Friday, 23 October 2009

Efek Seks Maraton Bagi Perkawinan

Jumat, 23 Oktober 2009 | 13:48 WIB

KOMPAS.com - Apa yang akan terjadi pada pasangan yang melakukan hubungan seks setiap hari selama sebulan penuh? Sebuah majalah di Afrika Selatan mengadakan kontes "30 day sex challenge" untuk menemukan jawabannya.

Seorang istri asal Amerika Serikat, Charla Muller menghabiskan waktunya seperti kebanyakan ibu-ibu di seluruh dunia, mengurus anak, membersihkan rumah, memasak, serta sedikit ribut dengan suami. Segala urusan rumah tangga tadi tidak hanya menguras tenaganya tapi juga mengikis hasrat sekualnya.

Menjelang ulang tahun suaminya yang ke-40 tahun, Charla berniat memberikan kado yang sangat istimewa, sesuatu yang hanya bisa diberikan oleh Charla sendiri: yakni melakukan hubungan seks setiap hari selama setahun penuh. Setahun kemudian ia merasakan perubahan yang sangat dramatis dalam perkawinannya. Ia lalu membagikan pengalamannya lewat buku 365 Nights: A Memoir of Intimacy.

Berangkat dari pengalaman Charla, sebuah majalah di Afrika Selatan, The Intimacy, berniat melakukan hal serupa, namun waktunya lebih singkat, 30 hari. Tujuh pasangan suami istri yang sudah menikah lebih dari satu tahun lalu diundang mengikuti kontes tersebut.

Para pasangan yang mengikuti kontes majalah Intimacy sebagian besar mengaku pada awalnya mereka sangat bergairah melakukan hubungan seks setiap hari. Namun tak sedikit yang absen bercinta di minggu kedua karena alasan kelelahan, stres, dan merasa seks hanya jadi kewajiban.

Sebaliknya, pasangan yang terus mengikuti kontes ini sampai hari terakhir mengatakan merasa lebih dekat secara emosional dengan pasangan. Seorang suami mengaku kini ia lebih jarang marah pada istrinya.

Mereka juga berusaha mengusir kebosanan dengan cara menciptakan atmosfer yang menggairahkan untuk bercinta, serta mencoba gaya bercinta yang berbeda setiap harinya. Meski begitu, mayoritas peserta berpendapat yang lebih penting adalah kualitas, bukan kuantitas dalam bercinta.

Apa yang dilakukan Charla, juga majalah Intimacy bertujuan menguatkan pendapat hubungan seks secara teratur memiliki manfaat positif dan memiliki hasil yang berbeda bagi perkawinan. Beberapa ahli berpendapat seks yang teratur mampu menyelamatkan hubungan suami istri yang mulai redup.

Salah satunya pengikut Charla adalah Dough Brown, yang melakukan hubungan seks maraton selama 101 hari. Brown kemudian mendokumentasikan pengalamannya dalam buku Just Do It: How One Couple Turned Off the TV and Turned on Their Sex Lives for 101 Days (No Excuses).

Seperti Charla, Dough berpendapat hubungan seks setiap hari bisa menimbulkan chemistry yang mulai hilang. "Kami lebih banyak belajar mengenai pasangan," tulis Dough dalam bukunya.

Psikolog yang juga seorang terapis seks, Andrea M.Macari mengungkapkan, makin sering seks dilakukan, makin besar keinginan untuk mengulanginya. "Seks yang teratur meningkatkan hasrat dan ketertarikan pada pasangan. Tanpa sadar kita membangun keinginan yang sebelumnya tak pernah muncul," katanya.


AN
dikutip dari : http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/10/23/13484960/Efek.Seks.Maraton.Bagi.Perkawinan

Sunday, 18 October 2009

Tua Bukan Alasan untuk Malas Bercinta

KOMPAS.com - Belakangan ini makin banyak orang-orang paruh baya, terutama wanita, yang dengan bangga mengakui mereka masih aktif secara seksual. Ini tentu bertolak belakang dengan anggapan masyarakat bahwa wanita setengah baya tak lagi punya mood untuk bercinta.

