Sunday 14 December 2008

Kata Pakar Sexolog tentang Disfungsi Sexual pada Wanita

Oleh: Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi

Istilah gangguan fungsi seksual atau disfungsi seksual menunjukkan adanya gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual.

Gangguan fungsi seksual dapat terjadi pada semua bentuk reaksi seksual terhadap rangsangan seksual yang diterima. Maka gangguan fungsi seksual dapat terjadi pada dorongan seksual, pada reaksi organ kelamin terhadap rangsangan seksual, sampai pada orgasme dan ejakulasi sebagai puncak reaksi seksual.

Berdasarkan data yang ada, baik dari data pasien yang datang berkonsultasi di klinik maupun lewat pertanyaan pada seminar dan rubrik masalah seksual di media massa, ternyata banyak warga masyarakat yang mengalami disfungsi seksual. Bahkan banyak ketegangan perkawinan dan perceraian yang pada awalnya bermula dari disfungsi seksual. Diduga paling sedikit terdapat 15 persen orang yang telah menikah mengalami salah satu jenis disfungsi seksual.

Tetapi sayang, masalah yang satu ini tidak segera diatasi agar akibat lebih jauh dapat dicegah. Mengapa? Paling sedikit ada tiga alasan mengapa disfungsi seksual tidak segera diatasi agar tidak sampai menimbukan akibat buruk. Pertama, kurangnya pengetahuan seksual salah satu atau kedua pihak. Kedua, hambatan komunikasi seksual pada pasangan suami istri. Ketiga, kurangnya informasi mengenai penanganan disfungsi seksual.

Maka tidak aneh bila banyak pria atau wanita tidak mengetahui bahwa pasangannya telah sekian lama sebenarnya mengalami disfungsi seksual. Banyak pasangan yang tidak mengetahui bahwa kehidupan seksual mereka sebenarnya tidak harmonis. Mereka dengan terkejut baru menyadari masalah itu setelah terjadi akibat lebih buruk, yang tentu sangat mengganggu.

Apa saja jenis disfungsi seksual pada pria?

Disfungsi seksual pada pria dapat dikelompokkan menjadi:

1. Gangguan Dorongan Seksual (GDS)
2. Disfungsi ereksi
3. Gangguan ejakulasi:
• ejakulasi dini
• ejakulasi terhambat
4. Disfungsi orgasme
5. Dispareunia.

Gangguan Dorongan Seksual berarti dorongan seksual atau gairah seksualnya tertekan atau hilang sama sekali. Disfungsi ereksi menunjukkan gangguan ereksi sehingga tidak mampu melakukan hubungan seksual dengan baik. Gangguan ejakulasi dapat berupa ejakulasi yang terlampau cepat dan tidak dapat dikontrol, yang disebut ejakulasi dini, atau ejakulasi yang terhambat sehingga tidak terjadi dalam waktu yang lama.

Disfungsi orgasme berarti kegagalan merasakan sensasi kenikmatan seksual, yaitu orgasme. Disfungsi seksual ini sangat jarang dijumpai pada pria. Pada umumnya pria mampu mencapai orgasme setiap kali melakukan hubungan seksual atau menerima rangsangan seksual yang cukup. Dispareunia berarti hubungan seksual yang menimbulkan rasa sakit pada kelamin dan sekitarnya.

Apa saja jenis disfungsi seksual pada wanita?

Pada wanita disfungsi seksual dikelompokkan sebagai berikut:

1. Gangguan dorongan seksual:

  • Dorongan seksual hipoaktif
  • Gangguan aversi seksual

2. Gangguan bangkitan seksual
3. Gangguan orgasme
4. Gangguan yang menimbulkan rasa sakit:

  • Dispareunia
  • Vaginismus
  • Gangguan sakit seksual yang lain

Pada wanita, gangguan dorongan seksual dapat berupa dorongan seksual yang hipoaktif atau terjadi gangguan seksual yang aversi. Dorongan seksual yang hipoaktif dapat diartikan dorongan seksual yang lenyap sehingga tidak merasa bergairah untuk melakukan segala bentuk aktivitas seksual dan hubungan seksual. Kalau menjadi aversi seksual berarti telah timbul perasaan tidak suka melakukan aktivitas seksual sehingga cenderung menghindar dan menolak.

Gangguan bangkitan seksual berarti tidak terjadi reaksi seksual walaupun merasakan adanya gairah seksual. Jadi reaksi seksual, baik yang terjadi pada kelamin maupun pada bagian tubuh lain, tidak terjadi.

