang mengandung prostalglandin ini akan dapat membantu rahim untuk berkontraksi.

Sering dengar kata2 suster menyuruh bapaknya menengok istrinya yang hamil tua dan belum mau melahirkan kan? :)

Dikutip tanpa diubah dari : http://doktersehat.com/2008/07/23/sperma-dapat-merangsang-kontraksi-rahim/


Friday 16 January 2009

Ternyata Wanita pun Dapat Menderita Disfungsi Seksual!

By Dr Nuke Febriana
Konsultan Medis On Clinic Woman


Lastri mengeluh, akhir-akhir ini hubungannya dan Andi semakin dingin. Ini berawal dari seringnya Lastri menolak diajak berhubungan intim. Bukan apa-apa, Lastri memang sedang kehilangan minat. Deadline yang banyak di kantor membuatnya harus berlama-lama mengerjakan tugas kantor sehingga pulang ke rumah ia sudah sangat keletihan. Di luar itu, sudah beberapa bulan terakhir, Lastri memang merasakan gairah seks yang menurun. Kalau ia coba runut ke belakang, dia tidak ingat persis peristiwa yang menjadi pemicunya. Yang jelas, Lastri hanya malas. Andi bukan penyebabnya. Lastri bahkan tidak pernah lagi berfantasi seks atau memiliki pikiran-pikiran yang mengarah ke sana.

Lain Lastri, lain pula Ane. Dahulu, suaminya pernah ketahuan selingkuh. Rumah tangga mereka hampir hancur karenanya. Tapi mengingat kepentingan anak-anak, mereka berdua sepakat untuk meneruskan dan memperbaiki pernikahan mereka. Kini, Ane dilanda ketakutan luar biasa. Memasuki usia menopause dia merasakan dirinya menjadi frigid. Saat di tempat tidur, dia merasa seperti patung. Terkadang ia juga merasakan nyeri saat hubungan intim. Ane tidak terus terang pada suami. Tapi ia cemas bukan kepalang, hal tersebut disebabkan oleh faktor usia. Dia takut, gangguan yang ia alami akan membuat suaminya selingkuh lagi mencari wanita lebih muda.

Mungkin Juwita sedikit lebih beruntung. Ia dan Leo, suaminya, masih menikmati indahnya awal-awal pernikahan. Sudah 13 bulan usia pernikahan mereka. Sengaja menunda punya momongan, Juwita dan Leo ingin memuaskan diri berdua. Tetapi, ternyata di balik kebahagiaan itu, Juwita merasa menyimpan bom waktu. Di tempat tidur, Leo selalu gagal memuaskan Juwita. Sebenarnya bukan salah Leo. Juwita memang sulit sekali klimaks. Tidak pernah bahkan. Mencoba mencari informasi dari majalah, buku, dan internet; sampai sekarang Juwita masih belum juga bisa mendapatkan kenikmatan puncak dalam seks sebagaimana yang diidam-idamkan setiap orang.

Apa yang dialami 3 perempuan di atas, mungkin tidak asing terdengar. Menurut data terkini sebanyak 76% perempuan mengalami salah satu atau lebih disfungsi seksual dalam hidupnya. Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal JAMA, Laumann dan kawan-kawan melaporkan bahwa disfungsi seksual pada perempuan bahkan lebih banyak daripada laki-laki; yaitu 43% berbanding 31%. Hawton bahkan menambahkan bahwa prevalensi disfungsi seksual perempuan mencapai angka 35-60% dengan tingkat kejadian tersering yaitu pada gangguan desire (hasrat seksual menurun) dan arousal (gangguan untuk mencapai tahap terangsang seksual). Menjelaskan lebih lanjut, disfungsi seksual perempuan ada empat. Di luar yang tadi disebutkan yaitu gangguan hasrat seksual (Desire Disorder), gangguan mencapai stage terangsang (Arousal Disorder), juga terdapat 2 yang lain, yaitu: Gangguan Orgasme (Orgasmic Disorder) dan Gangguan nyeri saat berhubungan (Pain Disorder). Keluhan Desire, Arousal, dan Orgasme; adalah keluhan yang paling sering muncul seperti yang terjadi pada perempuan seperti Lastri, Ane dan Juwita. Mari kita bahas satu-satu keluhan-keluhan tersebut!

Gairah Seks Menurun

Kata Desire bisa kita artikan sebagai gairah, bisa pula dengan hasrat atau yang banyak orang juga sudah familiar, yaitu dengan kata libido. Adalah sudah menjadi kemahfuman bahwa perempuan secara budaya, terbatas dalam mengakui dan mengekspresikan hasrat seksualnya dibandingkan dengan kaum laki-laki. Dalam norma sosial yang berlaku di masyarakat, perempuan atau sosok istri haruslah sosok yang “suci” dan polos secara seksual. Perempuan yang terlihat lebih berani dalam mengekspresikan hasratnya dianggap tidak pantas. Itu pula yang kemudian menjadi sebab dari banyaknya penyangkalan perempuan terhadap hasratnya sendiri yang terjadi di bawah sadar. Bila perempuan merasakan “desiran” hasrat, timbul rasa bersalah, atau bahkan perempuan itu kemudian dalam mekanisme jiwanya justru menyangkal dan mengalihkan arti dari “rasa” itu dengan hal yang lain. Misal, menganggap bahwa “rasa” itu adalah nafsu sesaat, tanda menstruasi, atau tak sedikit kemudian dengan ketebalan dinding mekanisme jiwanya justru mengatakan “rasa” itu tidak ada.

Sepertinya sudah lumrah, ketika perempuan ditanyakan tentang masalah seks, mereka akan menjawab bahwa hal tersebut tidak penting. Perempuan lebih condong kepada kedekatan atau intimasi emosional ketimbang menginginkan hubungan seks yang cenderung selalu dikaitkan hanya dengan proses koitus (bertemunya alat kelamin). Hasrat seksual adalah suatu yang sekunder dan sesuatu yang dikubur oleh kaum perempuan. Kata “seks” sendiri sering kali ditakuti dan dijauhi. Padahal, dari sejak jaman purbakala dan berdasarkan peninggalan budaya-budaya kuno, jelas terlihat bahwa peradaban manusia selalunya meletakkan seks pada posisi sakral. Tidak dikesankan bahwa seks adalah perbuatan kotor dan tak berarti.

Hal ini yang penting untuk secara perlahan disadari kaum perempuan. Seks bukan hal taboo. Dan seks menyangkut semua aspek kedekatan baik fisik maupun emosional. Aktivitas seks bukan semata laku dari bertemunya alat genital laki-laki dan perempuan, tetapi juga merupakan irama harmonis yang berawal dari adanya hasrat atau gairah sampai berakhir dengan timbulnya kenyamanan fisik maupun psikologis.

Ketika, pada perempuan tertentu, dengan kondisi penyebab yang majemuk, mengalami kemunduran dalam gairah atau hasrat seksual, atau penurunan libido, maka reaksi yang terjadi menjadi beragam. Keadaan tertekan atau tidaknya perempuan karena gangguannya tersebut menjadi suatu kondisi relatif dan sulit dijadikan indikator absolut apakah perempuan tersebut perlu atau tidak untuk diobati, mengingat, banyak perempuan yang masih dalam fase “denial” terhadap hasratnya sendiri. Biasanya, mengambil contoh Lastri di atas, keluhan suami lah yang mengevokasi perempuan untuk mencari solusi penyembuhan. Bila tidak ada keluhan eksternal, maka tak sedikit perempuan yang merasa baik-baik saja tanpa rasa terganggu. Adalah perlu untuk dipahami, khususnya bagi kaum perempuan yang tertutup dalam masalah seks, tubuh dapat dianalogikan seperti sebuah generator listrik yang secara terus menerus menghasilkan daya jutaan watt. Ketika daya ini tidak disalurkan, dengan keranda normatif yang benar tentunya, maka generator ini dapat “meledak” di dalam, yang tanpa disadari menimbulkan efek somatis yang lebih lanjut berdampak pada timbulnya penyakit-penyakit. Kaum laki-laki dalam hal ini lebih beruntung. Karena secara natural mereka memiliki mekanisme sendiri yang terinduksi dari bawah sadar untuk menyalurkan secara efektif daya atau energi besar ini, keluar. Yaitu melalui “mimpi basah”. Pada perempuan tertentu, hal ini pun dapat terjadi, bilamana kekuatan bawah sadarnya cukup besar mendorong hasrat tersebut untuk muncul ke permukaan. Mimpi orgasme terkadang juga ditemui pada perempuan.

Memang betul bahwa dalam perjalanan rumah tangga, baik suami maupun istri, keduanya akan mengalami fluktuasi dalam hubungan seks mereka. Gairah seksual dapat turun naik terkait dengan kondisi-kondisi seperti keletihan fisik, status hormonal pada perempuan, depresi, atau dapat pula karena konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penenang, anti hipertensi, dll. Karena itu pada kondisi disfungsi seksual, khususnya menyangkut gairah seks yang turun, faktor penyebab tidak mungkin tunggal. Relasi dengan pasangan, latar sosial budaya, penyakit metabolik, dll semuanya berkontribusi terhadap timbulnya disfungsi ini. Hal ini menyebabkan pengobatan pada perempuan dengan gairah yang turun tidak mudah. Peneliti seperti Zilbergelt dan Ronan bahkan secara skeptis mengatakan bahwa gangguan hasrat seksual adalah suatu masalah kompleks yang sering gagal dalam standar terapi konvensional dengan para terapis psikologi atau konselor pernikahan.