Wanita-wanita paruh baya yang masih in the mood ini rupanya ingin memberi contoh pada anak, bahkan cucunya, bahwa mereka masih sehat, aktif, berolahraga, mengikuti tren, bahkan tak mengecewakan soal urusan ranjang.

Sebuah studi di Swedia menunjukkan wanita di usia awal 70-an lebih menikmati dan melakukan hubungan seks lebih sering dibanding saat usia mereka 30 atau 40 tahun. Dalam artikel Older women talk about sex (www.self-helpmagazine.com), Beverly Johnson, dari Universitas Vermont, mewawancarai wanita berusia 50 tahun ke atas dalam studi tentang wanita dan seksualitas.

Secara umum, para wanita di usia paruh baya ini menilai dirinya sendiri sudah berpengalaman dan liberal tentang seksualitas mereka sendiri. 85 responden persen menjawab mereka akan melakukan aktivitas seks sampai mereka tak sanggup lagi. Ini membuktikan bahwa secara fisik mereka masih prima.

Selain itu, 90 persen berkeyakinan bahwa seks bukan hanya untuk orang muda. Dua pertiga wanita juga mengatakan mereka masih tertarik melakukan penetrasi seksual dan hanya 35 persen yang mengakui gairah mereka mulai memudar seiring usia. Tidak buruk, kan?

Seksolog Elmari Craig dan ahli injil Hennie Stander, penulis buku A-Z van Sex, mengungkapkan bahwa perubahan fisik yang terjadi karena faktor penuaan sangat berpengaruh pada urusan di tempat tidur.

"Wanita setengah baya tentu butuh dirangsang lebih lama dan stimulasi yang lebih bervariasi karena lubrikasi mereka umumnya terganggu," katanya. Akibatnya, tentu butuh waktu lebih lama untuk mencapai orgasme karena sensasi dari rangsangan mungkin tak seintens seperti dulu.

Pada pria, kemunduran fisik paling jelas tampak. Kalau dulu "yunior" gampang greng, kini butuh waktu lebih lama untuk mendapatkan ereksi dan tentu tak sehebat dulu.

Karena itu, orang yang sudah paruh baya sebaiknya bersikap realistis terhadap kemampuan seksualnya. Ekspektasi yang realistis itu pada akhirnya akan menghasilkan kepuasan. Kaum lanjut usia juga bisa mengubah konsep mereka tentang hubungan seks. Bahwa hubungan intim itu tak terbatas pada kegiatan senggama.

Selain itu, pasangan paruh baya juga bisa mencoba teknik-teknik baru untuk menuju kenikmatan seksual. Optimalkan indera raba lewat belaian dan pijatan, dari yang romantis sampai erotis. Tak ada salahnya pula melakukan seks oral atau saling bermartubasi.

"Seks adalah tentang fantasi. Pada usia ini, masing-masing sudah paham tubuh pasangan luar dalam. Karena itu kita perlu berdamai dengan bentuk tubuh sendiri. Saya tidak lagi memandang suami sebagai pria yang mulai keriput, tapi melihatnya sebagai pria yang mencintai saya. Itu membuat saya seperti muda lagi," kata Marlene (56) salah seorang pembaca yang membagi pengalamannya.


AN
Sumber : health24
dikutip tanpa edit dari : http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/10/17/09113856/tua.bukan.alasan.untuk.malas.bercinta

Friday, 16 October 2009

Siklus menstruasi dan masa subur

Hubungan Siklus Menstruasi dengan Masa Subur

Siklus menstruasi sangat berhubungan erat dengan masa subur (ovulasi). Dengan mengetahui siklus menstruasi, maka kita dapat memahami mengenai terjadinya ovulasi & bisa mengetahui kapan kira-kira masa subur akan terjadi. Selain itu dengan mengetahui siklus mentruasi kita juga dapat mengetahui apabila terjadi perubahan/ketidakteraturan pada siklus menstruasi.


