Konsultan Medis On Clinic Women
Katakanlah, Rita, yang baru saja melahirkan anak bungsunya dengan operasi sesar, melaporkan perubahan dratis kehidupan seksualnya dengan suami. Bukan sesar yang ia khawatirkan sebagai penyebab, tetapi menurut teman-temannya, sterilisasi yang ia lakukan berbarengan dengan operasi-lah biang keroknya. Mulanya, Rita tidak langsung percaya, meski kekhawatiran itu ada. Tetapi setelah pasca nifas untuk pertama kalinya berhubungan intim, Rita kaget bukan kepalang. Tidak saja ia merasakan sensasi yang berkurang, kemampuan orgasmenya pun menghilang. Perlu diketahui, Rita adalah satu di antara sedikit perempuan beruntung yang bisa dengan cepat mendapat orgasme, bahkan bisa berkali-kali dalam satu kali hubungan seks (multipel orgasme). Tetapi kali itu, Rita tidak menemukan lagi kemampuan “super”nya. Rita kesal, kecewa, khawatir. Tapi benarkah sterilisasi penyebabnya? Apakah dampak sterilisasi terhadap kehidupan seksual seorang perempuan?
Sterilisasi Perempuan
Sterilisasi pada perempuan adalah salah satu cara mengontrol kehamilan yang dilakukan secara permanen. Prosedur yang dilakukan adalah dengan menutup tuba fallopian melalui operasi. Tuba fallopian adalah semacam pipa yang berfungsi mengangkut sel telur menuju rahim. Di tengah tuba lah terjadi pertemuan sperma dan ovum, untuk kemudian setelah menjadi zigot, dibawa untuk ‘dierami’ dalam rahim.
Gambar 1. Tuba Falopian dan lokasi pembuahan
Dengan menutup tuba diharapkan jalan yang menjadi tempat bertemunya sperma-ovum terhalangi sehingga tidak menimbulkan kehamilan. Ada 3 metode yang dilakukan untuk melakukan hal ini yaitu:
1. Memotong kemudian mengikat tuba (tuba ligasi)
2. Membentuk jaringan ikat (scarring) pada tuba dengan elektrokoagulasi hingga menutup
3. Memblok tuba secara manual
Di antara ke-3 metode ini, tuba ligasi adalah yang paling popular dan sering dilakukan pada praktek sehari-hari.
Terdapat 3 tehnik operasi ligasi tuba yang terkenal dan sering dilakukan:
- Tehnik Pomeroy : dibuat simpul pada tuba, lalu diikat, kemudian dipotong (lihat gambar 2)
- Tehnik Pritchard (Parkland) : dua segmen diikat, lalu bagian di antaranya dipotong (lihat gambar 3)
- Tehnik Irving : dilakukan pemotongan di tengah tuba, lalu bagian yang dekat ke uterus diikat kembali ke dinding uterus mencegah pelengketan kembali atau kebocoran. (lihat gambar 4)
Gambar 2: Prosedur ligasi tuba “Pomeroy”
Gambar 3 : Prosedur Parkland
Gambar 4 : Prosedur Irving
Apa keuntungan sterilisasi? Di antaranya menjadi sebuah alat kontrol kehamilan sepanjang hidup (beberapa metode dapat dilakukan operasi reversal dengan membuka ikatan agar dapat hamil kembali), membantu mencegah infeksi kronik panggul, praktis karena tidak mengganggu saat hubungan intim untuk memasukkan terlebih dahulu alat KB.
Selain itu terdapat keuntungan non-kontraseptif di antaranya McLaughin, Kjaer dan kawan-kawan melaporkan bahwa sterilisasi memproteksi dari kanker ovarium. Selain itu dikatakan bahwa sterilisasi tidak menimbulkan resiko kanker payudara, kanker endometrium (dinding dalam rahim) dan tidak menyebabkan kerapuhan tulang.
Melihat seperti ini, lalu adakah sebenarnya efek tidak menyenangkan dari sterilisasi dan seberapa besar dampaknya terhadap kehidupan seksual seseorang? Apakah yang terjadi pada Rita dapat dikatakan efek dari sterilisasi atau masalah psikologis karena pengaruh kecemasan pasca steril?