Gangguan orgasme dapat berarti hambatan mencapai orgasme atau hanya dapat mencapai orgasme dengan cara tertentu saja. Gangguan fungsi seksual ini dialami oleh banyak wanita, termasuk yang sudah lama menikah.

Pada wanita, hubungan seksual yang berkaitan dengan rasa sakit dapat berupa dispareunia, yaitu terasa sakit pada kelamin atau sekitarnya ketika melakukan hubungan seksual. Rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual yang dipaksakan juga terjadi pada vaginismus, yaitu kekejangan abnormal otot vagina 1/3 bagian luar. Selain itu sebagian wanita juga mengalami rasa sakit pada kelamin ketika menerima rangsangan seksual walaupun tidak melakukan hubungan seksual. Inilah yang disebut gangguan sakit seksual yang lain.

Apa penyebab disfungsi seksual?

Pada dasarnya gangguan fungsi seksual, baik pada pria maupun wanita, dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik ialah semua penyebab yang berupa gangguan fisik atau penyakit yang berpengaruh terhadap fungsi seksual. Sedang faktor psikis ialah semua penyebab yang secara kejiwaan dapat mengganggu reaksi seksual terhadap pasangannya sehingga fungsi seksual terganggu.

Jadi penyebab disfungsi seksual sangat beragam, walaupun pada akhirnya menimbulkan ge jala yang sama. Tidak salah juga bila disfungsi seksual dianggap sebagai gejala dan suatu gangguan atau masalah yang menjadi penyebab dasarnya. Penyebab dasar inilah yang acapkali tidak diketahui atau tidak disadari oleh yang bersangkutan.

Apakah pengalaman seksual pertama kali dapat mengakibatkan disfungsi seksual?

Pengalaman seksual pertama kali yang tidak menyenangkan dapat mengakibatkan disfungsi seksual. Misalnya, rasa sakit berlebihan yang dialami wanita pada hubungan seksual pertama kali dapat merupakan trauma, yang kemudian menimbulkan akibat buruk pada fungsi seksual.

Rasa sakit berlebihan dapat timbul bila wanita belum berada dalam keadaan siap secara psikis dan tidak cukup terangsang. Bila wanita berada dalam keadaan siap dan cukup terangsang, rasa sakit terasa tidak berlebihan atau bahkan tidak dirasakan.

Karena itu bila istri merasa sakit berlebihan saat berhubungan seksual, suami harus memahami keadaan ini dan menghentikan kegiatan hubungan seksual pada beberapa hari berikutnya. Bila hubungan seksual dipaksakan, dapat terjadi trauma yang membekas di pihak wanita. Tidak jarang trauma ini kemudian dapat menjadi dasar timbulnya gangguan seksual lebih jauh bagi wanita.

Contoh lain, wanita yang mengalami perkosaan, selanjutnya sangat mungkin mengalami disfungsi seksual bila tidak dapat melupakan trauma seksual itu.

Di pihak lain, sebagian pria mengalami kegagalan melakukan hubungan seksual pertama kali karena tidak dapat mencapai ereksi penis yang cukup. Kegagalan ini pada umumnya disebabkan oleh hambatan psikis, antara lain karena perasaan takut gagal dan takut tidak dapat memuaskan istrinya. Kadang-kadang kegagalan ini berlanjut, dan selanjutnya pria itu mengalami disfungsi ereksi sehingga memerlukan pengobatan.

Pria yang pertama kali melakukan hubungan seksual lalu tertular Penyakit Menular Seksual atau penyakit kelamin, mungkin saja mengalami trauma yang kemudian mengakibatkan disfungsi seksual.

Apa akibat disfungsi seksual?

Disfungsi seksual dapat menimbulkan akibat, tidak saja bagi yang mengalaminya sendiri, melainkan juga bagi pasangannya. Banyak orang tidak menyadari bahwa disfungsi seksual dapat menimbulkan akibat buruk juga bagi pasangannya. Selanjutnya akibat buruk yang terjadi pada pasangannya semakin memperburuk disfungsi seksual yang mula-mula.

Hubungan seksual memang selalu melibatkan pasangan, karena kegiatan itu dilakukan oleh sepasang manusia. Maka wajar bila hubungan seksual terganggu, akibatnya akan dirasakan oleh sepasang manusia yang melakukan itu.

Bagi kebanyakan pria di sebagian besar masyarakat, gangguan fungsi seksual seringkali dirasakan sebagai sesuatu yang memalukan, membingungkan, dan mengakibatkan tekanan mental.