Siklus menstruasi sendiri adalah periode waktu mulai dari peluruhan sampai dengan pembentukan kembali dinding rahim (endometrium). Dan diantara waktu tersebut terletak masa subur yang memungkinkan untuk terjadi kehamilan apabila melakukan hubungan seksual tanpa pelindung. Untuk mengenal lebih jelas mengenai siklus menstruasi & perubahan yang terjadi selama siklus tersebut, dapat dilihat melalui gambar berikut.














Siklus menstruasi dimulai dengan terjadinya menstruasi (peluruhan dinding rahim) yang biasanya berlangsung selama 3-7 hari. Pada minggu berikutnya terjadi pembentukan folikel yang dipicu oleh adanya hormon FSH (follicle stimulating hormone) yang dikeluarkan oleh kelenjar di bawah otak. Folikel tersebut akan melepaskan hormon estradiol (suatu hormon estrogen) yang berfungsi untuk menebalkan dinding rahim sebagai persiapan apabila terjadi pembuahan. Selanjutnya folikel akan membesar & menjadi matang serta melepaskan sel telur.


Masa subur (ovulasi) ditandai dengan pecahnya folikel & keluarnya sel telur, yang nantinya akan tersimpan di dalam tuba falopi menunggu sperma untuk membuahi. Saat folikel hancur maka folikel tersebut akan berubah bentuk menjadi corpus luteum yang akan mengeluarkan hormon progesterone. Hormon progesterone ini berfungsi untuk menyiapkan lapisan dinding dalam rahim tempat sel telur nantinya akan menempel apabila terjadi pembuahan. Apabila pembuahan tidak terjadi maka kadar hormon estrogen & progesterone di dalam tubuh akan menurun & dinding rahim pun akan meluruh kembali. Gambar di atas adalah contoh siklus menstruasi yang berlangsung selama 28 hari.


Beberapa kondisi dapat mempengaruhi keseimbangan hormon seksual di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur siklus menstruasi. Masalah gangguan kesuburan dapat timbul akibat dari ovulasi yang prematur, menstruasi yang terlalu banyak, terjadinya perdarahan di antara siklus menstruasi atau bahkan amenorrhea (tidak terjadinya menstruasi bukan selain akibat dari kehamilan). Dengan mencatat/mengetahui siklus mentruasi maka dapat digunakan untuk mendiagnosa ketidak teraturan dalam siklus menstruasi. Ketidakteraturan siklus menstruasi dapat disebabkan oleh adanya kista, PCOS (polycystic ovarian syndrome) ataupun masalah ginekologi lainnya.


Berikut adalah contoh perubahan hormon yang terjadi di dalam tubuh pada saat masa subur & pengaruhnya terhadap lendir di vagina serta suhu tubuh.





Pada saat terjadi masa subur yang ditandai dengan lonjakan hormon estrogen & progesterone, maka lendir di daerah vagina akan berubah menjadi lebih cair yang memungkinkan sperma untuk dapat bertahan hidup di dalam vagina. Masa subur juga ditandai dengan perubahan suhu basal tubuh yang menandai pelepasan sel telur.

dikutip dari : http://www.masasubur.co.id/siklus/1/index.html

Thursday, 8 October 2009

Can’t Orgasm? Here’s Help for Women

WebMD's sexpert Louanne Cole Weston, PhD, reveals the two-part trick to having an orgasm.
By Louanne Cole Weston, PhD
WebMD the Magazine - Expert Commentary

About 10% of women have never had an orgasm -- either with a partner or during masturbation. And quite a few of them have found their way into my therapy practice. That's when I tell these women the good news: It is possible to learn to be orgasmic.