Sindrom Pasca Ligasi Tuba (Post Tubal Ligation Syndrome)
Selama ini banyak praktisi medis yang menyangkal adanya gejala-gejala terkait dengan operasi ligasi tuba (sterilisasi). Yang diberitahukan kepada pasien adalah bahwa operasi ini aman, efektif untuk mengontrol kehamilan, dan tidak akan mempengaruhi hormon atau pun menyebabkan menopause. Benarkah? Lalu kenapa banyak sekali laporan perempuan terkait dengan operasi sterilisasi ini?
Adalah dr. Vicky Hufnagel, di tahun 1980, yang secara gencar mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada pasien-pasien yang ia temui yang mengeluhkan banyak gejala setelah sterilisasi. Hufnagel mengatakan bahwa banyak perempuan datang kepadanya mengeluhkan pendarahan, depresi, keringat banyak, dan kehilangan hasrat seksual. Sebelumnya setiap kali perempuan-perempuan tersebut melapor kepada dokter-dokter mereka, secara serempak mereka dikatakan hanya mengalami kecemasan yang tak beralasan. Dokter-dokter tersebut sangat yakin bahwa sterilisasi tidak memberikan dampak apa-apa, apalagi mempengaruhi hormon perempuan.
Dalam bukunya “No More Hysterectomies” (“Jangan Lagi Ada Histerektomi), Hufnagel menyodorkan 3 teori kenapa terjadi SPLT, yaitu 1. Ligasi tuba menghancurkan suplai darah ke ovarium; 2. Beberapa tipe prosedur sterilisasi tuba beresiko terhadap timbulnya endometriosis; 3. Peningkatan tekanan darah pada arteri ovarium menyebabkan ketidakseimbangan estrogen-progesteron.
Banyak data saat ini mulai dilaporkan oleh para klinisi menyangkut timbulnya gejala-gejala pada perempuan setelah operasi ligasi tuba. Hargrove dan Abraham melaporkan komplikasi jangka panjang pada perempuan yang disterilisasi sebanyak 22% sampai 37%. Studi di Inggris menemukan perempuan setelah operasi tuba, 40% mengalami peningkatan pendarahan menstruasi, 26% mengalami nyeri kram saat menstruasi. James G. Tappan dalam penelitiannya melaporkan bahwa 40,7% insidensi menorrhagia (pendarahan yang banyak saat menstruasi) diduga karena degenerasi cystic dari ovarium oleh gangguan aliran darah pada a.uterina. Pada penelitian lain di Amerika terhadap 8000 perempuan setelah 5 tahun pasca operasi ligasi tuba ditemukan 49% di antara mereka mengalami pendarahah menstruasi berat, 35% lain terdapat nyeri kram yang meningkat saat menstruasi. Wilcox dan kawan-kawan mendapati 489 perempuan pasca operasi tuba memiliki resiko 3,5 kali lebih besar dari rata-rata normal untuk terjadinya kanker serviks.
Susan Bucher, adalah perempuan dengan 2 anak yang pada usia 30-an melakukan prosedur sterilisasi dengan ligasi tuba. Dua tahun setelah itu, Susan datang kepada dokternya mengatakan bahwa ia mengalami henti mens. Tetapi “ocehan”nya tidak diindahkan. Selanjutnya Susan mengalami menopause dini, dengan kadar hormon yang sama dengan perempuan seusia 70-an. Dalam bukunya “What Doctor Don’t Tell You About Tubal Ligation and Post Tubal Ligation Syndrome”, Susan berjuang untuk mengatakan kepada perempuan di dunia agar menyadari dampak dari prosedur sterilisasi yang mereka pilih. Menurut Susan penting untuk para dokter melakukan inform consent sebenarnya mengenai efek jangka panjang prosedur sterilisasi. Susan juga menyarankan agar perempuan yang sudah terlanjur melakukannya, dapat melakukan operasi reversal, menyambung kembali tuba yang terputus.
Gambar 5: Susan Bucher dan dr. Vicky Hufnagel, sama-sama berjuang untuk perempuan SPLT
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Menurut dr. Hufnagel, kondisi yang ia sebut dengan “Isolasi Ovarium” lah penyebabnya. Istilah ini diambil dari kondisi dimana ovarium seseorang terisolasi atau secara operasi –terbuang- dari suplai darahnya. Akibatnya ovarium menjadi atropi dan tidak berfungsi. Hal ini terjadi tidak hanya pada operasi ligasi tuba tetapi juga pada keadaan histerektomi (pengangkatan rahim) meski ovarium dikatakan tetap pada tempatnya. Yang terjadi bila ovarium tidak berfungsi adalah penurunan secara nyata dan tiba-tiba dari kadar estrogen, akibatnya terjadi lah prematur menopause dan shock hormon. Gejala yang muncul adalah hot flushes (keadaan dimana seseorang menjadi banyak berkeringat terutama malam hari dengan jantung berdebar-debar), menggigil, vagina kering, nyeri saat berhubungan, kehilangan hasrat seksual, dll.