Persepsi Diri dan Hasrat Seks

Perempuan jaman sekarang banyak sekali dibanjiri dengan informasi dari media yang menimbulkan miskonsepsi dan multipel interpretasi. Pengaruh informasi media begitu besar merubah pola kehidupan masyarakat dan individu di masa ini. Setiap hari perempuan dihadapkan pada ‘ciptaan virtual’ yang mengharuskan perempuan untuk mendefinisikan ulang apa yang disebut ‘normal’ dan ‘abnormal’ dalam kamusnya. Sebagai permisalan, cara perempuan mendefinisikan tubuh yang seksi (normal) atau wajah yang cantik. Pra tahun 50-an, image perempuan seksi berhubungan dengan pinggul yang lebar, tubuh yang montok, rambut yang panjang, dll. Hal ini kemudian bergeser menjadi tubuh yang ramping dengan pinggang yang kecil dengan buah dada besar keras dan mantap (tidak menggelendot). Hal ini tak terlepas dari peran media menciptakan “karakter imaginatif” yang secara spektakuler ditandai dengan kemunculan boneka Barbie di tahun 1959. Sosok Barbie berpengaruh besar dalam menciptakan gambaran ideal fantastik mengenai tubuh perempuan. Anak-anak, remaja, hingga perempuan dewasa, berlomba mempermak diri mengikuti pola artifisial yang dibawa dan disimbolkan oleh boneka Barbie. Perempuan menjadi tidak percaya diri pada bentuk tubuhnya sendiri. Hidung yang kurang mancung, perut bawah yang terlalu menjendul, payudara yang terlalu tipis, paha yang tidak kurus, kaki tidak jenjang, pinggul yang terlalu melebar, dll permasalahan yang membuat perempuan tertekan sendiri. Sedikit memang yang memiliki cukup uang atau berkeinginan melakukan operasi plastik. Tapi bagi yang tidak melakukannya pun, bukan berarti tidak menginginkan “keajaiban” yang dapat merubah fisiknya menjadi “ideal”.

Image diri inilah yang kemudian juga ikut memberi kontribusi terhadap munculnya gangguan dalam kehidupan seksual perempuan. Karena rasa malu, perempuan tidak berani mengeksplorasi dan membebaskan dirinya ketika berhadapan dengan pasangan di tempat tidur. Tidak sedikit yang malu untuk secara nyata membiarkan tubuh telanjangnya dipasat oleh pasangan. Terkadang ada perempuan yang memilih untuk mematikan lampu supaya tubuhnya menjadi tidak terlihat ketika hubungan intim. Karena itu, masih banyak perempuan yang bahkan tidak pernah mengenali, lebih jauh melihat, organ kelaminnya sendiri. Hambatan psikologis semacam, berdampak tidak kecil terhadap kemampuan perempuan dalam menikmati aktivitas seksnya. Perempuan sepanjang sejarah terbiasa menilai diri hanya dari bagaimana pria menilai dirinya. Bagaimana ia tampak di hadapan orang lain, khususnya kaum pria, memiliki nilai penting baginya. Kesadaran “diri” nya diletakkan pada persepsi pria atasnya.

Tentu saja perempuan harus sadar, bahwa letak “diri”nya ada pada bagaimana ia menilai dirinya, bukan pada bagaimana ia pikir orang akan menilainya. Apresiasi dari lawan jenis terhadap tampak luarnya bukanlah sesuatu yang harus ia cari dan puja, tetapi cukup hanya dilihat sebagai sebuah hadiah tambahan terhadap rasa percaya diri dan egonya. Perempuan harus berani mendobrak serangan image imaginatif yang dilancarkan produsen demi melanggengkan aktivitas konsumtif perempuan, tanpa menolak secara brutal usaha-usaha mempercantik diri yang merupakan bagian dari karakter dasar perempuan. Sebagai contoh, perempuan yang menggunakan kosmetika untuk mempercantik diri, dalam masyarakat masih dinilai berada dalam kerangka normatif. Tetapi bilamana perempuan tersebut mulai berusaha merubah cipta dasarNya, maka dikatakan melanggar norma yang ada (operasi plastik misalnya).

Terlepas dari bagaimana masyarakat atau budaya setempat menentukan nilai kepatutan, yang penting untuk dimengerti perempuan adalah bahwa ia cantik, indah, mempesona, penuh gairah; tanpa memandang apakah warna kulitnya terang atau gelap, hidungnya pesek atau mancung, alisnya tebal atau tipis, perut bawahnya bergelembir atau singset, kakinya jenjang atau berotot, payudaranya tipis atau berisi, dll. Coba lihat contoh di bawah ini, bagaimana cara pelukis melestarikan kekagumannya pada keindahan tubuh perempuan di atas kanvas:





Gambar : Lukisan "The Three Graces" oleh Peter Paul Rubens, 1639 (Museo del Prado, Madrid, Spanyol)



“The Three Graces” oleh Peter Paul Rubens (1577-1640), pelukis jaman Baroque, terinspirasi oleh lukisan pada relief di pompei, Itali, 60 SM. Lukisan tentang 3 Dewi dari mitologi Yunani Aglaia, Euphrosyne, dan Thalia. Sebuah representasi dari Joy (kegembiraan), Charm (daya tarik) dan Beauty (pesona kecantikan). Di lukisan Rubens ketiga anak dari Zeus dan Eurynome itu tidak digambarkan dengan tubuh yang tipis, ramping, kaki jenjang; sebagaimana gambaran “cantik” ala masyarakat modern saat ini. Dengan berani Rubens memperlihatkan tubuh natural perempuan apa adanya, sebagai bukti, bahwa keberadaan “ala kadar”nya seperti itulah yang merupakan gambaran keindahan paripurna. Betapa tubuh perempuan tidak harus terlihat rata tanpa cela, namun lumrah adanya dihiasi timbunan lemak di sana sini.

Coba perhatikan gambar berikut:


Perhatikan bagaimana wajah sebenarnya dari model perempuan di atas, dan bagaimana kecanggihan teknologi fotografi telah memanipulasi sedemikian rupa sehingga hasil akhir memperlihatkan seolah di wajahnya tidak ada keriput, halus bak pualam.

Realitas kecantikan yang ada sekarang sudah merupakan “bentukan” media yang kerap menimbulkan ketidakpercayaan diri pada perempuan yang terpengaruh. Perempuan harus betul-betul sadar bahwa keberadaan dirinya adalah kondisi natural yang sama sekali tidak mengurangi arti diri dan arti kecantikan alami sesungguhnya. Sebuah cerita menarik ketika seorang pria berusia 84 tahun mengatakan kepada kami bahwa baginya buah dada istrinya yang sudah berusia 80 tahun tetap merupakan payudara terindah yang pernah dilihatnya seumur hidupnya.

Perempuan Frigid

Dalam konsep disfungsi seksual perempuan, terdapat satu kelainan yang disebut arousal disorder, yaitu suatu keadaan dimana seorang perempuan gagal memberikan respon terhadap stimulus seksual yang tertuju atasnya. Respon ini baik berupa “perasaan menyenangkan” maupun berupa respon objektif yang ditunjukkan tubuhnya sebagai pertanda dirinya “terangsang”. Tanda utama bahwa seorang perempuan “terangsang” secara seksual adalah sekresi cairan kelenjar di vagina yang berfungsi sebagai lubrikan untuk memudahkan penetrasi alat vital pria ke dalamnya. Pada perempuan yang mengalami penurunan hormon testosteron dan estrogen, khususnya pada usia menopause, keluhan vagina kering sering muncul. Biasanya perempuan dengan vagina yang kering datang kepada praktisi kesehatan untuk berkonsultasi mengenai rasa nyeri yang ia alami ketika berhubungan intim. Tak sedikit yang kemudian menggunakan lubrikan atau pelumas untuk “meloloskan” penis di kali berikutnya.

Amat disayangkan, pada perempuan yang merasa kemampuan seksualnya menurun, yang terjadi adalah, mereka menjadi putus asa dan menerima begitu saja kondisinya. Sebagian perempuan ini merasa bahwa selama mereka masih dapat melayani suami “ala kadar”nya tentulah kehidupan mereka tak akan dirundung masalah besar. Tentu saja hal ini banyak salah kaprahnya. Ketika memasuki usia tertentu, khususnya fase menopause, perempuan akan diserbu dengan seribu satu masalah kesehatan. Tingkat stressor yang tinggi diikuti oleh kemampuan tubuh mengatasi stress yang berkurang, menyebabkan keluhan kesehatan perempuan semakin menjadi-jadi. Perempuan tidak sadar, bahwa sebenarnya mereka dikaruniai sebuah fasilitias rekreasi jiwa-raga yang murah meriah. Yang tidak hanya berguna bagi kesejahteraan dirinya, tetapi juga bermanfaat bagi keharmonisan hubungannya dengan pasangan. Kehidupan seksual, yang pada banyak perempuan Indonesia memasuki usia 50-an ditinggalkan, sebenarnya adalah rahasia untuk mencapai vitalitas tubuh optimal, bebas dari stress, awet muda, meningkatkan daya tahan tubuh alami, menghindarkan dari penyakit-penyakit metabolik dan pembuluh darah, termasuk juga membantunya mengatasi nyeri menahun akibat menurunnya kekuatan tulang dan otot.

Seorang penganut Tao-isme jaman klasik, Su Nu Ching, yang menulis buku dasar Seksologi Taoist, menjelaskan bahwa dalam proses reproduksi (seks) mengandung sebuah makna besar yang terkubur yang disebut Tao of Sex Wisdom. Meskipun banyak orang tidak mengetahui, sesungguhnya seks adalah sebuah aktifitas vital dalam kehidupan manusia sebagai bentuk elevasi spiritual. Di dalamnya terdapat rahasia kemanusiaan dalam menikmati, meningkatkan, mencintai kehidupan. Ia dapat memperkuat, memperpanjang sebuah kehidupan percintaan yang lebih lanjut mempererat ikatan antara dua manusia berpasangan, sebagai pondasi fundamental sebuah rumah tangga.