Reaksi ini terjadi sebagai akibat perbedaan gender yang lebih mengunggulkan pria dalam segala hal, termasuk dalam hal seksualitas. Karena pria diposisikan lebih kuat dan lebih hebat dalam hal seks, maka kalau terjadi gangguan fungsi seksual akan dirasakan sebagai sesuatu yang memalukan.

Karena itu pria yang mengalami gangguan fungsi seksual acapkali bereaksi dalam bentuk perilaku, misalnya menghindari situasi seksual karena merasa takut akan gagal lagi. Reaksi yang lain, mungkin dengan membuat alasan tertentu, misalnya menyalahkan pasangannya sebagai penyebab gangguan ereksi. Reaksi lain yang kerap dilakukan ialah mencoba mengatasi masalahnya dengan berbagai usaha, yang biasanya membuat keadaan lebih buruk.

Rasa takut gagal melakukan hubungan seksual justru mengakibatkan semakin hilangnya dorongan seksual dan lenyapnya ereksi. Semakin kuat dan lama rasa takut itu, semakin besar kemungkinannya mengalami kegagalan ereksi.

Dalam jangka lama, rasa takut itu mengakibatkan menurunnya rasa tertarik kepada seks, hilangnya rasa percaya diri, dan benusaha mengontrol kecemasannya dengan bekerja keras.

Selain itu, rasa takut melakukan hubungan seksual sering menyebabkan salah satu atau kedua pihak menjadi penonton selama interaksi seksual berlangsung, yaitu mengamati dan mengevaluasi reaksi seksual dirinya sendiri atau pasangannya. Dengan menjadi penonton dia menjadi kurang terlibat dalam aktivitas seksual.

Kalau seorang pria mengalami disfungsi ereksi, akibat buruk juga dapat terjadi pada wanita pasangannya. Lebih jauh, akibat buruk yang dialami pasangannya dapat mengakibatkan disfungsi ereksi menjadi lebih buruk lagi. Demikian seterusnya, laksana sebuah lingkaran setan.

Bila seorang wanita mengalami salah satu disfungsi seksual, akibatnya demikian juga. Akibat buruk dapat juga dialami oleh pria pasangannya. Lebih jauh, akibat buruk yang terjadi pada pihak pria dapat memperburuk disfungsi seksual yang mula-mula di pihak wanita. Demikian seterusnya yang terjadi, juga membentuk sebuah lingkaran setan.

Jadi disfungsi seksual, selain menimbulkan kekecewaan pada diri sendini, juga dapat mengakibatkan disfungsi seksual pada pasangannya. Banyak pria yang mengalami disfungsi seksual tetapi tidak menyadari bahwa dapat menimbulkan akibat bagi pasangannya. Demikian juga, banyak wanita yang mengalami disfungsi seksual tidak berpikir bahwa pada akhirnya dapat menimbulkan disfungsi seksual pada pasangannya.

Maka disfungsi seksual, yang pada awalnya hanya dialami oleh salah satu pihak saja, kemudian dapat menjadi disfungsi seksual yang dialami oleh pasangan itu. Pada akhirnya, ketika masalah itu telah mengancam keutuhan hubungan pribadi keduanya, kerap terjadi kesulitan untuk menentukan penyebab awalnya. Pihak pria menyalahkan pihak wanita karena dianggap tidak bersedia melakukan hubungan seksual, sedang pihak wanita menyalahkan pihak pria yang telah mengakibatkan dirinya menjadi tidak bergairah lagi melakukan hubungan seksual.

Karena itu jangan biarkan disfungsi seksual sampai menimbulkan akibat buruk yang berkepanjangan. Lebih baik lagi kalau disfungsi seksual dicegah agar tidak terjadi.

Apakah disfungsi seksual dapat diatasi?

Disfungsi seksual dapat diatasi dengan cara yang ada dan sudah diakui secara internasional. Tetapi hasilnya tentu sangat tergantung kepada jenis disfungsi seksual, penyebabnya, lama terjadinya, dan penyulit lain yang mungkin telah terjadi.

Perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan seksologi dan andrologi telah mempersembahkan cara pengobatan yang memuaskan untuk mengatasi berbagai jenis disfungsi seksual.