The first and most important lesson is to practice developing a balance of tension and relaxation during sexual activity. But, my women clients ask, how can they be both tense and relaxed at the same time? It's a good question, and here is my two-part answer:

How to Have an Orgasm Step 1: Tense Up

The type of tension that helps women reach orgasm is muscle tension (myotonia). Many women have the mistaken impression that they should relax and "just lie there" because they've heard that relaxation during sex is important. But it turns out that muscle tension is often necessary for an orgasm. In my experience, the majority of women learn to have their first orgasm by incorporating a fair amount of leg, abdominal, and buttock tension.

Not surprisingly, women report that the most orgasm-inducing muscle contractions are in their lower pelvis. These are the same muscles you squeeze to stop the flow of urine midstream (a conscious contraction of this group is called a Kegel exercise).

What is the connection between tensing muscle groups and having an orgasm? Arousal. Contracting (or tensing) certain muscles increases blood flow throughout the body and often to the genital area. And arousal, of course, is the road map that helps lead most women to orgasm.

How to Have an Orgasm Step 2: Wind Down

So, where's the relaxation part of this equation? In the brain. During sex, a woman should be focused simply on feeling the sensations of the stimulation.

Have a hard time relaxing? Think of a Times Square billboard in which words stream into view from the left-hand side to the right edge, and then disappear off the screen. During sex, many women find it helpful to program their own Times Square news crawl with a repetitive mantra such as "I can take as long as I want" or "This really feels great" on their mental silent radio. It keeps the brain occupied -- but with a thought that will encourage sexual arousal rather than with a nervous, negative thought that might decrease arousal.

After this first lesson, I send my clients away with a homework assignment. During sex, they are to tense up their muscles and let their minds go silent. This technique takes practice, but it can work over time. And more often than not, my clients return to a future session with their own good news to report.

Can't Orgasm? The Problem Could Be Medical

Therapy can help some women having difficulty with orgasm. For others, a medical condition or side effects from a medication may be causing the problem. Visit your doctor to rule out these causes. Options for treatment include the following:

10 Surprising Health Benefits of Sex

The health benefits of sex extend well beyond the bedroom. Turns out sex is good for you in ways you may never have imagined.
By Kathleen Doheny
WebMD Feature
Reviewed by Louise Chang, MD

When you're in the mood, it's a sure bet that the last thing on your mind is boosting your immune system or maintaining a healthy weight. Yet good sex offers those health benefits and more.

That's a surprise to many people, says Joy Davidson, PhD, a New York psychologist and sex therapist. "Of course, sex is everywhere in the media," she says. "But the idea that we are vital, sexual creatures is still looked at in some cases with disgust or in other cases a bit of embarrassment. So to really take a look at how our sexuality adds to our life and enhances our life and our health, both physical and psychological, is eye-opening for many people."

Sex does a body good in a number of ways, according to Davidson and other experts. The benefits aren't just anecdotal or hearsay -- each of these 10 health benefits of sex is backed by scientific scrutiny.

Among the benefits of healthy loving in a relationship:

1. Sex Relieves Stress

A big health benefit of sex is lower blood pressure and overall stress reduction, according to researchers from Scotland who reported their findings in the journal Biological Psychology. They studied 24 women and 22 men who kept records of their sexual activity. Then the researchers subjected them to stressful situations -- such as speaking in public and doing verbal arithmetic -- and noted their blood pressure response to stress.

Those who had intercourse had better responses to stress than those who engaged in other sexual behaviors or abstained.

Another study published in the same journal found that frequent intercourse was associated with lower diastolic blood pressure in cohabiting participants. Yet other research found a link between partner hugs and lower blood pressure in women.

2. Sex Boosts Immunity

Good sexual health may mean better physical health. Having sex once or twice a week has been linked with higher levels of an antibody called immunoglobulin A or IgA, which can protect you from getting colds and other infections. Scientists at Wilkes University in Wilkes-Barre, Pa., took samples of saliva, which contain IgA, from 112 college students who reported the frequency of sex they had.