Ketika perempuan menjadi frigid, daya serapnya terhadap kenikmatan seksual terhambat. Ia diartikan dingin di tempat tidur. Terkadang, perempuan ini merasa stress, karena ia secara gairah masih normal. Keinginannya untuk melakukan aktifitas seksual besar. Namun, tatkala aktivitas itu dimulai, ia merasakan sensasi biasa, tidak seperti yang umumnya dirasakan banyak perempuan. Selama ini perempuan memendam ketidaknyamanannya karena takut ia akan dinilai rendah oleh orang lain. Rasa malu dan minder akan menggelayutinya. Selain itu, banyak pula yang tidak tahu ke mana mereka harus mencari pengobatan. Memang benar, mengobati perempuan dengan kendala seksual tidak seperti membalikkan telapak tangan. Belum pernah ada satu metode pun yang dianggap mampu memberikan miracle atau keajaiban yang bisa menyembuhkan seseorang dalam sekejap mata. Tetapi, meski pun demikian, tidak ada alasan untuk perempuan menunda-nunda mencari pengobatan hanya semata-mata alasan ketidaktahuan atau malu. Sudah saatnya perempuan menggerakkan dirinya menjadi seorang yang tidak takut tampil “seksual” tanpa harus diartikan berbau pornoaksi atau pornografik demi kelestarian jati diri dan kesejahteraan jiwa raganya, termasuk dalam artian ini mencari kesembuhan bagi kegagalannya menjadi hangat dalam aktivitas seksual atau frigid.

Makanan yang dapat mem-boost gairah seksual perempuan

Coklat. Peradaban kuno meksiko telah lama menggunakan coklat sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan seksual perempuan. Makanan manis ini diduga meningkatkan produksi serotonin, zat yang berperan dalam menimbulkan sensasi nyaman dan relaks. Coklat gelap adalah pilihan yang lebih baik karena lebih sedikit kandungan gula dan lemaknya.
Jahe. Fakta yang sudah diketahui sejak dahulu bila jahe dapat meredakan nyeri dan meringankan gatal pada gangguan tenggorokan. Diduga pada kaitannya dengan seksual, jahe memperlancar aliran darah di area genital perempuan sehingga membantu meningkatkan daya “terangsang” dan orgasmenya.
Ginseng. Bahkan di masa lampau, pria di Asia sudah menggunakan ginseng untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan alat vitalnya dalam aktifitas seksual. Pada perempuan, ginseng juga dikatakan dapat membantu menyembuhkan perempuan dengan gangguan orgasme karena ia berhubungan dengan pelepasan dopamin pada otak. Ginseng juga dapat membantu meningkat fertilitas pada perempuan-perempuan yang sulit hamil.
Vanilla. Seperti pada coklat, vanila juga memiliki efek sama dalam menambah gairah seks dan tingkat kenyamanan seorang perempuan. Meski begitu perlu betul disadari, tidak semua perempuan bisa merasakan efek dasyat dari coklat dan vanila terhadap kehidupan seksnya.

Orgasme pada Perempuan

Banyak mitos yang menyertai pembahasan orgasme pada perempuan. Sampai saat ini perempuan sering dikelabui oleh gambaran perempuan orgasmik yang sering muncul di film-film yang mengekploitir seks secara kasar. Kaum adam pun banyak yang tertipu merasa kondisi tersebut seharusnya ia lihat pada rata-rata perempuan, sehingga ekspektasi terhadap pasangan pun menjadi berlebihan. Penting untuk diketahui, pada dasarnya orgasme pada perempuan tidak serupa dengan orgasme pada laki-laki yang selalu ditandai dengan ejakulasi setelah hubungan seks. Pada perempuan, kompleksitas seksualitas yang ada, membuat sulit untuk pengamat menilai secara kuantitatif kemampuan orgasmiknya. Jangan lupa pula, dalam kenyataan sehari-hari, perempuan pandai menipu pasangan dengan berpura-pura orgasme !

Baik laki-laki maupun perempuan harus menyadari bahwa orgasme pada perempuan tidaklah semudah seperti yang selama ini dibayangkan. Adalah wajar untuk perempuan tidak merasakan orgasme untuk setiap kali hubungan intim. Perempuan membutuhkan kondisi pendukung seperti suasana hati, relasi dengan pasangan, foreplay yang cukup, fisik yang fit, posisi yang tepat. Sudah bukan rahasia lagi, bila pada posisi perempuan di atas, ia lebih mampu merasakan episode orgasme dibandingkan posisi lainnya yang ada. Banyak pula kesalahpahaman yang terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan sendiri, bahwa orgasme perempuan dihasilkan dari vagina, dengan anggapan area tersebut lah yang paling erogenik. Alfred Kinsey, peneliti perilaku seks manusia yang terkenal dari Amerika, pada tahun 1953 meneliti 6000 perempuan dan melaporkan bahwa mayoritas perempuan tidak bisa merasakan orgasme pada intercourse tanpa stimulasi langsung pada area klitoris. Itu kenapa, seperti yang tadi disebutkan, posisi women on top, lebih tinggi tingkat keberhasilannya dalam menimbulkan orgasme, dikarenakan pada posisi tersebut klitoris bisa mendapatkan gesekan yang maksimal. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Kinsey Institute for Research in Sex, Gender and Reproduction; melaporkan, bahwa hanya kurang dari 50% perempuan yang bisa mencapai orgasme saat intercourse (= coitus).

Oleh sebab itu, pandangan bahwa terdapat orgasme vaginal dan klitoris sebenarnya hanyalah mitos, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Anne Koedt (1970 ) dalam artikel yang terkenal berjudul The Myth of The Vaginal Orgasm. Koedt juga menyatakan dengan gamblang bahwa kesalahan ini lah yang juga terkadang menyebabkan ekspektasi salah seseorang terhadap klimaksnya perempuan. Banyak yang mengira bahwa vagina adalah organ sensitif perempuan untuk membuatnya orgasme. Padahal sesungguhnya, vagina bukanlah area super sensitif seperti yang diduga dan bukan pula dikonstruksi untuk menyebabkan orgasme. Klitoris di lain pihak, secara anatomi memiliki kemiripan bentuk dan fungsi dengan penis pada laki-laki, karena itu pula, klitoris lah yang sesungguhnya menjadi “ratu” area erogen yang dapat membawa seorang perempuan pada fase klimaks. Lombard Kelly dalam bukunya Sexual in Married Men dan Women mengatakan kepala klitoris terdiri dari jaringan erektil, dan memiliki lapisan permukaan dengan sel pelapis yang sangat sensitif. Di dalamnya banyak terdapat akhiran saraf disebut korpus genital yang sangat adaptif terhadap stimulus sensorik yang dalam kondisi mental yang tepat akan berakhir dengan orgasme seksual. Tidak ada bagian lagi di traktus generatif perempuan yang mengandung korpus tersebut.

Disfungsi Orgasme Perempuan

Pada konsensus panel para ahli dari multidisiplin di bidang female sexual dysfunction, Oktober, 1998, gangguan orgasme diartikan sebagai kesulitan yang persisten atau rekuren, atau keterlambatan dalam, atau absen dari ; pencapaian orgasme yang mengikuti stimulasi seksual dan fase terangsang yang adekuat ; sehingga menjadikan perempuan tersebut tertekan secara mental. Disfungsi orgasme ini dapat dibagi menjadi primer dan sekunder. Gangguan primer artinya, perempuan belum pernah dalam hidupnya merasakan orgasme (anorgasmia), sedangkan yang sekunder biasanya disebabkan oleh faktor-faktor yang muncul kemudian hari seperti tersumbatnya pembuluh darah, akibat operasi, penurunan hormon, trauma tulang belakang, dll. Anorgasmia atau kondisi dimana perempuan sama sekali tidak bisa merasakan orgasme biasanya terkait dengan masalah-masalah psikologis seperti trauma emosional atau abuse seksual; meski begitu faktor medis/fisik secara pasti juga berkontribusi pada masalah tsb.

Sebagaimana masalah disfungsi seksual yang lain, ketidakmampuan orgasme perempuan juga berefek pada kesejahteraan lahir batin perempuan tersebut. Sebagaimana yang mungkin diketahui, pada saat orgasme perempuan akan berada pada puncak sekresi zat katekolamin (endorfin) sepanjang aktifitas seksualnya, sehingga setelahnya ia akan merasakan kenyamanan dan kedamaian luar biasa. Leif (1980) mengatakan bahwa perempuan yang merasakan orgasme jauh lebih bahagia dan puas dalam hidupnya ketimbang yang tidak pernah. Newcomb dan kawan-kawan dalam laporannya bahkan menambahkan bahwa respon orgasme perempuan sangat dekat hubungannya dengan keintiman yang terjalin dengan pasangan.

Kesehatan Seksual Kunci Kebahagiaan

Setelah perempuan menyadari arti penting seks bagi kehidupannya, dan bagaimana pengaruh dari disfungsi yang ia alami terhadap kehidupannya, khususnya kehidupan rumah tangganya, maka penting untuk setiap perempuan segera mencari pertolongan ahli bilamana ia mendapati dirinya dalam kriteria kelainan tersebut. Kegagalan perempuan mengenali dan mengakui adanya gangguan seksual pada dirinya, menyebabkan tidak sedikit efek yang timbul terutama terhadap kehidupan berpasangan. Perceraian dan perselingkuhan yang akhir-akhir ini kejadiannya meningkat, tak sedikit yang bermula dari masalah “dinginnya tempat tidur”. Karena itu semua orang perlu membuka mata, menyadari, bahwa seks adalah bagian dari naluri dasar terpenting manusia untuk bertahan hidup. Bilamana hal ini terganggu, maka tidak heran salah satu akan mencari pelampiasan atau sumber lain untuk memenuhi hasrat dasarnya itu.