Untuk mengatasi disfungsi seksual, tentu harus diketahui dulu apa jenis dan penyebabnya. Penyebab yang ada harus diatasi dulu, apakah suatu gangguan fisik atau penyakit ataukah hambatan psikis. Kalau penyebabnya terletak pada pasangan yang mengalami gangguan fungsi seksual, maka disfungsi seksual pasangan harus diatasi dulu.

Pada dasarnya cara mengatasi disfungsi seksual, baik pada pria maupun wanita, terdiri dari 1). Konseling seksual, 2). Sex therapy, 3). Penggunaan obat, 4). Penggunaan alat bantu.

Sebagian orang yang mengalami disfungsi seksual merasakan perbaikan hanya dengan menerima konseling seksual. Tetapi sebagian lain memerlukan sex therapy, obat, dan alat bantu untuk mengatasi disfungsi seksual yang dialaminya.

Sex therapy adalah suatu bentuk pengobatan yang memadukan komponen biomedik dan psikososial. Dalam pelaksanaannya, sex therapy antara lain berupa latihan seksual yang ditujukan untuk mengatasi disfungsi seksual yang disebabkan oleh faktor psikis atau kalau faktor psikis sangat dominan. Prinsip sex therapy ialah meningkatkan faktor yang merangsang fungsi seksual dan melenyapkan faktor yang menghambat.

Obat yang digunakan untuk mengatasi disfungsi seksual haruslah obat yang benar dan sesuai dengan standar internasional. Pada saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berhasil mempersembahkan obat yang memberikan hasil menggembirakan dalam mengatasi disfungsi seksual.

Penggunaan alat bantu hanya dianjurkan untuk tujuan yang jelas, dan alat bantu yang digunakan harus sesuai dengan standar ilmiah.

Bagaimana dengan iklan yang menawarkan berbagai obat, ramuan, dan cara tertentu?

Memang banyak iklan di media massa yang dengan beraninya menawarkan obat, ramuan, dan cara tertentu untuk mengatasi disfungsi seksual. Bahkan ada pula tawaran yang disertai jaminan “sekali datang, sembuh selamanya”. Padahal obat yang diiklankan itu tidak melalui penelitian dengan kaidah ilmiah, sehiagga khasiatnya juga tidak seperti bunyi iklannya.

Ada pula iklan yang menyebut produknya merupakan hasil penelitian dokter. Penyebutan nama dokter pun perlu diwaspadai, karena harus jelas latar belakang keahlian dan kapabilitasnya, metode penelitiannya, dan apakah didukung oleh hasil penelitian di pusat penelitian yang lain.

Bagi banyak warga masyarakat yang tidak mengerti, iklan itu dianggap sebagai suatu cara pengobatan yang benar bermanfaat sesuai dengan bunyi iklannya. Kasihan sekali, karena masyarakat yang tidak mengertilah yang terkecoh oleh iklan itu.

Kalau diperhatikan, terdapat kejanggalan sekaligus kebohongan pada iklan seperti itu. Pada umumnya kejanggalan berbagai iklan itu terletak pada hal yang sama. Pertama, penggunaan istilah jenis disfungsi seksual yang salah, rancu, atau tidak punya arti. Kedua, pernyataan bahwa dapat menyembuhkan berbagai jenis disfungsi seksual yang disebut di situ. Ketiga, pernyataan jaminan “sekali datang sembuh selamanya” itu.

Pada kenyataannya, banyak warga masyarakat yang tidak merasakan hasilnya setelah menggunakan obat, ramuan, atau cara pengobatan yang sering diiklankan itu.

Bagaimana mencegah disfungsi seksual?

Beberapa petunjuk berikut diharapkan dapat mencegah terjadinya disfungsi seksual.

1. Menerima informasi yang benar tentang seksualitas wanita dan pria.
2. Menghindari pengalaman seksual yang tidak menyenangkan atau traumatik, termasuk hubungan seksual pertama kali.
3. Memelihara kesehatan tubuh secara umum.
4. Menjaga keseimbangan dalam hidup sehari-hari, antara kesibukan dan relaksasi.
5. Menghindari tekanan mental yang berlebihan.
6. Tidak menggunakan obat atau bahan kimia tanpa indikasi yang jelas dan tanpa petunjuk tenaga ahli.
7. Membina komunikasi seksual yang baik dengan pasangan.
8. Membina kehidupan seksual dengan pasangan agar berlangsung harmonis.
9. Menghindari suasana yang menjemukan dalam hubungan sehari-hari dengan pasangan.
10.Segera berkonsultasi dengan tenaga ahli bila merasakan ada masalah seksual. *

No comments:

Post a Comment

Followers