Gambar 6 : Contoh kasus Isolasi Ovarium pada perempuan yang mengalami operasi ligasi tuba di tahun 1995
Gangguan Seksual Bukan Mitos
Apa yang dialami oleh Rita ternyata sungguh terjadi sebagai bagian dari Sindroma Pasca Ligasi Tuba. Warehime dan kawan-kawan melaporkan di tahun 2007 bahwa surveynya terhadap perempuan Amerika menunjukkan bahwa mereka dengan operasi ligasi tuba menjadi lebih besar kecenderungan untuk mengeluhkan stress yang mengganggu hubungan seks mereka, dan menemui dokter karena gangguan seksual. Penelitian oleh Basgul A dan kawan-kawan di Kanada terhadap 127 perempuan yang melakukan sterilisasi tuba di tahun 2000-2005 melaporkan 23,1% mengalami perubahan pada kehidupan seksual mereka.
Kasus yang jarang seperti pada Susan Bucher dimana ia mengalami kastrasi ovarium pada saat operasi (karena pembuluh darah yang rusak), menyebabkan hasrat seksual turun sampai ke titik nol. “Suami saya melakukan inisiatif untuk melakukan hubungan intim, tetapi saya sama sekali tidak tertarik untuk melakukannya,” cerita Susan.
Namun begitu, masih ada beberapa penelitian yang membuktikan bahwa sterilisasi tidak memberi dampak serius pada kehidupan seksual seseorang. Penelitian yang dilakukan Costello dan kawan-kawan yang dipublikasikan pada Jurnal Obstetric & Gynecology, September 2002, mengatakan bahwa 80% dari 4676 perempuan yang mereka teliti tidak melaporkan adanya perubahan konsisten pada gairah dan kenikmatan seksual pasca operasi ligasi tuba. Bahkan pada tulisan Shain RN dan kawan-kawan dikatakan pada sebagian perempuan sterilisasi tuba justru memberikan efek yang positif terhadap kepuasan dan spontanitas seksual mereka, karena mereka menjadi berkurang kecemasan akan kemungkinan terjadinya kehamilan tak terencana.
Meski data yang lebih banyak masih diperlukan untuk memastikan lebih lanjut Sindroma Pasca Ligasi Tuba, para dokter sudah tidak bisa lagi tutup mata akan banyaknya perempuan yang mengeluhkan kondisi mereka. Perempuan-perempuan juga perlu mendapatkan informasi yang sejujurnya mengenai efek samping dari prosedur operasi yang akan mereka lakukan. Alih-alih untung, malah jadi buntung. Untuk itu bagi mereka yang berencana melakukan sterilisasi, sebaiknya menimbang dengan cermat segala dampak dan manfaat dari prosedur yang hendak dilakukan.
-FIN-
banyak termakasih buat dokter yg menulis artikel ini.. akhirnya saya membuat keputusan yg berlawanan dgn Dr SPOG saya yg menganjurkan untuk sterilisasi... Worse Idea
ReplyDeleteSemoga istri saya bisa sadar setelah membaca artikel ini.
ReplyDeleteSaya sudah di sterillisasi sejak 2005, terjadi penurunan libido,ya..., bahkan sampai ke titik 0. Tapi itu bisa di pulihkan dengan terapi atau memotifasi diri sendiri untuk bisa normal lagi, perlu waktu dan kesabaran dari pasangan untuk membuatnya menjadi pulih. Sekarang saya sudah 90% pulih.
ReplyDeletebegitulah ketika ada kerusakan pada satu organ tubuh, dapat di pastikan mengganggu kerja organ yang lain...apapun itu...
ReplyDeleteSaya berharap istri saya bisa di sambung lagi organ tubuhnya yg telah di steril tersebut, dan bisa hamil lagi tentunya n tetap dijalan Allah tentunya ygmana steril itu tidak dibenarkan oleh Islam.. trmkasih uraian tentang steril ini..