Frank dan kawan-kawan di tahun 1979 menunjukkan dengan data bahwa level kepuasan seksual berimplikasi pada hubungan antara 2 orang. Lawrence dan kawan-kawan (1995) menambah kuat pernyataan Frank dengan mengatakan bahwa benar adanya kepuasan seksual terkait langsung dengan kualitas hubungan antar pasangan. Morokoff dan Gilliland (1993) menjelaskan bahwa faktor seperti stress, level kepuasan seksual, frekuensi intercourse, berhubungan secara nyata dengan kebahagiaan rumah tangga.

Mengenai seksualitas sebagai naluri dasar yang menjadi hak setiap orang dalam mensejahterakan dirinya sebagai pribadi sekaligus sebagai pasangan, maka pada World’s Congress 14th of Sexology di Hongkong 26 Agustus, tahun 1999 yang lalu, telah dikeluarkan pernyataan mengenai hak asasi seksual setiap orang yang disebut dengan Declaration Sexual Right (lihat box untuk salinan lengkapnya). Dengan ini semua orang diharapkan sadar sepenuhnya akan kepentingan seks dalam kehidupan sekaligus juga mengerti batas antara hak dan kewajibannya dalam memfungsikan seksnya di kondisi masyarakat majemuk.

Khususnya kepada perempuan dengan tekanan budaya yang banyak terhadap naluri seksualnya, deklarasi itu dapat mengingatkan kembali perempuan akan hak-hak dirinya selaku manusia seutuhnya. Perempuan dengan masalah disfungsi seksual diharapkan mengobati dirinya bukan untuk kepentingan suami, atau desakan kebutuhan pasangan, tetapi semata-mata kesadarannya akan kepentingan dan kebutuhan dirinya sendiri dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan paripurna.

Copy Deklarasi Hak-hak Seksual

World Association of Sexual Health: AWS (formerly World Association of Sexology)

DECLARATION ON SEXUAL RIGHTS

Sexuality is an integral part of the personality of every human being. Its full development

depends upon the satisfaction of basic human needs such as the desire for contact,

intimacy, emotional expression, pleasure, tenderness and love.

Sexuality is constructed through the interaction between the individual and social

structures. Full development of sexuality is essential for individual, interpersonal, and

societal well being.

Sexual rights are universal human rights based on the inherent freedom, dignity, and

equality of all human beings. Since health is a fundamental human right, so must sexual

health be a basic human right.

In order to assure that human beings and societies develop healthy sexuality, the following

sexual rights must be recognized, promoted, respected, and defended by all societies

through all means. Sexual health is the result of an environment that recognizes, respects

and exercises these sexual rights.

1. The right to sexual freedom. Sexual freedom encompasses the possibility for

individuals to express their full sexual potential. However, this excludes all forms of

sexual coercion, exploitation and abuse at any time and situations in life.

2. The right to sexual autonomy, sexual integrity, and safety of the sexual body. This

right involves the ability to make autonomous decisions about one's sexual life

within a context of one's own personal and social ethics. It also encompasses

control and enjoyment of our own bodies free from torture, mutilation and violence

of any sort.

3. The right to sexual privacy. This involves the right for individual decisions and

behaviors about intimacy as long as they do not intrude on the sexual rights of

others.

4. The right to sexual equity. This refers to freedom from all forms of discrimination

regardless of sex, gender, sexual orientation, age, race, social class, religion, or

physical and emotional disability.

5. The right to sexual pleasure. Sexual pleasure, including autoeroticism, is a source

of physical, psychological, intellectual and spiritual well being.

6. The right to emotional sexual expression. Sexual expression is more than erotic

pleasure or sexual acts. Individuals have a right to express their sexuality through

communication, touch, emotional expression and love.

7. The right to sexually associate freely. This means the possibility to marry or not, to

divorce, and to establish other types of responsible sexual associations.

8. The right to make free and responsible reproductive choices. This encompasses the

right to decide whether or not to have children, the number and spacing of children,

and the right to full access to the means of fertility regulation.

9. The right to sexual information based upon scientific inquiry. This right implies that

sexual information should be generated through the process of unencumbered and

yet scientifically ethical inquiry, and disseminated in appropriate ways at all societal

levels.

10. The right to comprehensive sexuality education. This is a lifelong process from birth

throughout the life cycle and should involve all social institutions.

11. The right to sexual health care. Sexual health care should be available for

prevention and treatment of all sexual concerns, problems and disorders.

Sexual Rights are Fundamental and Universal Human Rights

Adopted in Hong Kong at the 14th World Congress of Sexology, August 26, 1999


Pengaruh Sterilisasi Terhadap Kehidupan Seksual Perempuan

By. Nuke Febriana, dr.
Konsultan Medis On Clinic Women

Katakanlah, Rita, yang baru saja melahirkan anak bungsunya dengan operasi sesar, melaporkan perubahan dratis kehidupan seksualnya dengan suami. Bukan sesar yang ia khawatirkan sebagai penyebab, tetapi menurut teman-temannya, sterilisasi yang ia lakukan berbarengan dengan operasi-lah biang keroknya. Mulanya, Rita tidak langsung percaya, meski kekhawatiran itu ada. Tetapi setelah pasca nifas untuk pertama kalinya berhubungan intim, Rita kaget bukan kepalang. Tidak saja ia merasakan sensasi yang berkurang, kemampuan orgasmenya pun menghilang. Perlu diketahui, Rita adalah satu di antara sedikit perempuan beruntung yang bisa dengan cepat mendapat orgasme, bahkan bisa berkali-kali dalam satu kali hubungan seks (multipel orgasme). Tetapi kali itu, Rita tidak menemukan lagi kemampuan “super”nya. Rita kesal, kecewa, khawatir. Tapi benarkah sterilisasi penyebabnya? Apakah dampak sterilisasi terhadap kehidupan seksual seorang perempuan?


Sterilisasi Perempuan
Sterilisasi pada perempuan adalah salah satu cara mengontrol kehamilan yang dilakukan secara permanen. Prosedur yang dilakukan adalah dengan menutup tuba fallopian melalui operasi. Tuba fallopian adalah semacam pipa yang berfungsi mengangkut sel telur menuju rahim. Di tengah tuba lah terjadi pertemuan sperma dan ovum, untuk kemudian setelah menjadi zigot, dibawa untuk ‘dierami’ dalam rahim.


Gambar 1. Tuba Falopian dan lokasi pembuahan

Dengan menutup tuba diharapkan jalan yang menjadi tempat bertemunya sperma-ovum terhalangi sehingga tidak menimbulkan kehamilan. Ada 3 metode yang dilakukan untuk melakukan hal ini yaitu:
1. Memotong kemudian mengikat tuba (tuba ligasi)
2. Membentuk jaringan ikat (scarring) pada tuba dengan elektrokoagulasi hingga menutup
3. Memblok tuba secara manual
Di antara ke-3 metode ini, tuba ligasi adalah yang paling popular dan sering dilakukan pada praktek sehari-hari.
Terdapat 3 tehnik operasi ligasi tuba yang terkenal dan sering dilakukan:
  • Tehnik Pomeroy : dibuat simpul pada tuba, lalu diikat, kemudian dipotong (lihat gambar 2)
  • Tehnik Pritchard (Parkland) : dua segmen diikat, lalu bagian di antaranya dipotong (lihat gambar 3)
  •  Tehnik Irving : dilakukan pemotongan di tengah tuba, lalu bagian yang dekat ke uterus diikat kembali ke dinding uterus mencegah pelengketan kembali atau kebocoran. (lihat gambar 4)


Gambar 2: Prosedur ligasi tuba “Pomeroy”

Gambar 3 : Prosedur Parkland











Gambar 4 : Prosedur Irving













Apa keuntungan sterilisasi? Di antaranya menjadi sebuah alat kontrol kehamilan sepanjang hidup (beberapa metode dapat dilakukan operasi reversal dengan membuka ikatan agar dapat hamil kembali), membantu mencegah infeksi kronik panggul, praktis karena tidak mengganggu saat hubungan intim untuk memasukkan terlebih dahulu alat KB.
Selain itu terdapat keuntungan non-kontraseptif di antaranya McLaughin, Kjaer dan kawan-kawan melaporkan bahwa sterilisasi memproteksi dari kanker ovarium. Selain itu dikatakan bahwa sterilisasi tidak menimbulkan resiko kanker payudara, kanker endometrium (dinding dalam rahim) dan tidak menyebabkan kerapuhan tulang.
Melihat seperti ini, lalu adakah sebenarnya efek tidak menyenangkan dari sterilisasi dan seberapa besar dampaknya terhadap kehidupan seksual seseorang? Apakah yang terjadi pada Rita dapat dikatakan efek dari sterilisasi atau masalah psikologis karena pengaruh kecemasan pasca steril?

