Berbicara seputar aktivitas seksual, selama ini tak pernah ada panduan tertentu mengenai berapa lama atau berapa kali kita harus melakukan hubungan intim dengan pasangan. Hal ini sangatlah wajar, mengingat setiap pasangan memiliki aturan main yang berbeda dan sangat terpulang kepada selera masing-masing. Tak jarang pula yang kemudian terjebak pada anggapan bahwa seks berkualitas atau memuaskan adalah yang berlangsung lama dan intensitasnya cukup tinggi. Padahal faktanya, lama atau tidak hubungan seks pun belum tentu dapat dijadikan ukuran atau indikator kepuasan pasangan dalam hal seks.Pertanyaan seputar berapa lama waktu ideal melakukan seks memang menjadi perdebatan. Mengenai yang satu ini, para ahli di Amerika Serikat membeberkan sebuah temuan menarik. Menurut hasil riset mereka, hubungan seks terbaik seharusnya berlangsung antara tujuh hingga 13 menit saja, dan bahkan ngeseks selama tiga menit pun dapat dikategorikan cukup. Para ahli ini mengambil kesimpulan tersebut setelah menggelar penelitian terhadap para pertisipan asal AS dan Kanada yang diambil secara acak. Riset ini merupakan yang pertama mengungkap apa yang diyakini para ahli tentang waktu ideal dalam melakukan seks penetratif. Penelitian ini juga ditujukan untuk membantu meluruskan anggapan banyak pasangan selama ini bahwa seks seharusnya berlangsung lama. Dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine edisi 5 Maret 2008, riset mengungkapkan bahwa di mata para partisipan, seks yang sangat ideal dan paling memuaskan berlangsung antara tujuh hingga 13 menit. Diungkapkan pula, hubungan intim yang yang berlangsung selama tiga hingga tujuh menit dipertimbangkan sebagai seks yang cukup. Sedangkan kurang dari tiga menit dianggap terlalu pendek dan lebih dari 13 menit dikategorikan terlalu lama. Dari penelitian juga terkuak fakta bahwa para partisipan - khususnya orang Amerika - mengharapkan seks penetratif dapat berlangsung dalam 15 hingga 20 menit, meski pada kenyataannya hubungan intim berlangsung setengah dari waktu tersebut.Pimpinan riset Dr Eric Corty dari Behrend College Pennsylvania menjelaskan bahwa fenomena ini menandakan kematangan dari pasangan pria wanita setelah mengalami ´kekecewaan´ dan ´ketidakpuasan´.¨Dalam model fantasi seksualitas pria, seorang pria digambarkan memiliki penis yang besar, ereksi yang kuat dan dapat mempertahankan aktivitas seksual sepanjang malam,¨ tulis Dr Corty.¨Tampaknya, banyak pria dan wanita masih memegang fantasi tersebut. Hasil dari penelitian ini, dengan menyediakan model yang realistis dan bukannya fantasi, akan sangat berguna untuk mengobati penderita masalah disfungsi seksual. Dengan publikasi yang lebih lebar, hasil ini juga dapat dimanfaatkan mencegah disfungsi seksual,¨ tambahnya. |
Sumber : Kompas.com
No comments:
Post a Comment