ReplyDeleteditahun ke 5-6 setelah sterilisasi tuba istri saya mengalami pendarahan (menstruasi berkepanjangan hingga 2 bulan), ditahun ke 9 vagina terasa kering (kemana fungsi pelumasan ?), saya mencoba mempelajari tehnik g-spot untuk melihat apakah hal tersebut dapat mengatasi vagina kering (sedang dalam proses usaha), semoga rasa itu kembali seperti sedia kala.
ReplyDeleteterimakasih atas infonya. sangat bermanfaat karena besok istri saya operasi cesar dan keputusan saya sudah bulat untuk tidak melakukan sterilisasi. terimakasih
ReplyDeleteSubhanallah . Saya td nya sudah siap utk steril dan suami juga setuju..tapi setelah membaca artikel ini.. Saya urung melakukannya.. Syukur alhamdulillah terimakasih atas infonya
ReplyDeleteSaya melakukan operasi Caesar tiga tahun yang lalu dan dokter menyarankan untuk steril, itu adalah keputusan terbodoh yang pernah saya ambil.
ReplyDeleteSekarang saya ingin memiliki keturunan dari suami yang ke dua, adakah yang bisa membantu untuk operasi reserval?
Terima kasih.
Saya sdh ikut sterilisasi, sjk kelahiran anak ke 4, ditahun 2005. Tdk ad masalah, haid tetap teratur, hubungan seksual kami juga find2 aja...malah tenang dan tdk cemas..krn dg metode kb , hormonal maupun IUD, sangat membuat saya tdk nyaman...sekarang usia sy sdh 45 tahun..dan suami sy 50 thn...
ReplyDeleteHi mba kesumaningrum ambarwati.. Saya sanny usia 25taun, bulan 7 nanti akan caesar anak ke 3, saya masi ragu dengan steril... Mba gimana yah? Jadi utk steril kah? Mba, jika terbaca coment saya ini, balas lewat line aja ya.. Line ku; sanny.ho
DeleteMakasih mba ambar...
Hi mba kesumaningrum ambarwati.. Saya sanny usia 25taun, bulan 7 nanti akan caesar anak ke 3, saya masi ragu dengan steril... Mba gimana yah? Jadi utk steril kah? Mba, jika terbaca coment saya ini, balas lewat line aja ya.. Line ku; sanny.ho
DeleteMakasih mba ambar...
alhamdulillah, diusia yg msh 31th ini, rencananya setelah melahirkan anak ke3 saya steril aja, tp setelah baca artikel ini, mending nggak deh, tks ya
ReplyDeleteApakah perempuan yang sudah di steril bisah di buka kembali dan bisah hamil lagi,kami tunggu infonya terimakasih.
ReplyDeleteTiga tahun lalu stelah melahirkan anak ke3 usia saya 35 tahun waktu itu saya langsung steril. Sampe saat ini ga ada masalah dalam hubungan intim, suami juga merasa nyaman tetap 'good performent' katanya
ReplyDeleteSaya disterilisasi dg metode dipotong 7 bulan yg lalu saat cesar anak ke 3. Dan sampai sekarang saya belum juga mendapatkan menstruasi.jd bingung apakah ini normal atau tidak.serem juga baca artikel ini
ReplyDeleteSy lgs steril bersamaan dg opr cesar saat melahirkan anak ke3 dampaknya sekarang kalo haid hr 1-3 banjir darah tiap 2jam hrs ganti cham night yg dulunya bs dipakai semalaman dan otomatis gak berani pergi2, hr2 selanjutnya flak aja yg keluar tapi bisa sp 20 hr, jd gak bersih2 tuh sangat mengangu hub intim & bikin stress. Jadi please buat ibu2 dimana aja jangan pernah steril, sy aja nyesel bgt. Buat dr kandungan kl blh tlg sampaikan jg dampak steril yg mgk akan didapat pasiennya jd bs dipertbgkan lg utung ruginya, tlg ya dok...