Sindrom Pasca Ligasi Tuba (Post Tubal Ligation Syndrome)
Selama ini banyak praktisi medis yang menyangkal adanya gejala-gejala terkait dengan operasi ligasi tuba (sterilisasi). Yang diberitahukan kepada pasien adalah bahwa operasi ini aman, efektif untuk mengontrol kehamilan, dan tidak akan mempengaruhi hormon atau pun menyebabkan menopause. Benarkah? Lalu kenapa banyak sekali laporan perempuan terkait dengan operasi sterilisasi ini?
Adalah dr. Vicky Hufnagel, di tahun 1980, yang secara gencar mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada pasien-pasien yang ia temui yang mengeluhkan banyak gejala setelah sterilisasi. Hufnagel mengatakan bahwa banyak perempuan datang kepadanya mengeluhkan pendarahan, depresi, keringat banyak, dan kehilangan hasrat seksual. Sebelumnya setiap kali perempuan-perempuan tersebut melapor kepada dokter-dokter mereka, secara serempak mereka dikatakan hanya mengalami kecemasan yang tak beralasan. Dokter-dokter tersebut sangat yakin bahwa sterilisasi tidak memberikan dampak apa-apa, apalagi mempengaruhi hormon perempuan.
Dalam bukunya “No More Hysterectomies” (“Jangan Lagi Ada Histerektomi), Hufnagel menyodorkan 3 teori kenapa terjadi SPLT, yaitu 1. Ligasi tuba menghancurkan suplai darah ke ovarium; 2. Beberapa tipe prosedur sterilisasi tuba beresiko terhadap timbulnya endometriosis; 3. Peningkatan tekanan darah pada arteri ovarium menyebabkan ketidakseimbangan estrogen-progesteron.
Banyak data saat ini mulai dilaporkan oleh para klinisi menyangkut timbulnya gejala-gejala pada perempuan setelah operasi ligasi tuba. Hargrove dan Abraham melaporkan komplikasi jangka panjang pada perempuan yang disterilisasi sebanyak 22% sampai 37%. Studi di Inggris menemukan perempuan setelah operasi tuba, 40% mengalami peningkatan pendarahan menstruasi, 26% mengalami nyeri kram saat menstruasi. James G. Tappan dalam penelitiannya melaporkan bahwa 40,7% insidensi menorrhagia (pendarahan yang banyak saat menstruasi) diduga karena degenerasi cystic dari ovarium oleh gangguan aliran darah pada a.uterina. Pada penelitian lain di Amerika terhadap 8000 perempuan setelah 5 tahun pasca operasi ligasi tuba ditemukan 49% di antara mereka mengalami pendarahah menstruasi berat, 35% lain terdapat nyeri kram yang meningkat saat menstruasi. Wilcox dan kawan-kawan mendapati 489 perempuan pasca operasi tuba memiliki resiko 3,5 kali lebih besar dari rata-rata normal untuk terjadinya kanker serviks.
Susan Bucher, adalah perempuan dengan 2 anak yang pada usia 30-an melakukan prosedur sterilisasi dengan ligasi tuba. Dua tahun setelah itu, Susan datang kepada dokternya mengatakan bahwa ia mengalami henti mens. Tetapi “ocehan”nya tidak diindahkan. Selanjutnya Susan mengalami menopause dini, dengan kadar hormon yang sama dengan perempuan seusia 70-an. Dalam bukunya “What Doctor Don’t Tell You About Tubal Ligation and Post Tubal Ligation Syndrome”, Susan berjuang untuk mengatakan kepada perempuan di dunia agar menyadari dampak dari prosedur sterilisasi yang mereka pilih. Menurut Susan penting untuk para dokter melakukan inform consent sebenarnya mengenai efek jangka panjang prosedur sterilisasi. Susan juga menyarankan agar perempuan yang sudah terlanjur melakukannya, dapat melakukan operasi reversal, menyambung kembali tuba yang terputus.

Gambar 5: Susan Bucher dan dr. Vicky Hufnagel, sama-sama berjuang untuk perempuan SPLT



Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Menurut dr. Hufnagel, kondisi yang ia sebut dengan “Isolasi Ovarium” lah penyebabnya. Istilah ini diambil dari kondisi dimana ovarium seseorang terisolasi atau secara operasi –terbuang- dari suplai darahnya. Akibatnya ovarium menjadi atropi dan tidak berfungsi. Hal ini terjadi tidak hanya pada operasi ligasi tuba tetapi juga pada keadaan histerektomi (pengangkatan rahim) meski ovarium dikatakan tetap pada tempatnya. Yang terjadi bila ovarium tidak berfungsi adalah penurunan secara nyata dan tiba-tiba dari kadar estrogen, akibatnya terjadi lah prematur menopause dan shock hormon. Gejala yang muncul adalah hot flushes (keadaan dimana seseorang menjadi banyak berkeringat terutama malam hari dengan jantung berdebar-debar), menggigil, vagina kering, nyeri saat berhubungan, kehilangan hasrat seksual, dll.



Gambar 6 : Contoh kasus Isolasi Ovarium pada perempuan yang mengalami operasi ligasi tuba di tahun 1995











Gangguan Seksual Bukan Mitos
Apa yang dialami oleh Rita ternyata sungguh terjadi sebagai bagian dari Sindroma Pasca Ligasi Tuba. Warehime dan kawan-kawan melaporkan di tahun 2007 bahwa surveynya terhadap perempuan Amerika menunjukkan bahwa mereka dengan operasi ligasi tuba menjadi lebih besar kecenderungan untuk mengeluhkan stress yang mengganggu hubungan seks mereka, dan menemui dokter karena gangguan seksual. Penelitian oleh Basgul A dan kawan-kawan di Kanada terhadap 127 perempuan yang melakukan sterilisasi tuba di tahun 2000-2005 melaporkan 23,1% mengalami perubahan pada kehidupan seksual mereka.
Kasus yang jarang seperti pada Susan Bucher dimana ia mengalami kastrasi ovarium pada saat operasi (karena pembuluh darah yang rusak), menyebabkan hasrat seksual turun sampai ke titik nol. “Suami saya melakukan inisiatif untuk melakukan hubungan intim, tetapi saya sama sekali tidak tertarik untuk melakukannya,” cerita Susan.
Namun begitu, masih ada beberapa penelitian yang membuktikan bahwa sterilisasi tidak memberi dampak serius pada kehidupan seksual seseorang. Penelitian yang dilakukan Costello dan kawan-kawan yang dipublikasikan pada Jurnal Obstetric & Gynecology, September 2002, mengatakan bahwa 80% dari 4676 perempuan yang mereka teliti tidak melaporkan adanya perubahan konsisten pada gairah dan kenikmatan seksual pasca operasi ligasi tuba. Bahkan pada tulisan Shain RN dan kawan-kawan dikatakan pada sebagian perempuan sterilisasi tuba justru memberikan efek yang positif terhadap kepuasan dan spontanitas seksual mereka, karena mereka menjadi berkurang kecemasan akan kemungkinan terjadinya kehamilan tak terencana.
Meski data yang lebih banyak masih diperlukan untuk memastikan lebih lanjut Sindroma Pasca Ligasi Tuba, para dokter sudah tidak bisa lagi tutup mata akan banyaknya perempuan yang mengeluhkan kondisi mereka. Perempuan-perempuan juga perlu mendapatkan informasi yang sejujurnya mengenai efek samping dari prosedur operasi yang akan mereka lakukan. Alih-alih untung, malah jadi buntung. Untuk itu bagi mereka yang berencana melakukan sterilisasi, sebaiknya menimbang dengan cermat segala dampak dan manfaat dari prosedur yang hendak dilakukan.

-FIN-

Masa Haid yang Normal

Saya mengalami problem datang bulan yang tidak teratur, biasanya 2-3 bulan sekali baru haid lagi. Kalaupun haid, itu hanya 3-4 hari. Padahal, dulu bisa sampai satu minggu. Pertanyaan saya, Dok, masa haid yang normal itu berapa hari? Kedua, apa yang dimaksud indung telur buntu? Ketiga, berapa persen kemungkinan untuk bisa hamil apabila tubannya sudah ditutup?
Bu Atri

Jawaban
Kalau haid tidak teratur, 2-3 bulan sekali, di mana sebelumnya normal, berarti ada gangguan hormon. Keseimbangan hormon yang tidak terjaga ini yang bisa menyebabkan perubahan siklus haid.
Memang hampir semua orang tidak mutlak haid setiap 20 hari, 28 hari, atau tiap satu bulan atau dua bulan. Tidak harus tepat waktu. Kadang molor 1-2 hari, kadang maju 1-2 hari, itu masih dalam variasi-variasi normal. Tapi kalau sebelumnya tiap bulan datang, lalu sekarang muncul 2-3 bulan baru muncul lagi, berarti ada ketidak-seimbangan hormonal.
Masa haid yang normal itu sekitar 5-7 hari. Kurang satu atau lebih satu-dua hari tidak masalah, masih dalam variasi-variasi normal.
Mengenai indung telur yang buntu, tersumbat karena apa? Kalau indung telur tidak ada yang mengganggu, tidak akan menyebabkan kebuntuan seperti itu. Biasanya yang menyebabkan sumbatan adalah tumor, baik tumor di luar yang menekan atau yang di dalam saluran itu sendiri, berupa benjolan, sehingga menekan saluran telur dan tubanya tertekan. Ini yang biasanya menyebabkan tidak sampainya sel telur ke dalam rahim.
Pertanyaan terakhir, kemungkinan untuk bisa hamil walau tuba sudah ditutup? Kalau tuba itu ditutup dan hasil penutupan bagus, maka secara teori tidak bisa hamil karena sel telur tidak akan pernah sampai ke rahim.
Ada dua penutupan tuba. Ada yang hanya ditutup sementara atau diikat – ini metode KB -, ada pula yang dipotong lalu dijahit. Kalau hanya sekedar diikat, masih bisa dibuka. Tapi bila dipotong dan dijahit secara permanen, tingkat keberhasilan pada saat dibuka kembali sudah sangat rendah. Bisa terjadi perlengketan.
Biasanya cara itu digunakan pada mereka yang sudah benar-benar mantap untuk menjalani KB, makanya disebut kontrasepsi mantap karena sulit lagi untuk mendapatkan keturunan. Untuk itu, harus dengan pertimbangan yang benar-benar matang. Misalnya berdasarkan pertimbangan faktor usia, dalam artian sudah tidak lagi pada fase-fase usia subur. Karena kalau masih usia subur dan anak baru satu, lalu tiba-tiba anaknya itu meninggal, maka tidak ada keturunannya lagi.