Those in the "frequent" group -- once or twice a week -- had higher levels of IgA than those in the other three groups -- who reported being abstinent, having sex less than once a week, or having it very often, three or more times weekly.

3. Sex Burns Calories

Thirty minutes of sex burns 85 calories or more. It may not sound like much, but it adds up: 42 half-hour sessions will burn 3,570 calories, more than enough to lose a pound. Doubling up, you could drop that pound in 21 hour-long sessions.

"Sex is a great mode of exercise," says Patti Britton, PhD, a Los Angeles sexologist and president of the American Association of Sexuality Educators and Therapists. It takes work, from both a physical and psychological perspective, to do it well, she says.

4. Sex Improves Cardiovascular Health

While some older folks may worry that the efforts expended during sex could cause a stroke, that's not so, according to researchers from England. In a study published in the Journal of Epidemiology and Community Health, scientists found frequency of sex was not associated with stroke in the 914 men they followed for 20 years.

And the heart health benefits of sex don't end there. The researchers also found that having sex twice or more a week reduced the risk of fatal heart attack by half for the men, compared with those who had sex less than once a month.

5. Sex Boosts Self-Esteem

Boosting self-esteem was one of 237 reasons people have sex, collected by University of Texas researchers and published in the Archives of Sexual Behavior.

That finding makes sense to Gina Ogden, PhD, a sex therapist and marriage and family therapist in Cambridge, Mass., although she finds that those who already have self-esteem say they sometimes have sex to feel even better. "One of the reasons people say they have sex is to feel good about themselves," she tells WebMD. "Great sex begins with self-esteem, and it raises it. If the sex is loving, connected, and what you want, it raises it."

6. Sex Improves Intimacy

Having sex and orgasms increases levels of the hormone oxytocin, the so-called love hormone, which helps us bond and build trust. Researchers from the University of Pittsburgh and the University of North Carolina evaluated 59 premenopausal women before and after warm contact with their husbands and partners ending with hugs. They found that the more contact, the higher the oxytocin levels.

"Oxytocin allows us to feel the urge to nurture and to bond," Britton says.

Higher oxytocin has also been linked with a feeling of generosity. So if you're feeling suddenly more generous toward your partner than usual, credit the love hormone.

7. Sex Reduces Pain

As the hormone oxytocin surges, endorphins increase, and pain declines. So if your headache, arthritis pain, or PMS symptoms seem to improve after sex, you can thank those higher oxytocin levels.

In a study published in the Bulletin of Experimental Biology and Medicine, 48 volunteers who inhaled oxytocin vapor and then had their fingers pricked lowered their pain threshold by more than half.

8. Sex Reduces Prostate Cancer Risk

Frequent ejaculations, especially in 20-something men, may reduce the risk of prostate cancer later in life, Australian researchers reported in the British Journal of Urology International. When they followed men diagnosed with prostate cancer and those without, they found no association of prostate cancer with the number of sexual partners as the men reached their 30s, 40s, and 50s.

But they found men who had five or more ejaculations weekly while in their 20s reduced their risk of getting prostate cancer later by a third.

Another study, reported in the Journal of the American Medical Association, found that frequent ejaculations, 21 or more a month, were linked to lower prostate cancer risk in older men, as well, compared with less frequent ejaculations of four to seven monthly.

9. Sex Strengthens Pelvic Floor Muscles

For women, doing a few pelvic floor muscle exercises known as Kegels during sex offers a couple of benefits. You will enjoy more pleasure, and you'll also strengthen the area and help to minimize the risk of incontinence later in life.

To do a basic Kegel exercise, tighten the muscles of your pelvic floor, as if you're trying to stop the flow of urine. Count to three, then release.

10. Sex Helps You Sleep Better

The oxytocin released during orgasm also promotes sleep, according to research.

And getting enough sleep has been linked with a host of other good things, such as maintaining a healthy weight and blood pressure. Something to think about, especially if you've been wondering why your guy can be active one minute and snoring the next.

Followers