ReplyDeleteBu ..mau tanya..tadinya saya niat mau steril..tp setelah baca koment ibu trima ksh banyk..jd gk jadi...tp ...sy skng yg sy keluhkan knp operasi caecar sy jelek spt kelabang hitam 2 gitu...truss kll berhubungan tuh diraba gk enak bgt rasanya...mkhon bantuannya..thx
Delete6 bln lalu sy melahirkan anak ke 3 dgn cr cesar dan langsung steril, bln ke 4 sy mendapat menstruasi normal,bln ke 5 samp sekrng tdk menstruasi, setelah mambaca artikel ini jd deg2an jg ....
ReplyDeletesaya jadi bingung karena saya sedang mengandung anak ke-3 rencana steriil jadi taku juga
ReplyDeleteMasak bener to? Tp klo ndak bener, buktinya istri saya ndak wow lagi kayak dulu.. Tp klo bener, apakah bisa dikembalikan kondisinya?
ReplyDeleteRasanya sekian kali yg bertanya seperti saya masih belum terjawab..
Alhmdullilah saya beruntung sekali setelah membaca artikel ini.1 bulan yg lalu saya baru saja melahirkan anak ke3 tadiny saya mau steril karena suami g setuju akhirny g jadi.saya g akan steril lebih baik menggunakan kb yg lain
ReplyDeleteSaya abis operasi caessar ank yg k 4 baru dua bulan tapi sampe skrang saya msih mens, apakah ini ada pengaruh'a dengan sterilisasi yg sya lalukan ....
ReplyDeleteSaya menjadi takut jadi'a setlah mmbaca artikel ini ...trmksih sya tunggu jawabanya
DeleteSaya memutuskan steril minggu depan barengan caesar anak ke 4, sy dan suami sepakat, untunglah ipar saya minta sy fikirmasak2 krn dia sdr sudah merasakan efek buruk sejak steril 7 tahun lalu, Allhamdulilah artikel ini membuka mata saya, sy mantab utk gak jd steril.
ReplyDeleteSaya baru saja konsultasi ke Obgyn untuk sterilisasi, tapi setelah mendengar pendapat teman-teman dan membaca artikel ini kok saya jadi ragu ya...
ReplyDeletesaya berumur 36thn,waktu suami yg pertama saya di steril.sekarang saya mau menyambung steril saya lagi bisa tidak?saya ingin punya anak lagi dari suami saya yg sekarang.
ReplyDeleteAssalammu'alaikum.. Dok, sy mau nanya " sy hbs sesar sekaligus steril, skarang sdh dua bulan, pertanyaanya skarang sy sdh satu kali melakukan hubungan intim sm suami sy namun di bagian dalam fagina sy terasa nyeri. Apakah ini efek dari steril? Lalu apa solusinya? Mohon jawabanya Dok.. Terimakasih
ReplyDeleteSy td nya pun niat mau steril setelah melahirkan ank sy yg ke 4 ini...tp setelah bca artikel ini yg lbh bnyk mengeluh yg tdk baik krn disterilkan...jd bingung sy...jd tkt sy disteril...
ReplyDeleteSaat ini sy sudh memiliki 4orang anak yg pertama melahirkan normal dan yg 3orangnya melahirkan secara caecar..dan krn uisa sy sudh 36tahun saat mlhirkan anak k 4 dan susah operasi caecar yg k 3x nya..dokter pun menyarankan untuk melakukan STERIL..dan dr sejak saat itu smpe skrng hampir 3tahun..sy hk pernh merasakn yg aneh2...malah saat stlh steril kehidupan SEX sy dengan suami lebih bergairah, krn gk kepikiran blon SUNTIK KB, MINUM PIL KB yg dlu biasa sy lakukan...malah gk nyaman,
ReplyDeleteTp stlh STERIL semua baik2 azah, HAID lancar, S3X lebih bergairah
Tp semua kmbali ke diri kita masing2...tp cerita ini adalh pengalaman saya yg saya rasakn saat ini
Saat ini sy sudh memiliki 4orang anak yg pertama melahirkan normal dan yg 3orangnya melahirkan secara caecar..dan krn uisa sy sudh 36tahun saat mlhirkan anak k 4 dan susah operasi caecar yg k 3x nya..dokter pun menyarankan untuk melakukan STERIL..dan dr sejak saat itu smpe skrng hampir 3tahun..sy hk pernh merasakn yg aneh2...malah saat stlh steril kehidupan SEX sy dengan suami lebih bergairah, krn gk kepikiran blon SUNTIK KB, MINUM PIL KB yg dlu biasa sy lakukan...malah gk nyaman,
ReplyDeleteTp stlh STERIL semua baik2 azah, HAID lancar, S3X lebih bergairah
Tp semua kmbali ke diri kita masing2...tp cerita ini adalh pengalaman saya yg saya rasakn saat ini
Sy memutuskan untuk steril krn ketiganya caesar disamping itu krn faktor umur saat melahirkan anak ketiga umur sy 39 dan sekarang 41 jd sdh dua tahun menjalani steril, keluhan hampir sama, satu tahun pertama mens nya banjir banget khususnya hari 1-3, n skrg ditahun ke dua masa ngefleknya datang pergi ampe hampir 20 harian, cukup mengganggu sebentar shalat sebentar nggak, lum lg jika suami lg mau ML , dan bener saja yg sy rasakan gairah seks sy cukup menurun, keinginan untuk berhubungan intim sangat menurun drastis, tp setiap suami menginginkan sy turuti mesti agak ogah2an, tp dalam berhubungan seks masih normal sy msh bisa mencapai orgasme seperti sebelumnya...