Sperma Suami Kurang Aktif

Kami sudah 6 tahun berumah-tangga, tapi sampai saat ini belum punya keturunan. Usia saya 30 tahun, suami 36 tahun. Kami sudah memeriksakan diri, ternyata sperma suami ada yang kurang aktif, sementara dari pihak saya tidak ada masalah. Saat ini suami mengkonsumsi obat-obat tradisional, termasuk obat China, dan saya mengkonsumsi obat penyubur. Yang ingin saya tanyakan, apakah tidak ada efek samping kalau obat-obatan itu dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama? Kalau ada efeknya, tolong diberikan solusinya.
Bu Ani

Jawaban
Kalau kita periksa sperma, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan. Pertama, kita lihat jumlahnya. Volume cairan ejakulasi yang kita lepas berapa. Dari cairan ejakulasi itu, ada berapa kandungan spermanya. Dikatakan normal bila kita pada saat ejakulasi menghasilkan minimal 20 juta sel sperma. Dan, dikatakan berkualitas bila yang aktif dengan yang sangat aktif minimal 50 %, nah kalau dijumlah berarti Minimal 10 juta baru dianggap normal.
Bagaimana dengan efek penggunaan obat? Kalau kita konsumsi sesuatu, tentu kita harus tahu target kita apa. Meskipun kita belum mendapatkan keturunan, tapi setidaknya ada parameter. Sebelum kita mengkonsumsi obat, hasilnya seperti ini. Setelah konsumsi obat, dalam satu atau dua bulan kita harus periksa lagi ada kemajuan atau tidak? Kalau ada kemajuan, kita harus bertanya dulu, apakah aman untuk dilanjutkan atau tidak. Tapi kalau tidak ada kemajuan, kenapa harus dilanjutkan? Kalaupun ada kemajuan, kemajuannya signifikan nggak? Kalau nggak signifikan, mungkin karena kondisi fisik.
Sebenarnya, secara logika, untuk menghasilkan keturunan hanya dibutuhkan satu ekor sel sperma. Sekarang, kalau yang dikonsumsi adalah obat-obat hormonal - biasanya untuk penyubur dan mengandung hormon -, hati-hati untuk penggunaan jangka panjang karena bisa memicu pembesaran prostat. Masih mending kalau pembesaran prostatnya tidak ganas, yang jinak. Tapi kalau sudah mengarah ke ganas, resikonya lebih besar lagi, jadi harus hati-hati.

Makanan untuk Meningkatkan Hormon

Dok, saya mau nanya, jenis makanan apa saja yang bisa meningkatkan hormon pada pria?
Andy di Tanjung

Jawaban
Hampir tidak ada makanan yang menghasilkan hormon secara langsung, tapi dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung protein tinggi, terutama yang protein nabati, sangat mempengaruhi kualitas pembentukan hormon pada kelenjar. Jadi, biasakan mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung protein tinggi - bukan makanan-makanan yang mengandung lemak yang tinggi -, terutama protein-protein nabati, karena bisa membentuk asam amino dan mempengaruhi produksi hormon pada kelenjar.
Yang dominan pada pria adalah hormon androgen. Ada juga hormon estrogen, tapi yang dominan adalah androgen. Berbeda dengan wanita, hormon estrogen yang dominan. Androgen pada wanita tetap ada tapi dalam kadar yang sangat sedikit. Namun yang sedikit itu yang membentuk karakter.
Wanita yang kandungan hormon androgennya lebih tinggi, bisa kita lihat sifat kelaki-lakian yang membentuk dia. Salah satu gejala tingginya kadar hormon androgen adalah tumbuhnya rambut atau bulu-bulu halus di bagian-bagian tubuh seperti kumis, tangan dan kaki. Itu menunjukkan kadar hormon androgennya sedikit agak tinggi, tapi tetap tidak sama dengan hormon pria.

Menelan Air Mani Bisa Hamil

Kalau seorang wanita menelan air mani apa bisa hamil, Dok?
Wandi

Jawaban
Pertanyaan yang cukup menarik. Apakah dengan menelan cairan ejakulasi bisa hamil? Proses terjadinya kehamilan itu ketika sperma bertemu dengan sel telur dan berhasil membuahi. Kalau hanya sekedar bertemu tapi tidak membuahi, ya tidak akan terjadi proses kehamilan. Sedangkan lewat Miss Jelita saja ada yang sulit mencapai kehamilan, apalagi kalau lewat mulut. Sudah jelas-jelas bukan salurannya, bagaimana bisa ketemu?. Jadi, tidak akan menghasilkan kehamilan.

Dampak Menghentikan Konsumsi Pil KB

Sewaktu baru menikah, saya mengkonsumsi pil KB karena belum ingin memiliki anak. Yang ingin saya tanyakan, kalau berhenti mengkonsumsi pil KB tersebut apa bisa langsung subur dan cepat punya anak?
Diah di Makassar

Jawaban
Ada beberapa macam metode KB. Ada yang pakai pil, ada yang pakai suntikan, ada yang pakai implant atau susuk, dan ada juga yang dipasang di dalam rahim. Yang termasuk hormonal adalah yang diminum, disuntik, dan yang susuk. Sedangkan yang dipasang di dalam rahim bersifat non-hormonal.
Tingkat pengembalian kesuburan dari masing-masing penggunaan alat KB ini cukup berbeda. Yang hormonal tentu butuh waktu untuk mengembalikan kesuburan. Jadi kalau sudah kita gunakan dalam jangka waktu yang lama, butuh waktu dulu supaya siklus hormonalnya bisa kembali normal lagi, baru bisa kualitas kesuburannya kembali.
Selama menggunakan KB hormonal, ada beberapa sistem hormon tubuh yang diganggu sehingga membuat kita jadi tidak subur. Untuk mengembalikan kesuburan kita, dibutuhkan waktu. Tapi tidak sedikit orang yang lupa konsumsi pil – atau jadwal suntikannya molor-molor -, bisa kembali kesuburannya sehingga gagal ber-KB. Jadi, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung dari respon individu. Alat KB hormonal cenderung lebih lama pengembalian masa suburnya ketimbang yang non-hormonal.
Proses pengembalian kesuburan tidak sampai satu tahun atau 2 tahun, mungkin hanya sebulan, dua bulan, atau tiga bulan. Tapi untuk bisa menjadi lebih stabil dan terjadinya proses pembuahan, ada yang bahkan membutuhkan 2-3 tahun baru mendapatkan keturunan kembali. Beda dengan alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim. Begitu dilepas, mungkin hanya butuh waktu 1-2 minggu sudah kembali lagi tingkat kesuburannya.

Kiat Mengatasi Ejakulasi Dini

Saya pernah dengar, katanya untuk mengatasi ejakulasi dini dengan cara menahan kencing. Bagaimana caranya, Dok? Apakah onani bisa menyebabkan ejakulasi dini?
Abdul

Jawaban
Apakah masturbasi bisa menyebabkan ejakulasi dini? Kalau kita melakukan survai, mayoritas mereka yang menderita ejakulasi dini itu berawal dari sering melakukan masturbasi. Secara fisik, masturbasi tidak akan mengakibatkan perubahan pada Mr Happy yang bisa membuat kita mengalami ejakulasi dini. Tapi, kenapa orang sampai mau melakukan masturbasi? Karena dia tidak mampu mengendalikan rangsangan yang ada dalam dirinya.
Dengan mencoba menghadirkan sosok wanita saja dalam imajinasi, kita bisa mencapai ejakulasi. Bagaimana kalau wanita itu benar-benar ada secara fisik? Tentu akan membuat kita cepat ejakulasi.
Kedua, tidak ada orang yang melakukan masturbasi ingin bertahan lebih lama sehingga otak terlatih ketika kita ada rangsangan pada Mr Happy. Otak secara otomatis memberikan respon bahwa kita harus segera ejakulasi karena kita sudah sering melakukan masturbasi. Ketika kita melakukan hubungan intim dengan pasangan, ketika terjadi penetrasi, otak langsung memerintahkan kita mengalami ejakulasi, terbawa kebiasaan masturbasi yang ingin cepat-cepat selesai.
Pertanyaan kedua, apakah ejakulasi dini bisa diatasi dengan cara menahan buang air kecil? Yang ada adalah dengan cara senam kegel atau kegel training. Caranya yaitu seakan-akan menahan buang air kecil, jadi bukan menahan buang air kecil. Kalau sering menahan buang air kecil, nanti bisa kena infeksi saluran kemih. Apalagi kalau sudah parah, bisa menderita batu saluran kemih.
Dalam melakukan senam kegel, kita seakan-akan menahan buang air kecil, sehingga Mr Happy akan tertarik ke atas karena ada kontraksi otot. Sama ketika kita menahan buang air besar, Mr Happy juga akan tertarik.
Otot di situ satu kesatuan, itu yang dilatih. Ada yang cara cepat, yaitu tahan-lepas, tahan-lepas, tahan-lepas, itu kita latih berulang-ulang. Ada juga cara lambat, yaitu tahan sampai 2-3 hitungan baru dilepas. Ini cara lambat yang harus kita tingkatkan dari 2-3 hitungan hingga 10-15 hitungan dst, sehingga akhirnya nanti ketika ada rangsangan dan kita merasakan mau ejakulasi, kita secara otomatis bisa mengontrol otot pada Mr happy kita sehingga ejakulasi itu tertahan. Latihan seperti itu sama dengan ketika kita latihan membentuk otot, butuh proses. Tapi, orang Indonesia umumnya ingin cepat melihat hasilnya. Baru 1-2 minggu latihan, dan tidak ada hasilnya, lalu berhenti.

Keputihan Ganggu Hubungan Intim

Saya mengalami masalah keputihan yang tidak pernah berhenti. Saya sudah berobat di rumah sakit, tapi sampai sekarang belum juga sembuh. Ini sangat mengganggu, apalagi saat berhubungan intim. Yang ingin saya tanyakan, apa kira-kira penyebabnya, dan apakah berpengaruh terhadap usaha memiliki keturunan?
Indah di Sungguminasa

Jawaban
Kalau memang pernah berobat di rumah sakit, apakah sudah pernah diperiksa papsmear, diambil sampel lendirnya lalu diperiksa di laboratorium? Kalau pemeriksaan ini sudah dilakukan tapi masih belum bisa teratasi, coba dilakukan tes pemeriksaan sensitivitas. Dalam hal ini, lendirnya tadi diperiksa jenis bakteri yang ada di dalam atau jenis penyebab yang ada di dalam, lalu di-tes dengan obat yang cocok di laboratorium. Obat inilah nanti yang akan diberikan kepada ibu supaya bisa diatasi.
Apakah berpengaruh terhadap usaha memiliki keturunan? Kita harus tahu dulu faktor penyebab terjadinya keputihan ini dari mana. Kalau hanya sekedar keputihan, saya pikir tidak terlalu bermasalah karena keputihan hanya terjadi di Miss Jelita, bukan pada rahim, bukan pada indung telur. Kecuali kalau faktor penyebab keputihannya dari dalam, ini yang bisa mengganggu.

Siklus Haid Tidak Lancar

Saya berusia 21 tahun, sudah menikah satu tahun tapi masih menunda punya anak. Siklus haid saya tidak lancar, biasanya paling cepat dua bulan sekali dan paling lama 8 bulan sekali. Apakah itu bukan kelainan, Dok? Apakah bisa diobati? Sebagai tambahan informasi, kondisi seperti ini saya alami sejak masih gadis. Dan, saya agak tomboy.
Sisy

Jawaban
Siklus haid yang tidak teratur bisa jadi salah satu penanda kurang suburnya seseorang, tapi bukan berarti dia tidak subur dan tidak bisa mendapatkan keturunan. Tidak teraturnya siklus haid menunjukkan bahwa kondisi hormonal kita tidak stabil, dan ini perlu diterapi sesegera mungkin supaya ketika kita sudah menginginkan keturunan, bisa kita dapatkan dengan segera.
Salah satu tanda-tanda kehamilan adalah tidak mendapatkan haid. Tapi kalau sudah 8 bulan tidak haid, orang tidak bisa mengatakan Bu Sisy hamil atau tidak karena memang dari awal kondisinya seperti itu.
Anjuran saya, sebaiknya Bu Sisy sesegera mungkin datang ke dokter kandungan, periksakan diri supaya siklus haidnya distabilkan meskipun masih menunda kehamilan. Ada bagusnya kalau kita stabilkan hormonalnya dan menggunakan alat KB yang non-hormonal supaya tidak terganggu lagi, dan dokter juga bisa mengevaluasi dengan baik apakah dia tidak haid karena kondisi hormonal tubuh atau karena pengaruh obat KB. Karena, ada orang yang mengkonsumsi obat KB tidak haid, dan ada juga yang haidnya hanya sekedar bercak saja. Mereka yang menggunakan KB suntik mayoritas tidak mendapatkan haid, kalaupun ada hanya sekedar bercak saja.
Kalau ditanyakan apakah bisa diobati atau tidak, kita harus tetap berupaya supaya bisa kembali subur. Selama ini bukan hanya Bu Sisy yang mengalami keluhan-keluhan seperti ini: siklus haid yang tidak lancar, terlambat datang haid pertama. Ada yang sampai 16 tahun baru muncul haid pertama, itu masih wajar.
Mengenai kondisi Bu Sisy yang agak tomboy, bisa jadi karena kadar hormon androgennya lebih tinggi, tapi bukan berarti wanita yang kadar hormon androgennya lebih tinggi tidak bisa mendapatkan keturunan. Tetap bisa punya anak. Beberapa karakter fisik yang pada pria seperti tumbuhnya bulu-bulu halus di kumis, tangan, dan sebagainya, tidak mempengaruhi kesuburannya menjadi terganggu.

Cara Menghitung Masa Subur

Mengenai masa subur, kalau kita ingin melihat masa subur, kita harus punya data tentang siklus haid kita. Ada beberapa metode untuk menentukan masa subur, yang paling praktis yaitu dua minggu dari hari pertama haid sampai satu minggu ke depan, dengan asumsi bahwa kita mengalami siklus haid hanya 28 hari. (jarak antara hari pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya hanya 28 hari).
Kalau mau yang lebih akurat lagi, kita harus melihat data siklus haid kita selama 6 bulan ke belakang, berapa rata-rata siklus haid kita, ini yang kita hitung. Anggaplah rata-rata siklus haid kita 30 hari, terus kita bagi dua, hasilnya 15 hari. Nah, 15 ini ditambahkan hari pertama siklus haid kita. Misalnya tanggal 1, berarti 1+15=16. Jadi, rentang masa subur kita dari tanggal 14 (16-2) sampai 19 (16+3).
Alternatif yang ketiga dengan mengukur suhu Miss Jelita setiap hari. Kita bisa lihat suhu Miss Jelita setiap hari sama. Tapi bila pada hari tertentu melonjak suhunya namun kita tidak dalam keadaan demam, itu menunjukkan kita dalam fase ovulasi, pelepasan sel telur. Nah mulai di situ masuk masa subur.
Bagaimana frekuensi hubungan seksual dalam rangka memprogramkan keturunan? mitos yang beredar bahwa semakin sering berhubungan maka semakin besar peluang hamilnya. Tidak seperti itu, karena laki-laki juga punya kemampuan yang terbatas dalam menghasilkan sperma. Memang laki-laki memproduksi sperma setiap saat, tapi apakah jumlahnya maksimal setiap saat? Makanya sebelum masuk masa subur (2-3 hari sebelum masa subur) sebaiknya puasa berhubungan, tapi suami jangan mengalihkan puasa tersebut dengan melakukan masturbasi. Begitu masuk masa subur, baru berhubungan. Setelah itu, kalau mau berhubungan 2-3 kali dalam satu waktu ya silakan, kemudian puasa lagi, 2-3 hari, lalu berhubungan lagi, setelah itu puasa lagi. Jangan tiap hari berhubungan, apalagi setiap saat. Nanti setelah lewat masa subur, silakan, mau setiap saat juga tidak masalah karena kemungkinan terjadinya kehamilan sudah kecil. Tapi kalau selama masa subur harus benar-benar diatur.

Obat Penyubur Kandungan

Dok, apa memang ada obat penyubur kandungan?
Bu Lulu

Jawaban
Sebaiknya dievaluasi dulu, penyebab gangguan kesuburannya karena apa. Dianalisa kondisi rahimnya bagaimana. Biasa ada yang sudah terjadi pembuahan, terjadi kehamilan, tetapi rahimnya tidak kuat, tidak mampu menahan janin, sehingga gampang keluar. Beberapa kali terjadi keguguran. Itu yang disebut abortus habitualis. Untuk kasus ini, yang diperlukan bukan penyubur kandungan tapi penguat supaya rahimnya mampu menahan sehingga tidak terjadi keguguran.
Kalau faktor hormonal yang mempengaruhi, kita lihat kondisi hormonal yang bagaimana yang menyebabkannya sulit untuk mendapatkan keturunan. Biasanya faktor hormonal ini ditunjukkan oleh kondisi siklus haid yang kadang tidak teratur. Jadi, perlu dievaluasi dulu apa-apa penyebabnya sehingga dia menjadi kurang subur.
Laki-laki yang sulit mendapatkan keturunan juga seperti itu. Setelah diperiksa ternyata kondisi spermanya nol, dan ada juga yang kondisi spermanya banyak tapi tidak mampu bertahan hidup atau hanya sedikit yang bergerak. Perlakuannya tentu berbeda.

Dampak Menggugurkan Kandungan

Saya berusia 25 tahun dan sudah menikah. Yang ingin saya tanyakan, menggugurkan kandungan, meskipun baru tanda-tanda kehamilan, apa ada efek sampingannya, Dok?
Ira di MU

Jawaban
Pertanyaan seperti ini sering ditanyakan oleh pasangan-pasangan muda, mungkin ada beberapa alternatif alasan. Alasan yang paling riil adalah ingin menunda dulu kehamilan demi karier, dan biasanya juga tuntutan dari tempat kerja.
Resiko menggugurkan kandungan sangat besar. Yang pertama, pada saat terjadinya kehamilan, kita tidak pernah tahu apakah rhesusnya kita dengan pasangan sesuai atau tidak. Sehingga ketika terjadi kehamilan, bisa jadi itu yang pertama dan terakhir keturunan kita. Kalau ada berikutnya, selalu ditolak karena reaksi penolakan dari tubuh. Ini dari rhesus golongan darah. Kalau kita gugurkan, berarti kemungkinan untuk mendapatkan keturunan berikutnya sudah sangat sulit.
Kedua, setiap tindakan, jangankan yang tidak steril, tindakan medis saja masih tetap punya resiko meskipun resikonya lebih minim ketimbang tindakan-tindakan yang tidak steril. Inipun saya pikir tidak ada dokter yang akan melakukan tindakan pengguguran tanpa indikasi dari resiko masalah hidup orang tua/ibunya.
Jadi kalau hanya karena alasan karier, tidak ada dokter yang mau melakukan karena yang akan dikeluarkan adalah nyawa, meskipun baru tanda-tanda terjadinya kehamilan. Makanya, paling sering pengguguran itu dilakukan secara ilegal. Biasanya tindakannya tidak steril, sehingga resiko terjadinya infeksi pada rahim sangat besar. Resiko kematian mungkin bisa diatasi, tapi resiko infeksi pada rahim, bagaimana mendapatkan keturunan berikutnya, sudah sangat sulit. Ada orang yang pernah melakukan aborsi kesulitan mendapatkan keturunan lagi meski telah berobat kesana kemari, karena rahimnya tidak bisa menerima hasil pembuahan.