ReplyDeleteSy memutuskan untuk steril krn ketiganya caesar disamping itu krn faktor umur saat melahirkan anak ketiga umur sy 39 dan sekarang 41 jd sdh dua tahun menjalani steril, keluhan hampir sama, satu tahun pertama mens nya banjir banget khususnya hari 1-3, n skrg ditahun ke dua masa ngefleknya datang pergi ampe hampir 20 harian, cukup mengganggu sebentar shalat sebentar nggak, lum lg jika suami lg mau ML , dan bener saja yg sy rasakan gairah seks sy cukup menurun, keinginan untuk berhubungan intim sangat menurun drastis, tp setiap suami menginginkan sy turuti mesti agak ogah2an, tp dalam berhubungan seks masih normal sy msh bisa mencapai orgasme seperti sebelumnya...
ReplyDeleteSaya merasakan hal yg sama dgn bu rita di usia saya yg ke 28 kemarin sy melakukan steril,krn kekuatiran suami terhadap saya yg sdh melakukan caesar beberapa kali. Tetapi alhasil dampak nya hormon menurun.
ReplyDeleteSaya merasakan hal yg sama dgn bu rita di usia saya yg ke 28 kemarin sy melakukan steril,krn kekuatiran suami terhadap saya yg sdh melakukan caesar beberapa kali. Tetapi alhasil dampak nya hormon menurun.
ReplyDeleteSaya baru aja steril. Baru 2 minggu. Tp kenapa ya perut kanan bawah sering sakit kyk rasa kenyang gitu. Saya takut kali. Mau jalan aja susah. Mau bangun dr tempat tidur pun sakit.
ReplyDeleteTemans..kalo uda di steril dan masih mau punya anak masih bisa kok..tp ya di operasi lagi.
ReplyDeleteSaya br steril 5 bulan lalu saat lahiran caesar anak ke2..Kalau saya mmg harus steril karena setiap hamil tua kena preeklamsi..Jadi sangat resiko kalo hamil lagi..tapi setelah steril si so far so good.
Mba Angelina Nora..baru 2 minggu kan sterilnya? Ya masih wajar kalo ada nyeri2 menurut saya..
Kalo buat saya si intinya doa aja..
Kalo punya anak kebanyakan dan gk diurus juga dosa lho..hehehe..
Ini menurut saya ya :)
Umur saya 35 th. Saya sdh memiliki 2 orang anak dan keduanya lahir melalui operasi sesar. Awal bulan depan mau melahirkan anak ke 3 dan dokter menyarankan sesar sekaligus stiril. Saya ragu, stiril atau tdk ya...
ReplyDeletesaya 3x melahirkan dgn cara cesar. dan waktu yg 3 lsg steril. skrg sudah masuk 3thn.
ReplyDeletealhamdulillah.. haid lancar spt biasa. gak pernah terlambat. gak pernah pendarahan. masalah seks alhamdulillah TIDAK ADA MASALAH SAMA SEKALI. suami saya pun tetap merasakan kenikmatan bahkan tiap hari kami melakukan hubungan seks.tidak spt seblm steril.ada rasa takut hamil lagi.dan sekrang lbh Hot dn intens hehe. No problem kok.. semua kembali pd diri kita. keyakinan kita kok.
dan bagaimana kita sbg istri merawat diri dan ms V kita. jangan stres dn atur pola makan nya.