Peluang Hamil Setelah Dikuret dan Cara Menghitung Masa Subur

Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan, Dok. Pertama, apakah sel telur bisa dilihat melalui USG transvagina? Menurut salah satu dokter yang pernah saya datangi – saya menjalani program kehamilan –, dia melakukan dengan cara transvagina dan memberi obat untuk merangsang pengeluaran sel telur supaya pengeluaran sel telur bisa banyak, yang tadinya satu, bulan depannya bisa dua atau tiga.
Sekedar informasi, setelah mengkonsumsi obat itu, siklus haid saya jadi tidak teratur. Biasanya maju seminggu, malah mundur seminggu, bulan berikutnya mundur dua minggu lagi, makanya saya mencoba untuk menghentikan.
Perlu dokter ketahui, enam bulan lalu saya di-kuret karena keguguran, mungkin lantaran kecapean. Katanya, kesempatan untuk hamil agak lama kalau sudah di-kuret. Apa betul, Dok? Tolong dijelaskan juga bagaimana caranya menghitung masa subur dan frekuensi berhubungan intim yang baik supaya bisa segera hamil.
Rita di Sunu

Jawaban
USG singkatan dari ultrasonografi, yang dinilai adalah pantulan dari suara yang dilemparkan oleh alat. Transvaginal berarti melalui vagina, melalui Miss Jelita. Apakah bisa melihat sel telur? Sel telur itu sangat kecil dan tidak bisa dilihat. Ketika kita melakukan hubungan intim, suami melepaskan minimal 20 juta sperma. Coba bayangkan kalau ada dua sel telur, bisa dipastikan hampir setiap orang akan melahirkan anak kembar.
Setiap orang dalam siklus haidnya hanya melepaskan satu sel telur. Ketika dokter yang memeriksa Bu Rita mengatakan nanti pada bulan berikut ada dua, ada tiga atau empat sel telur, kemungkinan yang dilihat adalah indung telurnya. Mungkin yang dimaksud teman dokter itu adalah bagaimana supaya kedua indung telur yang ada di sebelah kiri dan sebelah kanan itu bisa berproduksi dengan bagus. Yang tadinya mungkin hanya sebelah yang menghasilkan sel telur, bagaimana yang sebelahnya juga dipicu supaya kedua-duanya bisa aktif , tapi tidak menghasilkan sel telur dalam waktu yang bersamaan karena satu saja dalam setiap siklus haid.
Pertanyaan berikutnya mengenai kuret, banyak faktor yang menyebabkan seseorang di-kuret : ada karena haid terus menerus tidak mau berhenti, ada karena penebalan dinding rahim sehingga sulit hamil, ada pula karena keguguran atau hamil di luar kandungan.
Mengingat Bu Rita pernah hamil tapi kemudian keguguran, berarti Bu Rita sebenarnya masih subur, suami juga cukup subur.
Memang benar salah satu resiko tindakan kuret itu membuat rahim jadi terganggu. Tapi kalau dikerjakan dengan baik oleh dokter yang profesional, hal itu bisa terhindar, resiko bisa minimal. Kecuali kalau umpamanya digugurkan secara ilegal dengan memasukkan berbagai macam benda-benda asing ke dalam Miss Jelita, ini yang beresiko bisa menyebabkan kemandulan, sulit hamil. Tapi kalau di-kuret dengan baik dan dibersihkan sampai tuntas, lalu diberikan obat supaya dinding rahimnya bisa normal kembali, tentu kesuburan tidak akan terganggu.
Mengenai masa subur, kalau kita ingin melihat masa subur, kita harus punya data tentang siklus haid kita. Ada beberapa metode untuk menentukan masa subur, yang paling praktis yaitu dua minggu dari hari pertama haid sampai satu minggu ke depan, dengan asumsi bahwa kita mengalami siklus haid hanya 28 hari. (jarak antara hari pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya hanya 28 hari).
Kalau mau yang lebih akurat lagi, kita harus melihat data siklus haid kita selama 6 bulan ke belakang, berapa rata-rata siklus haid kita, ini yang kita hitung. Anggaplah rata-rata siklus haid kita 30 hari, terus kita bagi dua, hasilnya 15 hari. Nah, 15 ini ditambahkan hari pertama siklus haid kita. Misalnya tanggal 1, berarti 1+15=16. Jadi, rentang masa subur kita dari tanggal 14 (16-2) sampai 19 (16+3).
Alternatif yang ketiga dengan mengukur suhu Miss Jelita setiap hari. Kita bisa lihat suhu Miss Jelita setiap hari sama. Tapi bila pada hari tertentu melonjak suhunya namun kita tidak dalam keadaan demam, itu menunjukkan kita dalam fase ovulasi, pelepasan sel telur. Nah mulai di situ masuk masa subur.
Bagaimana frekuensi hubungan seksual dalam rangka memprogramkan keturunan? mitos yang beredar bahwa semakin sering berhubungan maka semakin besar peluang hamilnya. Tidak seperti itu, karena laki-laki juga punya kemampuan yang terbatas dalam menghasilkan sperma. Memang laki-laki memproduksi sperma setiap saat, tapi apakah jumlahnya maksimal setiap saat? Makanya sebelum masuk masa subur (2-3 hari sebelum masa subur) sebaiknya puasa berhubungan, tapi suami jangan mengalihkan puasa tersebut dengan melakukan masturbasi. Begitu masuk masa subur, baru berhubungan. Setelah itu, kalau mau berhubungan 2-3 kali dalam satu waktu ya silakan, kemudian puasa lagi, 2-3 hari, lalu berhubungan lagi, setelah itu puasa lagi. Jangan tiap hari berhubungan, apalagi setiap saat. Nanti setelah lewat masa subur, silakan, mau setiap saat juga tidak masalah karena kemungkinan terjadinya kehamilan sudah kecil. Tapi kalau selama masa subur harus benar-benar diatur.

Tidak Punya Anak karena Mani Encer

Saya sudah tiga tahun menikah. Istri saya seorang janda beranak satu, sedangkan dengan saya tidak punya anak. Apakah ini pengaruh dari mani saya yang encer, Dok?
Edy

Jawaban
Saran saya, Pak Edy periksakan diri secepatnya, sebaiknya langsung ke laboratorium untuk melihat kondisi spermanya. Saya sarankan demikian supaya tidak menimbulkan permasalahan di belakang hari, karena bisa saja istri Pak Edy merasa dirinya subur karena pernah melahirkan anak dari suami sebelumnya. Sementara, Pak Edy sebagai suami kedua belum pernah memberikan bukti bisa menghasilkan keturunan. Hal ini tentu akan menjadi suatu masalah dalam rumah tangga, atau membuat frustrasi dan minder serta hilang rasa percaya diri.
Kalau permasalahan tersebut dibiarkan terus, nanti Pak Edy akan merasa bersalah terus pada istrinya. Akhirnya, Pak Edy cenderung menghindari hubungan dengan pasangan karena selalu merasa dirinya yang membuat kondisi seperti ini. Apakah kita harus menunggu sampai 5 tahun, 10 tahun, kondisi seperti ini?
Sudah satu tahun melakukan hubungan intim yang teratur, lebih sehat dan intens, namun tidak membuahkan hasil. Satu tahun bukan waktu yang pendek. Karena itu, sudah saatnya untuk waspada. Sebaiknya Pak Edy segera periksakan diri.

Suami Langsung Main Tembak

Kami sudah menikah selama 12 tahun. Tapi kalau berhubungan intim, suami saya langsung main tembak, tanpa ada pemanasan (foreplay) dan pendinginan (afterplay). Saya sudah minta suami untuk melakukan foreplay terlebih dahulu, namun diabaikan. Gimana nih, Dok?
Bu Ian

Jawaban
Bu Ian harus lebih intens membangun komunikasi. Paling tidak ketika suami mengajak melakukan hubungan intim, ibu bisa berinisiatif melakukan foreplay dulu, menunda-nunda terus terjadinya penetrasi sampai kita benar-benar siap. Tidak mutlak foreplay itu hanya terjadi kalau suami yang memulai, bisa juga pasangannya yang berinisiatif.
Permasalahan yang dihadapi Bu Ian harus dicarikan solusinya, karena hubungan intim yang sehat akan memberikan efek yang sangat positif. Sebaliknya, kalau hubungan intim tidak sehat, bukannya menyelesaikan masalah tetapi justru bermasalah atau menambah masalah.

Istri tidak Berdarah di Malam Pertama

Saya pengantin baru. Dulu sering saya dengar, kalau seorang perempuan masih perawan, katanya akan berdarah saat berhubungan intim di malam pertama. Namun, yang saya alami tidak demikian. Istri saya tidak mengeluarkan darah pada malam pertama. Pertanyaan saya, bagaimana ciri-ciri seorang perempuan yang masih perawan atau sudah tidak perawan lagi?
Faisal

Jawaban

Banyak faktor yang menentukan Berdarah atau tidak pada saat hubungan intim pertama kali. Mereka yang masih virgin, dalam artian selaput daranya masih utuh, pada umumnya ketika terjadi hubungan intim pertama kali memang mengalami perdarahan karena terjadi robekan. Tapi kalau dia betul-betul tidak berdarah, apakah bisa kita langsung memvonis bahwa selaput daranya sudah tidak utuh lagi? Tidak bisa seperti itu, karena selaput dara ada yang elastis.
Bentuk selaput dara pada Miss Jelita bervariasi. Ada yang ketat, regangannya kuat, sehingga ketika terjadi penetrasi pasti menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, namun tidak dalam pengertian mengalami perdarahan seperti teriris pisau.
Tapi bagi mereka yang selaput daranya lebih elastis, hanya terjadi perdarahan sedikit sekali. Dan kalau lebih elastis lagi, cenderung tidak bisa dikatakan ada robekan karena dia sangat elastis sehingga hampir tidak menghasilkan perdarahan. Jadi, tidak bisa disamaratakan.
Memang sih pada umumnya terjadi perdarahan, tapi ada juga yang perdarahannya sangat sedikit, hanya bercak saja, yang samar dan nggak kelihatan. Bahkan ada yang tidak terjadi perdarahan sama sekali. Robekan pada selaput dara juga tidak hanya disebabkan oleh hubungan intim bisa juga akibat aktivitas fisik yang cukup ekstrim

Followers